Wisata Sungai

06:02 0 Comments A+ a-

Tak biasanya saya mengulang rute pendek. Meneruskan kembali rute minggu lalu dgn mengambil waktu sore hari. Jam 3 lebih sedikit yg juga merupakan waktu emas dimana cuaca biasanya bersahabat.


Masih dgn start jalan yg sama, bedanya adalah mengambil jalan ujung sungai satunya. Denyut nadi sebuah sungai bisa tampak manakala pagi dan senja hari. Tak ada rencana gowes sebenarnya karena semalam ada gejala kurang bermutu mendekati encok. Badan dibuat tengkurap saja sakitnya merajalela, jadi akhirnya dioles minyak tawon tanpa ada pikiran besok hendak kemana sepedaan.
Ndilalah sekitar jam 2an, saya bengong bin nganggur. Melihat cuaca dan kondisi kok mendingan ya sudah wis ambil sepeda. Dgn bekal minim akhirnya mancal, berhubung belum hilang benar nyeri di bagian belakang ya gowes dgn pelan dan sopan. Yang biasanya terpancing polisi tidur dan segala 'bump' pinggir jalan, kini lewat saja sambil dimerem2in.

Dan sayapun disambut gembira dgn pemandangan sore ibu2 sedang mencuci piring dan segala perlengkapan rumah tangga di pinggir sungai.
Saat sore sungai ini seperti kamar mandi umum, meriah dan riuh isinya. Bocah kecil berenang aneka gaya, di pinggir emak2 gosip sambil mengawasi anak2nya yg berlarian kesana kemari, tak ketinggalan yg mencuci motor dan nongkrong. Suasana yg hidup.
Minimnya lalu lalang kendaraan membuat saya ikutan leluasa menikmati suasana nan lenggang.
Peringatan tertulis yg diikat dgn tali rafia sepanjang sungai, terutama yg dekat rumah penduduk.
Masjid yg minggu lalu saya lewati, masih membuat saya terkesima. Setidaknya saya ingin sekali kelak menyempatkan beribadah di dalamnya.
Perasaan yg sulit dikatakan, seperti gambaran teduh yg hanya ada di alam mimpi. Saya sendiri seperti mengalami de javu masa kecil, dimana saya pernah merasa melihat sebuah sungai yg bening dan tenang mengalir di dekat rumah rumah dgn banyak anak kecil bermain di dekatnya.
Rute selanjutnya saya menemukan jembatan tembus ke Kolonel Sugiono. Seumur2 ya baru kali ini lewat. Tempat baru selalu menimbulkan kesenangan tersendiri bagi saya, apalagi di kota kelahiran sendiri pula.

Sebuah sungai yg cukup lebar, menarik minat saya utk turun melihat pemandangannya dari bawah.
Sebuah 'Belik' ( 'e' seperti pada 'sedap' dan 'i' seperti pada kata 'kelik'). Adalah air tanah yg menetes atau merembes ke bawah dari akar2 pepohonan. Rembesan itu kemudian ditampung memakai bilah bambu atau pipa yg dipotong setengah utk mengalirkannya. Rembesan yg banyak itu mampu mengalirkan air dengan deras. Biasanya lokasi yg ada belik dekat dgn hutan atau pepohonan, termasuk yg satu ini. Lokasinya dekat dgn hutan bambu dan aneka pohon lainnya. 
Tak membawa minum, sayapun meminum air dari belik ini. Airnya bening, jernih dan tidak berasa. Ingat aqua? yap seperti itu, tapi yg ini lebih segar.
Dulu sekitaran brantas banyak sekali sebelum pinggirannya dibangun rumah sebanyak sekarang. Bisa utk membilas tubuh seusai mandi di sungai, cuci pakaian, masak, dan aneka kebutuhan lainnya. Setahu saya ada sedikit yg bertahan di area pertemuan sungai wendit dan kali bango.
Sungai ini memiliki aliran yg deras, berani mencoba utk berenang ke tengahnya? Saya sih mikir2, hehe.
Ini penampakan jembatan tersebut. Tidak terlalu lebar, mirip dengan jembatan pelor di oro2 dowo. Kondisinya tidak terlalu baik dgn beberapa papan yg sudah lapuk.
Setelah naik saya baru menangkap pemandangan yg membangkitkan nostalgia masa kecil kembali. Kegemaran saya dulu persis foto diatas, berenang ramai2 di sungai dan kemudian pulang 'mbolang' sekalian. Melihat kesenangan masa kecil membuat saya tersenyum mengingat umur saya yg sudah berkepala tiga ini. Riang bagai terang benderangnya dunia.
Begitu mudahnya senang di masa kecil.
Terkadang saya sadari saya banyak menoleh ke belakang, seolah ceria nian mimpi di sana.
Tapi ya begitulah kenangan, seringnya hilang, semakin jauh dan memalingkan muka sedang kita masih disini.
Saya pun menepuk diri sendiri utk menyadarkan, bagaimana akan tidur yg tenang bila terus menerus berada dalam dunia dalam gulungan ombak kenangan, hehe.
Bila hari ini kelak akan menjadi kenangan, saya akan membuatnya indah utk diingat di masa senja nanti , itulah pikiran sambil berjalan pulang.
Dan sebuah lagu mengiringi menuju rumah.


Jika kita bertanya dalam hati
Apa gerangan yang kita jalani

Adakah kita sadari
Tak semudah yang kita inginkan
Jika kita terbangun pagi hari
Apa yang kita pikirkan
Sempatkah kita berjalan
Terus dan terus berjalan
Tanpa ada waktu menoleh ke belakang
Akhirnya kita harus berfikir
Semua akan berakhir
Sebelum kita pulang ke rumah
Ada saat harus berhenti
Teruslah berjalan...
(pure saturday ' Pulang')