Kembali Ke Rimba

11:00 0 Comments A+ a-

Cukup lama juga ga nulis akhir - akhir ini. Selain target yg emang lagi dikejar, kerjaan lain ya biasalah pokok utama sebagai bapak dari dua anak. Satu aja udah cukup repot (tapi seneng) apalagi dua, rempong banget ...!(tapi tambah seneng juga) mana yang bayi lagi unyu unyunya persis saya waktu masih beberapa bulan turun ke dunia antah berantah ini.
Punya bayi itu banyak sukanya daripada dukanya, apalagi kalo lagi sakit.... Ga lagi sedang lihat film sendu saya bisa aja menangis dalam hati, ya begitulah. Itu momen kesadaran yg amat berharga tentang menjadi bapak lho sodara2. Maaf ya prolog yg sedikit curcol.

 Meski dalam masa hiatus ngeblog ,saya masih melakukan kegiatan nglayap kesana kemari. Ada beberapa perjalanan tapi saya yang lagi tidak bernafsu merangkai kata2 utk menulisnya. Baru sekarang ini entah darimana muncul keinginan menuju ke barat mengambil kitab suci, halah...
Ya sesuatu bernama 'ilham' memang ga bisa dipaksa, tiba begitu saja mirip situasi 'kebelet'. Dorongan hati yg mengajak saya untuk kembali ke hutan itu juga munculnya seperti bisikan goib, hahay... 
Awal mula ceritanya sederhana saja, saat saya lagi ngajak keluarga jalan2 kala mendung dgn rute naik naik ke puncak gunung tinggi sekali. Memandang pucuk serta lereng gunung yg terlihat jelas dan berkabut itu kok menimbulkan kesan romantis. Seperti ada ikatan silaturahmi yg telah lama terlupa. Seperti ada rindu yg memanggil utk dipertemukan. 
Ya sudah, kali ini dgn basa basi dikit, berangkat wes kita orang menuju rimba.
Dalam comeback kali ini saya memilih waktu berangkat pukul 1 siang. Sepertinya prosentase keberangkatan menjelang senja sudah jamak dalam kamus saya. Sebenernya sih sebelum pukul 1, kota malang sukses digambyor hujan tak henti henti. Saat berangkatpun masih agak gerimis walau tak mengundang, karena bila mengundang itu sudah pasti lagunya IKLIM.
Dengan bekal yg seadanya, cukup utk seharian perjalanan sayapun menyambut hembusan hujan dgn bermotor menuju petungsewu. Sambil bernyanyi, mikir nanti dimana ya nitip kendaraan. Agaknya keberuntungan memang sedang diberikan Tuhan kepada saya, itu menjadi hal yg mudah diatasi, yaitu nitip ke toko peracangan warga sekitar. Itu jg setelah beli dulu beberapa bekal dan beralasan kalau parkir di sekitar kawasan bedengan sudah tutup. Di hari kamis malam jumat legi ba'da hujan saya perkirakan sudah pd kemulan tukang jaga bedengan.  Jadi drpada gambling, yang pasti2 ajalah.

Asli saya ngalas lagi ini ga ada hubungannya ama jumat legi. Lha wong saya tahunya kalo lagi jumat legi setelah di rumah diberitahu istri. Kalau malam jumatnya saya tahu karena memang libur saya kamis. Pantesan pemakaman pada dipenuhi peziarah.
Tidak bisa diceritakan perasaan saya setelah bisa ngalas lagi. Saya benar2 menikmati momen kesendirian dgn segala perasaan di antara segala isi hutan.
Rute ini sudah saya kenal dgn baik dan masih bersahabat walau sudah sekian lama.




Jadi ngapain sih saya hobi banget dewean dan ngapain aja di alas saat orang2 di rumah mungkin lagi mimik teh dgn sepiring pisang goreng anget sambil melihat sinetron india di tipi? ..
Ya saya jalan saja, HP di-silent dimasukkan tas. Melihat suasana sekitar sambil menikmati napas yg ngos2an diantara bulir keringat. Apapun pikiran yg melintas saya biarkan, merenung apa ajalah yg manfaat dan berhikmah. Karena memang ketiadaan teman dgn situasi di tengah hutan sendirian itu bisa mengeluarkan segala apapun rupa asli diri kita. Bila kita penakut bin parno, udah ngacir bin ngeplas. Bila kita kebanyakan dosa , kita akan banyak2 istighfar semoga Tuhan ga mengutus wewe atau sejenisnya buat nilepno kita di tengah hutan atas dosa2 kita. Dan situasi yg sepi dan ketiadaan penolong selain Yang Diatas itulah yg membuat kenapa bepergian sendirian di alas bisa ampuh meruntuhkan segala sifat takabur bin gaya tok dalam diri kita. Bila hari ini saya masih bisa nulis sekembalinya dari hutan itu tak lebih karena Tuhan masih ngapuroni  saya, alhamdulillah.
Monggo dites kalau tidak percaya.. hehehe kuncinya "jangan panik".

Banyak kok sesuatu dan hal2 indah yg menyegarkan diri dan pikiran daripada sekelumit parnonya. Asal bener aja niatnya. Makanya kenapa gunung itu bisa efektif buat orang2 yg suka menyendiri, layaknya pertapa, halah...
saya ga menyebut diri saya pertapa lho ya. Saya hanya seorang hamba yg bersyukur.





Saya ga tahu nama mbah ini, tapi cukup lama kami mengobrol. Dari beliau pula saya tahu kalo kawasan yg saya jelajahi ini namanya gunung pencit. Mbah ini seorang apa ya... hm bisa dibilang petualang juga , lha wong meski termasuk warga sekitar namun hobinya lho tiap hari blusukan alas. Dari beliau pula saya baru tahu kalau di sekitar sini ada jalur rahasia menuju cemoro kandang gunung butak, wow ... wow...
ada 2 jalur pula... woo wow ini mengundang banget sodara2.
Karena yg saya tah cuma ada 2 jalur resmi menuju cemoro kandang gunung butak, satunya di princi dan lainnya di panderman.
Jadi singkat setelah kita rokokan dan ngopi, saya dikasi cerita pula kalau pernah ada pendaki dari lawang yg sudah amat lama juga, pernah melewati jalur ini.
Dan mbah ini teramat hapal dgn jalur2 di sini, lha wong beliau kadang nginep di tengah alas.
Mau tahu nginepnya bagaimana? asal ada tempat mbrungkut / teduh dan tertutup ilalang, beliau langsung aja nglesot/merebahkan diri bermalam. Sampai pernah katanya kehujanan pukul 3 sampai jam 4 pagi, dan cuma tutupan karung... duh penuh kengerian.
Saya sih cukup penasaran setelah obrolan yg gayeng ini, mungkin nanti  kapan2 bila ada teman bolehlah berangkat pagi menjelajah.



Lho ya... sejak kapan nih papan ini dipasang... berarti memang benar desas desus kalau jalur ini sekarang dituju para pendaki. Soalnya terakhir saya kemari belum ada yg beginian.


Akhirnya meski cuma beberapa jam , tidak sampai setengah hari. Saya cukup terobati kangennya dengan alas dan gunung.  Dengan beberapa batang rokok, kopi hitam segelas, berbumbu obrolan ringan dan sebagian banyak waktu sendirian, semua itu nikmat tanpa ada mubadzir sedikitpun. Pokoknya.. Alhamdulillah, sesuatu.

Mau coba?