Sekali Kayuh, 4 Destinasi

16:16 6 Comments A+ a-

Sudah lama saya berkeinginan nyambangi paralayang. Sudah cukup lama kesana dan ajakan yg datang selalu tak tepat waktunya. Bermodal nekat dan perencanaan yg cukup lama akhirnya saya berangkat sendirian saja, bertepatan dgn datangnya ajakan ke goa jepang dari rekan lain.
 Sungguh saya akan mengatakan nanjak ke paralayang dengan sepeda DJ, chainring 36 single dan ban ukuran 2.30 serta knobnya yg tinggi adalah ide seburuk2nya.
Dari Malang , saya baru beristirahat tepat setelah singgasari resort. Berangkat lagi, eh di belakang dikinthili (diikuti) pesepeda entah darimana yang membuat saya jadi jaim untuk ambil ngaso lagi. Alhasil setelah tanjakan terminal batu, jantung saya deg2an parah sampai ada rasa kesemutan.
Saya ditanya yg nginthili saya " lho mas kemana?" saya jawab belok dgn menunjuk ke arah oro2 ombo. Aslinya ya ingin melarikan diri dari yg nginthili saya, hehehehe.
Saya pun belok sebentar ke arah BNS buat silaturahmi ke seorang rekan.
Wes riyayan dulu di sini sama mas Burhan. Apa saya hendak membuat edisi ' Apa kabar Mas Burhan' part 2? hehehe ndak kok, menengok kawan apa salahnya. Silaturahmi katanya efektif utk panjang umur.
Ngobrol panjang tak terasa 1.5 jam terlewati, waduh mulai panas hawanya. Saya pun segera berangkat

1. Paralayang
Setelah berpuluh kali berhenti di sekitaran payung dan berpuluh kali pula dilewati pesepeda lain, akhirnya saya sukses menginjakkan kaki di paralayang. Bangga boleh dong, hehehe ngaso tadi tak lama2 di patung sapi, saya sungkan nanti diajak foto pesepeda2 lain yg sedang nongkrong.
Debu tebal dan hilir mudik kendaraan yg begitu ramai terbayar sudah dgn hembusan sejuk di atas.


Suasana yg sangat ramai tak membuat saya larut di dalamnya,  saya memilih mencari spot yg lebih lenggang utk menikmati sebotol mochacino sambil memandang kejauhan. Segar.......

Paralayang sangat populer rupanya sampai banyak emak2 yg nekat menembus debu dan jalan yg bergelombangnya itu. Dan bisa ditebak, ratusan suara jepretan kamera terdengar di sana sini, hehe.
Oh ya, saya baru mengetahui bila di lokasi sebelah ada kejuaraan downhill. Bila tidak dikabari oleh mas Burhan niscaya saya takkan pernah tahu.
Turun dari paralayang saya siap dgn protektor, tak ingin main2 dgn kondisi jalur utk turun.



Turun dari paralayang, mencapai lokasi yg ada patok tanah Telkom. Ada 3 jalur, saya mengambil yg tengah. Tembusnya kemana yg saya tahu dari orang sekitar katanya ke selekta. Maka saya merencanakan destinasi berikutnya adalah kebun jeruk punten, sebuah jalur kenangan lama, hehe.
Pemandangan dari tempat jalur yg saya ambil sungguh mempesona. Yg seperti ini sudah lama tak saya temui dan tidak setiap hari.
Sayapun duduk2 sejenak menghabiskan sisa kopi. Kalah sudah warung kopi manapun seperti yg lagi booming sekarang. Lha wong suguhannya dekornya bikinan yg Punya Alam Semesta. 
Jadi ceritanya jalur ini yg tak seberapa lebar di sisinya menganga jurang setinggi kurang lebih 80 meter. Sudah tinggi, curam pula. Kalo sampai tergelincir sedikit saja, aduh mak habis sudah batin saya.
Jeleknya lagi ternyata tenaga saya lumayan boros habis makan tanjakan ke paralayang tadi. Sudah begitu ditambah rasa sedikit lapar yg kemudian memunculkan segenggam phobia ketinggian yg berefek langsung dgn dengkul terasa bergetar.
Dgn sendirian kiranya perlu kehati-hatian lebih melintasi jalur entah apa namanya ini.
Saat sudah berkurang curamnya, saya menengok ke belakang, alhamdulillah sudah terlewati.
Bagusnya rute ini punya sajian yg setara di berbagai lini utk kategori pemandangan.


Dan selanjutnya rute lebih ramah utk diajak nambah kecepatan. Saya melintas santai sih sambil mengingat2 rute buat patokan.

Titik habisnya tepat di desa wisata kungkuk. Isi bensin dulu di sini sebentar.

2. Kebun Jeruk Punten
Saya pernah melintasi rute ini dulu kala, saat masa2 bahagia itu belum berlalu, haha.
Aslinya saya lupa, muter dulu sampai kesasar dan ketemu juga. Dari turunan berbau pegunungan tadi ke lintas cross country ala pesepeda santai di sini.

 Selain kebun jeruk, di sini berderet kebun apel manalagi dan jambu. Ada momen ketika saya menemukan apel yg jatuh dari pohonnya. Apel itu sudah menguning, masih segar kulitnya tidak kisut dan tampaknya beberapa waktu lalu jatuhnya , terasa hangat di sinari matahari.
Saat saya memakannya, apel ini sangat suangaaaat muanisss. Lebih manis dari apel manalagi yg pernah saya makan, bahkan apel washington dan fuji saja lewat.
Saya menduga ini merupakan apel yg masak dari pohonnya kemudian jatuh sendiri karena umurnya.
Bila apel di panen seperti ini dgn kesabaran utk menunggu masak dari pohon , saya yakin apel ini akan dicintai oleh siapapun, tak cuma orang Batu.
Apel madu rasanya sebutan yg tak berlebihan.

Sampai pos tengah kebun, rute yg saya ambil adalah turunan makadam di atas. Hari yg sudah cukup siang dan perut yg laparnya sudah tidak tertahan menjadi alasannya. Air minum juga sudah tinggal sedikit.

3. Sumber Tindih
Turun dari kebun jeruk punten, saya malah ketemu destinasi lain yg tidak direncanakan sebelumnya. Baru kali ini juga saya tahu, karena melihat sungai yg airnya jernih dan gemericiknya keras. Tanpa sadar saat mengurutnya ketemu sumber tindih ini, di dusun binangun.



 Saya menebak lokasi yg teduh dan lenggang ini tak banyak diketahui khalayak umum. Saat datang saya hanya bertemu tiga bocah yg asik berenang dan loncat ga karuan. Ya sudah akhirnya ngaso dulu karena belum ketemu warung juga.



Menonton anak2 ini saya bernostalgia dgn masa kecil saya sendiri. Hiburan murah seperti ini kiranya sudah jarang ada, berenang dimana yang tidak bayar ? ya di pedesaaan, di kota mana ada. Sungai brantas? aduh sudah akut pencemarannya.
Pohon besar di lokasi sumber tindih. Sedang galak2nya berbuah.

4. Kebun Petik Strawberry
Kelar dari sumber tindih saya ketemu pangkalan rafting kali watu, yg kemudian akhirnya ketemu destinasi lain kebun petik strawberry di dusun Temas. Mencapai sini saya sudah loyo seloyo2nya. Jadi saya singkat saja ga pakai foto2, walau begitu saya menikmati muter2 di tengah jalurnya.
Setelah rangkaian rute tadi, saya terus terang kaget mengetahui bahwasannya saya jebule muncul di belakang batos. Jadi masih mbulet di Batu, padahal perkiraan saya setidaknya sudah di donowarih, weleh2..... geleng-geleng 100X


Inilah pengobat lapar yg sudah menghebat itu dan membuat jemari saya mampu mengangkat kamera lagi. 
Sialnya bakul bakso  ini tak jual minum padahal saya sudah kehausan tingkat dewa. Bahkan tak ada air putih utk jaga2 kalo kesereten/keselek.
Baksonya sih maknyuuussss, itu juga saya paham karena senikmat2nya(bukan seenak2nya lho ya) makanan adalah dimakan saat lapar.
Dan penuntasan dahaga itu adalah bakul es ini. Ditemani seorang bapak yg ngajak ngobrol tentang klemuk dan berbagai pertanyaan tentang downhill yg bukan spesialisasi saya.
Saya jawab sebisanya dgn konsentrasi yg super fokus pada es, bukan pada sepeda, haha.

Perjalanan ini menghabiskan 2 makan pagi, 1 gelas teh, 1 mangkuk bakso, semangkuk es, 3 botol aqua, sebotol ponari, dan sebotol kopi mocha.. ditambah 8 jam perjalanan,

gila......... ojo dibaleni maneh le. 
:D

maturnuwun to sam Burhan



Lebih Dekat Dengan Pak Suli

14:57 4 Comments A+ a-

Pembawaan yg ceria, senang guyon dan ceplas ceplos saat kita sudah mengenalnya. Sekilas terlihat biasa saja, siapa sangka bapak satu ini punya sejarah panjang hubungannya dengan bersepeda.

Setelah kenal beberapa waktu, saya berkesempatan diajak ke rumahnya dan ngobrol banyak hal sambil nongkrong di warung.
Kesan pertama mampir ke rumah bapak Suli sungguh tak biasa
Yaitu di teras depan  rumah yg adem saya menemukan banyak poster berbau sepeda dan pernik2nya.
Poster ini untuk memudahkan rekan2 yg bingung dengan nama part sepeda. Kata pak Suli banyak bapak2 yg sulit mengetahui nama part MTB, terutama orang2 lawas contohnya seperti penyebutan 'cocor bebek' utk stem.
Saya yakin tak banyak orang dgn merek ini. Kata empunya ini poster lama yg merupakan merek part sepeda buatan Jerman. Pemilihan namanya yg setara pil koplo itu apakah berefek sama? 
Setelah kapan hari mampir dan nongkrong bareng, ini merupakan kali kedua saya mampir kembali utk ngobrol2 ala teman.
Bapak Suli adalah karib mas Alfian, pemilik  toko sepeda di Tawangmangu (JBC). Dulu saat MTB belum ramai seperti sekarang, hari-harinya dihabiskan di sana di sela pekerjaan. Mengaku banyak belajar tentang sepeda bersama mekanik JBC mas Dian. 
Sampai sekarang masih bersohib dekat dgn mas Alfian.


Melongok ke dalam, saya dibuat makin melongo.  
Deretan foto, nomor peserta lomba dan pernik2 sepeda lainnya menghias penuh di kamar, bapak yg low profile ini ternyata punya banyak segudang cerita tentang perkembangan MTB di Malang.
Saya berkesempatan melihat beberapa album foto tebal berisi kegiatan bersepeda beliau yg cukup jadul. Ada beberapa penampakan jalur yg sudah 180 derajat  berbeda dgn sekarang, salah satunya gunung katu yg jalan pedesaannya masih berupa tanah.
Dulu saat MTB belum ramai dan semodern skrg seperti adanya aplikasi GPS di HP,Google MAP, tidak mudah utk menemukan jalur dan satu2nya modal yg paling utama ya dengkul. Sepedaan dijamin kenyang petualangan dan tersesat. 
Berapa banyak orang yg bisa konsisten utk bersepeda dgn hal seperti itu? Hal yg tak mudah waktu itu membuat tak banyak orang melirik MTB. 
Yang saya cukup salut, dengan berbagai kemudahan dan ledakan komunitas MTB di mana2, tak membuat  pak Suli merubah gaya sepedaanya lamanya.
" Yang penting dengkul mas, wong karo iki ae iso nyampe nandi2 (dengan ini sudah bisa sampai kemana2)" kata Beliau.
Saya pikir betul juga, dengan dengkul kemanapun bisa, bahkan tanpa sepeda sekalipun. Tinggal kemauan saja, hehe.

Mengaku sebagai orang XC namun jika melihat deretan foto dan berbagai pengetahuan tentang jalur sampai yg paling mblusuk, rasanya kok kurang jitu. 
Lha wong apapun dilahap sama beliau selama ada bau petualangan dan cita rasa offroad di dalamnya.
Memang sih katanya dgn beranjaknya umur , sepedaanya mulai banyak melintas on road, namun selalu ada selipan mblusuk main tanah.
Begitupun tidak niat ganti road bike walau sekadar mencoba saja.
Inilah sekarang tunggangannya utk menyalurkan kecintaannya bersepeda. Setelah berganti2 sepeda dari Scott Voltage sampai Lapierre, mengaku ketemu jodoh dgn Mosso. Frame yg enteng dgn harga yg tidak bikin katong jebol.
Di ruang belakang tersedia bengkel pribadi yg luas dan bersih, namun sekarang ini sudah terbuka utk umum. Di awali banyaknya rekan bersepeda, warga sekitar maupun getok tular yg minta dibantu sepedanya.
Bila anda menemui sepeda mosso apapun dgn banyak decal maupun pernik2 stiker rim seperti easton, mavic demax dll dari bengkel sinilah asalnya.
PABLO : pasukan bapak lali omah.
Cukup menyenangkan ngobrol dgn orang yg mumpuni dan banyak tahu tentang rute maupun perkembangan sepeda di Malang, dan utamanya punya rasa memiliki dgn rute di sini. 
Tidak mengherankan bila beliau dianggap sebagai pentolan dalam kelompok bersepedaannya.
Untuk siapapun yg ingin  permak, servis ,menghias dan menggantengkan sepedanya, ngobrol atau konsultasi mengenai rute, bahkan ikut sepedaan sekalian bisa menghubungi beliau di jalan Gading. 
Hot line 08175402212
"Sepedaan tanpa adventure rasanya hambar"

Gading Cycling Adventure

15:57 7 Comments A+ a-

Sebuah perkumpulan penyuka bersepeda yg sebenarnya tidak ingin menjadi ataupun disebut klub. Tak ada ikatan maupun peraturan, hanya kesenangan dan hobi yg sama saja serta kebetulan banyak personilnya dari Gading - Klampok Kasri.
Meski begitu jangan salah, rekan2 ini sudah melanglang kemana2 hingga rute yg saya sendiri juga masih merasa asing. Saya mendapat banyak info rute dari mereka.
Ada hal yg utama dari mereka yaitu sejauh dan serumit apapun rute, prinsipnya satu : NO LOADING (cetaaarr membahana badai). Nanjak digasak, turunan dilibas. 
Dimotori oleh bapak Suli, rute gowesnya sudah jauh hari diikrarkan adalah segala rute berbau adventure. No menye2, penghobi2 dari gading ini sudah menjelaskan sambil guyon kalo acara gowesnya mirip pendidikan tentara, hekekeke.
Di balik itu, tiap personel tripnya adalah orang2 yg 'ngramut'/ngemong antar personil. 
Di perkumpulan ini ada satu sepeda mosso yg ikonik, yg bisa dijadikan tanda bila ketemu rombongan ini di manapun . Dgn stripping unik dan pernak pernik kore menjadikannya mudah dikenal.

Bila berminat untuk gabung dalam petualang bersepeda yg seru, sehat, riang gembira dan mendebarkan, silahkan utk langsung menuju spot berkumpul di depan dieng plaza saban minggu pukul 06.30 pagi.
Siapkan diri, bekal dan waktu longgar sebaik2nya.