Sesi Pendek
Selain turunan, saya juga menyukai tanjakan, namun daripada kedua itu, saya lebih cinta lagi pada petualangan. Malang merupakan daerah pegunungan, khas dgn bukit maupun jurangnya. Pegunungan itu berjajar laksana benteng seperti pada Gn Kawi, Gn Buthak dan Gn Panderman. Jurang2 di antara lembahnya menjadikan konturnya naik turun pada elevasi yg curam, dan akses kendaraan/umum sulit utk mendekat puncaknya, tidak seperti Bromo. Namun ada yg beberapa cara utk menjangkaunya ; motorcross, hiking, dan sepeda gunung, tinggal memilih yg cocok.
Tidak mudahnya akses , sudah saya buktikan sendiri bahwa tempat2 eksotis di pegunungan begitu unik dan terpelihara karena sulitnya medan. Satu2nya prasyarat utama adalah anda mesti DOYAN TANJAKAN. Urusan menanjak ini masih didominasi crosser, maka itu pegunungan di Malang masih santapan favorit motorcross. Padahal indahnya pegunungan di Malang ini menawarkan penjelajahan tiada batas, cuma tanjakan itu adalah harga yg mesti dibayar, dan nanti akhirnya turunan menjadi bonus. Malang memberi apa yg saya harapkan, yaitu Petualangan, dan saya sudah siap membayarnya dgn menanjak.
Sayangnya yg saya tempuh ini bukan hal umum di kalangan pecinta sepeda. Mayoritas pesepeda adalah penyuka turunan, pembenci tanjakan lebih banyak lagi. Yang sedikit menanjak juga lebih memilih jalan raya sbg pemenuhannya.
Saya sendiri malah memilih menyukai menanjak di jalur tanah, hal yg menjadikan kegemaran saya tidak populer. Saya menyadari jg utk bisa mencapai tempat2 tertinggi pegunungan di Malang ini yg jarang dikunjungi oleh pesepeda umum, hanya dgn cara yg tidak umum tersebut. Menanjak itu hanya bagian kecil dari sebuah petulangan segar yg saya idamkan. Semacam kombinasi antara hiking dan sepeda gunung lah, kegemaran ganda yg sekali dayung, hehe.
Lebaran hari ketiga ini awalnya saya rencanakan buat sesi pemanasan dgn menelusuri Ds Sengon. Seperti pada rencana 'rute selanjutnya' yg saya tulis pada kolom kanan. Apa daya, ternyata saat mulai lagi, saya rasa stamina masih drop, blm terlalu kuat. Akhirnya saya pilih menelusuri jalur pendek Ds Kucur
Mulai menanjak tanah setelah menghabiskan jalan raya dari Ds Kucur hingga Ds Klampok. Sungguh tanjakan yg pantas menyandang label 'raja tega'. Jarak dan kemiringannya sangat top markotop
Beberapa persimpangan membuat saya bingung menentukan pilihan jalur selanjutnya. Memasuki hutan pinus ini, hawanya benar2 sejuk dan tenang, saya putuskan mancal santai saja menikmati suasana, apakata jalur.
Sepi Mamring. Sebelum memasuki hutan pinus tadi masih terdengar gema letusan mercon seperti meriam, disini benar2 sepi. Cuma suara hiasan alam yg terdengar. Di saat suasana lebaran, pastilah hanya orang edan yg mau klayapan ke hutan, dan itu ternyata saya. Hanya 5 orang saya hitung , itupun ketemu di bawah, jalur tanah sebelum hutan pinus.
Perasaan saya awal menginjak sini yaitu ter-alienasi. Saya merasa dan melihat, jika saya satu2nya mahluk hidup berwujud manusia yg beredar di tengah gunung ini.Manusia membawa sepeda pula, jika ada sesuatu maka tak seberapa cepat ngacir saya. Pelan2 saya melebur dgn melihat dgn seksama sekitarnya, mendengar kicauan burung yg terasa lebih keras dan ramai dari biasanya, serta menikmati hembusan angin di sela pori2. Antara seram dan senang bercampur menjadi satu , melihat aneka kehijauan dan lereng jurang yg remang2 tertutup rimbun pohon.
Jalur ini sepertinya sering dilewati, tebakan saya jika tidak tadi pagi maka mungkin kemarin sore. Konturnya landai, banyak turunnya, naik sedikit sudah turun lagi, yg utama jalurnya bagus serta mulus. Sesi foto juga saya manfaatkan utk berhenti sejenak,melihat2 , mengamati sekitar utk lebih mengenalnya. Di area inilah spot menarik, deretan pinus itu membentuk pemandangan yg adem di mata.
Dari belokan , sudah turun lagi. Enak benar, hembusan angin sambil gowes di antara pinus. Maha Besar Allah
Jalurnya masih mulus, dan terbuka lapang, bukti sering dilewati.
Break sesi pertama, spot ini ada sebagian lahan yg dibuka, banyak pinusnya ditebang, dikumpulkan, ada pula yg disusun membentuk gubuk. Lahan pun ditanami tanaman yg tidak biasa, yaitu terong. Umumnya adalah kubis, kol, cabe dan tomat. Lokasi ini selain semakin sepi dan nikmat tur asoy, jg semakin masuk ke dalam hutan rimbun, saya belum menemukan ujung pangkalnya. Saya kembali utk mengambil jalur pertigaan pertama , rasanya belum siap kalau ketemu macan
Turun jauh sampai ngedrift ,hingga ketemu kebun jeruk, pertigaan lagi.
Salah satunya menurun ke kiri spt di atas, namun saya yakin itu akan berakhir menanjak jika melihat seberang jauhnya. Namun yg saya ganjalkan adalah pemandangan di seberang tampak jelas memasuki jalur hutan pinus yg naujubileh lebatnya. Melongok konsumsi sepertinya tak akan cukup bila dibawa lebih jauh , apalagi kalau dibagi dgn bangsa Celeng.
Pilih turunan sebelah kanan akhirnya, yo tancap
Turun jauh pula, memasuki perkampungan dgn jalan makadam yg panjang nan curam. Tipe jalan yg gemar menghabiskan ban dalam sepedamotor. Akhir dari sesi pendek ini di dekat PWEC, ealah. Dibandingkan dgn hutan pinus tadi, saya merasa daerah sini lebih horor, karena tak sengaja membaca sebuah papan bertuliskan ' jangan mencari masalah disini jika masih ingin melihat hari esok '
lha dalah.... jgn2 kampung preman nih...