Sesi II

10:32 0 Comments A+ a-

Ini hanya sesi tambahan utk menemukan jalur antara petungsewu hingga pacuan kuda /bandulan


Start pointnya berada di tengah ladang tebu, seberang jembatan menuju tegalweru.
Mesti jeli2 mencari jalurnya, karena ada yg single track kecil 
Dan ini jackpotnya, jalur dgn hiasan batuan besar yg jika menurun dgn gas pol dijamin nyungsep dgn sejahtera.

Setelah batuan besar, ganti batuan kecil. Saya tak menyangka ada jalur sebesar ini di antara petungsewu
Menuntaskan hajat kecil, break kedua . Punggung dan pinggul sudah mulai pegel linu, umur tidak berbohong
Disambung dgn jalur lama, yg keluar dekat bakul nasi pecel.
Sudah hampir KO bolak balik menemukan jalur yg terpotong. Dari 3 gambaran, 1 gagal ketemu, 1 lagi ketemu tapi buntu di finish, 1 sukses.
Ini yg mirip tegalweru, namun tak ketemu ujungnya, ketemunya masuk pekarangan rumah orang dekat dieng, bukan pacuan kuda bandulan.
Tanjakan, turunan hari ini oke, namun klayapannya lebih oke. Daripada memilih satu sisi, saya ambil saja satu paket, he he

Sesi Pendek

09:24 0 Comments A+ a-

Selain turunan, saya juga menyukai tanjakan, namun daripada kedua itu, saya lebih cinta lagi pada petualangan. Malang merupakan daerah pegunungan, khas dgn bukit maupun jurangnya. Pegunungan itu berjajar laksana benteng seperti pada Gn Kawi, Gn Buthak dan Gn Panderman. Jurang2 di antara lembahnya menjadikan konturnya naik turun pada elevasi yg curam, dan akses kendaraan/umum sulit utk mendekat puncaknya, tidak seperti Bromo. Namun ada yg beberapa cara utk menjangkaunya ; motorcross, hiking, dan sepeda gunung, tinggal memilih yg cocok. 
Tidak mudahnya akses , sudah saya buktikan sendiri bahwa tempat2 eksotis di pegunungan begitu unik dan terpelihara karena sulitnya medan. Satu2nya prasyarat utama adalah anda mesti DOYAN TANJAKAN. Urusan menanjak ini masih didominasi crosser, maka itu pegunungan di Malang masih santapan favorit motorcross. Padahal indahnya pegunungan di Malang ini menawarkan penjelajahan tiada batas, cuma tanjakan itu adalah harga yg mesti dibayar, dan nanti akhirnya turunan menjadi bonus. Malang memberi apa yg saya harapkan, yaitu Petualangan, dan saya sudah siap membayarnya dgn menanjak.

Sayangnya yg saya tempuh ini bukan hal umum di kalangan pecinta sepeda. Mayoritas pesepeda adalah penyuka turunan, pembenci tanjakan lebih banyak lagi. Yang sedikit menanjak juga lebih memilih jalan raya sbg pemenuhannya. 
Saya sendiri malah memilih menyukai menanjak di jalur tanah, hal yg menjadikan kegemaran saya tidak populer. Saya menyadari jg utk bisa mencapai tempat2 tertinggi pegunungan di Malang ini yg jarang dikunjungi oleh pesepeda umum, hanya dgn cara yg tidak umum tersebut. Menanjak itu hanya bagian kecil dari sebuah petulangan segar yg saya idamkan. Semacam kombinasi antara hiking dan sepeda gunung lah, kegemaran ganda yg sekali dayung, hehe.


Lebaran hari ketiga ini awalnya saya rencanakan buat sesi pemanasan dgn menelusuri Ds Sengon. Seperti pada rencana 'rute selanjutnya' yg saya tulis pada kolom kanan. Apa daya, ternyata saat mulai lagi, saya rasa stamina masih drop, blm terlalu kuat. Akhirnya saya pilih menelusuri jalur pendek Ds Kucur 
Mulai menanjak tanah setelah menghabiskan jalan raya dari Ds Kucur hingga Ds Klampok. Sungguh tanjakan yg pantas menyandang label 'raja tega'. Jarak dan kemiringannya sangat top markotop
Beberapa persimpangan membuat saya bingung menentukan pilihan jalur selanjutnya. Memasuki hutan pinus ini, hawanya benar2 sejuk dan tenang, saya putuskan mancal santai saja menikmati suasana, apakata jalur.

Sepi Mamring. Sebelum memasuki hutan pinus tadi masih terdengar gema letusan mercon seperti meriam, disini benar2 sepi. Cuma suara hiasan alam yg terdengar. Di saat suasana lebaran, pastilah hanya orang edan yg mau klayapan ke hutan, dan itu ternyata saya. Hanya 5 orang saya hitung , itupun ketemu di bawah, jalur tanah sebelum hutan pinus.



Perasaan saya awal menginjak sini yaitu ter-alienasi. Saya merasa dan melihat, jika saya satu2nya mahluk hidup berwujud manusia yg beredar di tengah gunung ini.Manusia membawa sepeda pula, jika ada sesuatu maka tak seberapa cepat ngacir saya. Pelan2 saya melebur dgn melihat dgn seksama sekitarnya, mendengar kicauan burung yg terasa lebih keras dan ramai dari biasanya, serta menikmati hembusan angin di sela pori2. Antara seram dan senang bercampur menjadi satu , melihat aneka kehijauan dan lereng jurang yg remang2 tertutup rimbun pohon.
Jalur ini sepertinya sering dilewati, tebakan saya jika tidak tadi pagi maka mungkin kemarin sore. Konturnya landai, banyak turunnya, naik sedikit sudah turun lagi,  yg utama jalurnya bagus serta mulus. Sesi foto juga saya manfaatkan utk berhenti sejenak,melihat2 , mengamati sekitar utk lebih mengenalnya. Di area inilah spot menarik, deretan pinus itu membentuk pemandangan yg adem di mata.
Dari belokan , sudah turun lagi. Enak benar, hembusan angin sambil gowes di antara pinus. Maha Besar Allah
Jalurnya masih mulus, dan terbuka lapang, bukti sering dilewati.
Break sesi pertama, spot ini  ada sebagian lahan yg dibuka, banyak pinusnya ditebang, dikumpulkan, ada pula yg disusun membentuk gubuk. Lahan pun ditanami tanaman yg tidak biasa, yaitu terong. Umumnya adalah kubis, kol, cabe dan tomat. Lokasi ini selain semakin sepi  dan nikmat tur asoy, jg semakin masuk ke dalam hutan rimbun, saya belum menemukan ujung pangkalnya. Saya kembali utk mengambil jalur pertigaan pertama , rasanya belum siap kalau ketemu macan
Turun jauh  sampai ngedrift ,hingga ketemu kebun jeruk, pertigaan lagi.
Salah satunya menurun ke kiri spt di atas, namun saya yakin itu akan berakhir menanjak jika melihat seberang jauhnya. Namun yg saya ganjalkan adalah pemandangan di seberang tampak jelas memasuki jalur hutan pinus yg naujubileh lebatnya. Melongok konsumsi sepertinya tak akan cukup bila dibawa lebih jauh , apalagi kalau dibagi dgn bangsa Celeng.
Pilih turunan sebelah kanan akhirnya, yo tancap
Turun jauh pula, memasuki perkampungan dgn jalan makadam yg panjang nan curam. Tipe jalan yg gemar menghabiskan ban dalam sepedamotor. Akhir dari sesi pendek ini di dekat PWEC, ealah. Dibandingkan dgn hutan pinus tadi, saya merasa daerah sini lebih horor, karena tak sengaja membaca sebuah papan bertuliskan ' jangan mencari masalah disini jika masih ingin melihat hari esok '

lha dalah.... jgn2 kampung preman nih...

Random Story

07:44 0 Comments A+ a-

Beberapa foto yg tersimpan dan sedikit cerita mengenainya

1. Warkop Pak Doel 1982
Warung ini jelas bukan utk para penikmat kopi sachetan, embel2 musik keras serta warna dominan ala reggae menyiratkan sajian yg dasyat, ga tanggung2. Lokasi warkop pak Doel  ini jg strategis, di bawah pohon rindang dan jalan yg sepi dari lalulalang, pas utk menemani mencari inspirasi

2. Bersama cak Arief
Meski meloncat tanpa ragu, tangan anak tersebut tetap sigap menutup 'burung'nya agar tak ngacir
Ini pemandangan masa kecil yang saya rindukan.  Foto ini dalam perjalanan ke sumber wringin


Menjelajah track tunggangan hingga pakis , wendit - araya. Track variatif antara nongkojajar - jabung. Sebutan lainnya 'kemiri'
Foto bersama Heru koskas
Spot lain di sumber ngepoh - lawang. Lokasi yg cocok utk menggelar tikar bersama keluarga
Rehat setelah menyusuri track Gragal - Bocek. Sudah masuk agenda utk bulan depan utk penelusuran lanjutan.
Dan terakhir,
inilah yg mengobrak abrik hati saya. Saya mengetahuinya semenjak tinggal bersama istri di Klojen.


Seorang nenek yg sudah renta namun tak patah semangat berjualan. Nenek ini berjualan tak jauh dari tempat saya dan istri biasa membeli sate. Sebuah pemandangan yg menarik rasa iba terdalam di hati, seolah saya melihat almarhum nenek saya sendiri.
Membawa keranjang bambu, beralas daun, ditemani lilin, nenek ini duduk dgn sabar di tepi jalan, menunggu orang membeli kacang rebusnya. Penerangan yg tak seberapa itu membuatnya nyaris tak terlihat orang. Lalu lalang kendaraan yg begitu ramai seolah tiada yg menyadarinya. Berangkat berjalan dari Ngaglik tiap sore , beliau seolah tiada putus harapan hingga menjelang malam. Padahal belum tentu sehari kacang rebusnya laku. Belum lagi lidah2 jaman sekarang tak terlalu akrab dgn jajanan rebus semacam ini.
Saya menyukai fakta bahwa nenek ini berjualan dgn integritas tinggi. Kacang yg dijualnya selalu dan selalu merupakan kacang pilihan , dari jenis yg terbaik dan direbus dgn baik pula. Belum pernah sekalipun saya membeli kemudian kecewa saat menikmatinya. 
Sebelum jaman berakhir, dan yg semacam ini semakin punah, saya sudah memutuskan akan selalu menjadi pelanggan setianya
Jika melewati pasar kasin, anda bisa menemuinya namun janganlah tunjukkan secara nyata rasa kasihan anda. Belilah dgn hormat meski itu cuma sebungkus kacang , karena anda membeli kacang rebus dgn mutu terbaik, saya jamin itu. Dan tunjukkan hormat anda kepada penjualnya yg masih berdedikasi meski keriput dan uzur itu menyertainya.

Bersepeda di Bulan Ramadhan

13:29 0 Comments A+ a-

Ringkasan beberapa kegiatan pribadi utk mengisi bulan penuh berkah ini, dgn mengayuh sepeda sambil beribadah.  



Tarawih Keliling. Saya sempat berhenti lama melakoni kegiatan ini karena ketiadaan teman.  Teman saya sudah menikah dan cukup sibuk, selain itu pangkatnya sudah naik dari jama'ah menjadi imam sholat tarawih, dari bujang menjadi bapak . Berdua , kami mengunjungi masjid2 silih berganti di berbagai tempat dgn berjalan kaki. Unik sekali pengalaman sholat tarawih yg saya dapatkan dari kegiatan ini, dari yg imamnya super ngacir hingga yg panjang nian bacaan suratnya, dari yg jama'ah  super khidmat hingga yg riuh . Sedang foto ini saat saya kangen tarawih di masjid Ali Sarbawi, sambil mampir sambang Orang tua
Ngabuburit sambil hujan2 keliling STPP. HUjan yg deras sore2 seolah memanggil saya utk membawa sepeda . Alhasil basah2an , pulang bawa es degan sebungkus,nikmaaatt.


Sholat Subuh di masjid Ahmad Yani , setelah malam ganjil pertama Lailatul Qadar. Ceramah khotib mengenai i'tikaf , dan bahwa puasa muaranya adalah taqwa. Tema lain ,amalan kecil namun kontiyu itu lebih disukai Tuhan.
Sepertinya saya utk sholat subuh, terjauh ya masjid ini
Ba'da subuh , saya sempatkan mampir tugu utk sekedar menghirup hawa pagi sambil puter2 ga jelas. Sepulang ke rumah, saya sukses masuk angin.
Ngabuburit ' sak kesel e'. Berangkat jam 3 sore, sampai rumah jam 5. Alhamdulillah, lancar jaya, malah ketagihan lagi.


Meski tertatih seperti siput kawin, gowes ini menyadarkan saya bahwa saya ini lumayan juga, hehe. Jarak sedemikian bisa tertempuh pulang pergi walau rasanya dahaga sudah mencekik tenggorokan, otot kaki lemas, dan keringat dikuras habis2an. Untungnya sore itu hawanya sedang sejuk, minus hari libur tetap saja jalan raya dipenuhi kendaraan. Makin mendekati hari raya byk yg berbuka di luar sepertinya


Suasana sholat malam di masjid Jami' Malang. Jam 1 malam, namun seperti sore hari. Jama'ah yg mencari keutamaan Lailatul Qadr ini mencapai ratusan, memenuhi hingga halaman luar masjid. 
 Ini suasana Lailatul Qadr di masjid Ahmad Yani , Senaputra. Yg beri'tikaf lumayan banyak, dari yg mengaji, sholat malam, hingga berdzikir. Banyak yg membawa keluarganya kemari, beri'tikaf hingga menjelang subuh. Takmir menyediakan minuman kopi dan teh utk jama'ah., jadi tak perlu repot2 mencari tombo ngantuk. Saya akhirnya memutuskan destinasi di sini utk menjemput Lailatul Qadr. Masjid ini favorit saya dulunya uk sholat tarawih, nuansanya itu lho.. khidmat,khusyu, dan tenang plus adem. Jama'ahnya ramah2 pula.
 Berkeliling seperti ini membuat ramadhan lebih hidup, terasa nikmat, dan merasuk ke hati. Masih ada destinasi lain utk kunjungan saya berikutnya, yg utamanya mengisi bulan Ramadhan. Ramadhan setahun sekali, belum tentu tahun depan ketemu lagi, habis hari raya tak jarang hati menjadi sedih melihat ramadhan pergi.
Bersepeda dan beribadah , kenapa tidak?





Morning Ride

22:14 0 Comments A+ a-

Libur hari ini adalah awal dari libur panjang saya. Cuti 2 minggu ini, seperti penuntas dahaga setahun sekali, yg mana akan selesai hingga akhir bulan, utk kemudian kembali saya membanting tulang utk sebakul nasi, sepiring lauk pauk, jatah belanja istri, bayar tagihan,beli susu anak, isi bensin, dan masih akan panjang lagi daftarnya . Terlihat duit hanya sekedar mampir saja, lalu melanjutkan perjalananan ke tangan berikutnya. Dari saya ke tangan istri, tak lama ke tangan bakul sayur, lalu bisa ke tangan anaknya, saudaranya atau ke penjaja pakaian di mall. Jika dirunut, dalam sehari saja kemungkinan duit berpindah tangan bisa berpuluh kali. Bahkan meski disetor ke bank, bisa tak lama kemudian keluar lagi utk ditarik oleh yg lain. Skrg berduit tebal , esok bisapula dompet sudah minus. Duit banyak bisa makan enak dgn wajah ceria pula, giliran kantong kosong masih ditambah lagi berhutang,  bisa makan sudah syukur, biasanya masih ditambah muka mrengut mecucut. Perpindahan duit ini ternyata juga berperan dalam perubahan lingkungan , selain situasi kondisi. Membludaknya ruko2 di Malang kabarnya juga akibat berpindahnya duit dari si anu ke si anu lewat jalan belakang , pas kondisi remang2, tertutup ilalang dan nafsu jalang



Perubahan dari hari ke hari semakin cepat, sejajar dgn kesegeraan kita memenuhi keinginan, bukan kebutuhan.Dan dahaga  keinginan itu panjang sekali urusannya, berteman erat dgn sifat kurang sabar, doyan yg instan, pastilah yg namanya damai ogah berurusan dgn orang yg banyak inginnya. Puasa salah satunya mengurangi daftar keinginan saya, tidak mematikan seluruhnya. Saya masih seperti kanak2 yg tidak tahan melihat aneka macam permen dan kue meski telah menyantap nasi. Bukannya memaknai ibadah kepada Yang Maha Agung, saya malah sibuk memikirkan segala macam menu sedap pembalas lapar puasa. Puasa antara lain menurunkan sifat keprihatinan , menunjukkan betapa lemahnya kita, membenahi perilaku diri, yg kesemuanya menuju pemenuhan kebutuhan rohani, bukan mempertajam kebutuhan ragawi. Sayangnya ,saya masih belum memahami itu dgn benar, maka perubahan yg terjadi juga tidak membuat saya semakin dekat dgn pencipta , namun malah semakin mirip pecinta kuliner nan rakus.  Mungkin saya termasuk golongan celaka yg disebut di kitab suci. Bulan puasa ini saya malah mempunya hobi baru, makan kismis, kurma dan roti maryam. Jadi bukannya malah bertambah hemat, malah makin kebobolan jatah jajan bulanan. Belum lagi lauk pauk yg mesti oke, padahal sesederhana apapun masakan itu, manakala lapar, nikmat pula tiada taranya. ada yg bilang enak itu hny smp batas tenggorokan.
Tak hendak celaka lebih jauh, saya ingin menjadi orang yg bergembira kala datangnya bulan puasa. Perut boleh lapar, mengayuh jalan terus. Maka itu saya mencoba bersepeda pagi seperti hari biasanya, sambil merasakan suasana ramadhan. Rute ini akhirnya menuju alun alun Merdeka kota Malang. Pikiran saya, tempat keramaian manapun pastilah signifikan sekali perubahannya manakala bulan puasa. Kalo ngalas belum sepenuh hati, walau bayangan saya saat puasa -puasa di tengah alas akan menjadi momen langka, pastinya mesti ada aroma2 Ramadhan di tengahnya.  Sebelas bulan yg lain saya boleh sesat, yang satu bulan spesial ini saya tetaplah ingin kembali ke mendekat sebaik-baiknya di Pangkuan -Nya. Maka itu andaikan night ridingpun bersepedanya , tetep ada unsur2 ramadhannya, entah itu diselingin tadarusan , atau tahlilan di tengah rute. Kalo cuma night riding biasa , hari biasa juga bisa, yg iya malah kebablasan sahur tidak bersama keluarga. Padahal bulan puasa byk orang jauh2 pulang ke rumah demi berkumpul bersama keluarganya

Banyak makan , kurang olahraga menjadikan kelihaian diri saya menurun drastis. Yang dulunya setengah mahir, skrg seperti baru pemula, belajaran pula.
Menuju kolam air mancur di tengah, tersedia jalur utk kursi roda. Sesampai tengah, benarlah  dugan saya, bahwa alun2 terlihat lebih ayem. Pengunjung tak terlalu banyak, ada yg berolahraga, nongkrong santai, dan makan angin, minus penjaja makanan yg biasanya memenuhi hampir semua sudut alun2 sampai spt tempat kuliner.
Menikmati suasana di alun2 saat pagi hari  sungguh nikmat. Perubahan alun2 dari waktu ke waktu sebenarnya cukup positif, sayangnya masih banyak orang yg mencari nafkah di sekitar alun2 ini tidak ketularan sifat positif juga, malah semakin membabi buta. Berurusan dgn satpol PP tiap hari bukannya malu , malah semakin menantang. Saya maklum byk orang menahan diri mengunjungi alun alun, karena beranggapan jika alun2  semakin sepi, para penjual brengsek dan sejenisnya segera hengkang. Sayangnya, sepertinya malah menjadi2, malah laksana markas buat mereka.
Kenikmatan ini jarang ada di hari biasa yg dipenuhi berbagai macam jenis penjual, saya juga jarang mampir meski bisa mengunjunginya tiap hari. 
Dibeberapa titik ada 'bekupon' /rumah burung dara. Dan di atas tampak foto penghuninya. Yg lagi jongkok berbaju merah adalah tk penyedia sewa scooter pooh
Nah ini yg menjadikan ramadhan terasa spesial. Masjid jami dulu langganan saya saat bulan puasa sebelum saya berpindah ke masjid2 terdekat. Favorit saya, bareng bapak berangkat pagi, ambil shaf depan. Pagi ini terlihat cukup ramai di dalamnya, idem dgn kondisi di luar sekitar alun2. Entah bagaimana skrg rupa interiornya, apa sebagus eksteriornya.
Karena belum terlalu capek, dan masih ingin berolahraga lebih lama, maka saya melanjutkan perjalanan utk mencari bahan utk blog satunya. Malu juga blm seberapa sudah hendak pulang, yg bersepeda di jalan raya juga tampak banyak meski tidak sebanyak hari biasa.
Maka sayapun mengayuh lanjut terus. Dan nglantur saya tentang 'perpindahan' dan 'perubahan' itu  , hm... mungkin akibat dicabutnya kenikmatan dari kebiasaan sarapan pagi saya, he he 
Perubahan itu perlu bagi saya, sebagaimana kemauan utk berpindah bukan berdiam diri di kondisi tidak baik yg menjajah diri saya. Perpindahan itu juga berguna utk melihat wajah lama saya sendiri , karena saya paham saya manusia yg penuh kekeliruan , yg juga ingin berhenti dari kekeliruan tersebut.


-alun alun MERDEKA kota Malang-