Uklam - uklam ke Gendogo

16:03 2 Comments A+ a-

Mana itu gendogo? adalah dusun dimana kraton gunung kawi berada. Tepatnya Dusun Gendogo, Desa Balesari, Kecamatan Ngajum- Kabupaten Malang.
Kok saya tidak meyematkan judul 'uklam2 ke gunung kawi' saja, tidak lebih agar tak menimbulkan syak wasangka saya sedang ngalap berkah , pesugihan dan sejenisnya.
Di siang yg cukup panas, saya nekat mencari lokasi yang adem2 , berangin , sepi dan kalau bisa ada kopi hitam, bakso , mie godok serta nasi rames dinikmati dengan 'medingkrang'.
Otomatis mall, kulkas dan bank gugur dari persyaratan. Karena kalau cuma nyari adem saja, masuk kulkas atau chiller udah sip tuh.
Jadilah ngluyur kemana kaki menuju.... ,
berikut gambarnya saja












Banyak anjing, mobil plat luar kota, dan suasana yang 'asrep'. Spot indah bertebaran dimana-mana.












Malam Minggu di Petungsewu

16:51 6 Comments A+ a-

'ROMANTISME MASA LALU',  seperti itulah setidaknya sekarang ini alasan saya bersepeda. Ada beberapa bagian yg memanggil dan membuat kangen utk diulangi lagi. Meski terus terang seiring waktu sudah tidak se-trisno dulu. Bahkan nafsu saya menjelajahi jalur baru sudah musnah entah kemana.
Padahal ledakan gaya hidup bersepeda kentara banget akhir2 ini dimanapun. Mudah ditemui dan diikuti jika mau. Masalahnya saya yg sudah males ngikuti, hehehe.
Mungkin sudah masanya estafet utk generasi sekarang yg lagi hot utk mengeksplorasi lanjutan jalur2 bersepeda yang baru atau meneruskan yg sebelumnya. 
Karena bersepedapun rentan mengalami kebosanan. Alih2 sebagai pengisi kebosanan, di sela rutinitas, aktifitas refreshing maupun hobby , ternyata tak membuat kegiatan ini luput dari lingkaran setan bernama 'jenuh'.
Bosan dengan jalur yg sudah2, cari tantangan jalur baru.
Bosan dengan part yg lama, ganti upgrade baru.
Bosan dengan gaya sepedaannya, ya kumpul dengan komunitas baru( yg berarti jersey baru, racun baru, bisa juga jalur baru lagi).
Ulangi terus putarannya hingga level infinity (kalau belum mentok bosan lagi), hehehehe.

Ya sudah saya akhirnya sampai bingung dewe mau sepedaan kaya apa. Kalau akhir2 ini ya emang ga jelas. Muter2 di lambau kadang 3-4 kali putaran , kadang cuma ngetrik2 amatir ala sepedaan DJ, lain waktu saya malah datang terus sepeda saya taruh kemudian senam SKJ ala anak SD,. Kalau lagi formalitas belaka ya saya sepedaan bentar trus duduk lama dibawah pohon sambil ngliat sawah menghampar di lambau. Wes sederhana sekali, seng penting keringetan tur ati marem.

Maka luar biasa sekali saya yg sudah ogah repot2 sepedaan jauh sampai akhirnya mau-maunya nanjak ke petungsewu, MALAM2 lagi!. Ada mukjijat apa gerangan yg turun ke pikiran saya yg sudah seperti kebo njaluk ngaso. Ya ilhamnya sih gara2 lihat rentetan foto kerlip lampu punya tetangga sebelah. Tanpa banyak cingcong dan susunan acara yg rumit apalagi pengerahan massa yang berlebihan, begitu saya lihat fotonya siang, malam itu juga saya bertekad berangkat, cuma utk satu keinginan "LIHAT KERLIP LAMPU KOTA '.

Jam 21.25. Dengan bekal seadanya , tanpa kawalan bodyguard, sendirian dan kondisi rantai yg agak berkarat, saya mencapai indomaret dieng sebelum menuju petungsewu. Peralatan minim, kalau sampai rantai putus dipastikan saya  akan pulang tanpa syarat.

Kalisongo ini merupakan tantangan pertama. Bila di kota jamnya setan gentayangan adalah selepas pukul 12 ke atas, di dusun ini baru jam 10 kurang sudah sunyi senyap, seperti dini hari jam 3an. Dua pemakaman umum saya lewati dgn dengkul bergetar karena lama ga nanjak dan tidak ada orang yg lewat yg bisa memahami hati saya, duh!.
Ketemu sih beberapa orang, itu bisa dihitung dengan jari. Yang pertama orang lagi mukuli ular yg habis masuk rumahnya. Yang selanjutnya orang2 yg lagi bakar2 bikin api unggun. Yang selanjutnya, ga ada orang tapi ada bau dupa menyengat, persis di pemakaman kuno di bawah beringin. Ini malam minggu apa malam keramat coooy.....

Jalan di mana kanan kiri ladang itu sudah ga kebayang seperti apa, ga tolah toleh wes. Kuatirnya ada yg nangkring di pepohonan, pakai baju putih trus manggil '' Bokirrrr... saya pesen satenya 10 tusuk..."
Biarlah mbak susanna hanya ada di pilm saja, ga perlu muncul di pikiran di saat yg ga tepat.  Kalau di gunung itu sepinya beda ya ama kalau lagi di dusun. Di gunung emang sepi ga ada orang, lha ini di  dusun banyak orang pada kemana aja kok sepi banget...
Jadi mikir yang iya2. 
Percayalah tidak ada yg kan mampu menghentikanmu kalau kamu punya hasrat kuat. Mau sendirian kek, mau terkencing2 kek, mau kebirit2, mau lewat 10 pemakaman, ya lewat aja nuwun sewu kan gapapa, toh jalannya ga dipasang palang ga boleh lewat. 
Kerlip lampu kota , saya datang. Sukses lah sampai gerbang petungsewu.

Dan berikut acara utamanya sodara2.



Istimewa dan mewah namun tetep sederhana. Sampai kalau saya mau tidur di tengah jalan raya saja bisa, cuma kuatir kelihatan norak, hehehe.
Ya cukup puas, tercapai juga karepe.
Berikut jam tempuh saya, minus belum termasuk sampai di rumah.

Pulangnya, ya ngebut banget lha wong sikon mendukung. Ya sedikit menyimpang dan ga normal, tapi marem nang ati. Hehehe