Tertidur Dalam Badai

12:53 3 Comments A+ a-

Sebuah judul yg  cukup super, sesuper realitanya. Kegiatan nekat ini tidak akan berjalan dan berakhir dgn baik tanpa rahmat Tuhan Yang Maha Esa, hehehe. Didukung niat yg bulat, rekan yg klop, dan persiapan mental dan fisik yg oke menghasilkan perjalanan yg bisa dikenang sepanjang hayat.
Jadi si Anshari lagi ada di Malang dalam rangka beberes. Dan ajakan trekking itu sudah pasti sulit ditampik adanya manakala datang dari rekan yg sudah layaknya sejiwa.
Dan karena si Anshari belum kenal dgn syahdunya putuk lesung gn Arjuno, mumpung di sini udah hayukk aja.

 Start sekitar jam 10an di jalur pendakian. Cukup padatnya arus dari Malang hingga purwosari menyebabkan sedikit molor dari waktu perkiraan.
Ijin di pos pendakian sebentar, dan asal tahu saja bahwa jalur pendakian sedang DITUTUP. Semuanya baik itu jalur lawang, tretes, dan purwosari. Boleh lanjut asal ga muncak, cukup sampai pos yg cukup aman. Pemberitahuan resmi alasannya adalah badai maupun cuaca sedang menghebat ketidakramahannya.
Mas penjaga pos masih mengingat saya, sudah mahfum bahwa saya tidak ada rencana  menginap , jadi kita boleh lanjut terus.

Goa Ontoeboego cukup sepi , kami berisitirahat sebentar di sini. Diam2 si anshari punya bakat jadi pawang anjing. Ini anjing2 bisa manut dipanggil. Kala saya ga deh, terima kasih. Ada trauma sendiri dgn hewan satu ini.


Perjalanan menuju Tampuono, kami berpapasan dgn sejumlah pendaki. Pendaki awal yg kami temui mirip tim evakuasi. Namun tak terlihat ada sesuatu yg urgent atau sedang diselamatkan. Sapa menyapa saja sesama pendaki.
Rombongan kedua yg kami temui adalah keluarga dgn 2 orang anak cewek, uhuuii....
Dan rombongan ini mulai dari kamis, baru turun selasa ini tadi, wuihh....

Pertengahan ke Tampuono, ambil ngaso dulu. Jalur yg kami pilih bukan yg memutar tapi yg langsung libas habis tanjakan lurus ke atas. Alhasil ngos-ngosan.



Rencana ngaso agak lama dan mengitari tampuono dibatalkan, penyebabnya tiba-tiba si Anshari begitu duduk langsung ngantuk berat seperti orang sedang kena sirep. Udah daripada kebablasan langsung kita tancap lagi ke putuk lesung dgn mampir dulu ke tempat ritual di tampuono. Cuma utk memastikan bahwa suasana saat itu benar2 sepi sekali.

Hutan lebat antara tampuono dan putuk lesung rasanya tak perlu dibahas lagi. Anshari ambil jalan di depan agar saya tak lancang utk merusak suasana kesan pertama. Dan begitu sampai , si anshari cuma " wow.....wow......... " aja. 
Hakakakaka amazing berat.

Buka bekal, duduk santai dan menikmati momen. Dgn keringat yg membasahi baju dan badan, terasa sekali begitu diam sebentar hawa langsung terasa dingin tapi kita masih memilih utk stay di depan pondokan.
Sempat ketemu bapak yg pernah saya ceritakan sebelumnya sedang mencari ranting kayu.


Urusan pertama adalah isi perut. Cuaca masih aman dgn terik matahari yg tidak rata.

20 menit kemudian tiba cuaca berubah drastis.  Setelah diawali kabut tebal dan pekat, hujan kemudian turun dgn hebatnya. Bersama angin kencang datang pula geledek menyambar-nyambar.
Awalnya masi bertahan di teras pondokan. Ternyata si anshari mulai menggigil. Sudah cuaca beranjak ekstrim, badan dan baju masih basah kena keringat.
Sekoteng panas dan tikar penghambat angin tak membantu, situasi di luar semakin tak terkendali.
Ya sudah akhirnya kita masuk pondokan. 
Di dalam, kita terus nyalain kompor masak utk melawan hawa yg semakin menusuk walau sedang tidak masak .
Ada cempluk/lampu tempel namun tak membantu karena sumbunya kependekan. 
Duduk sambil ngobrol, diluar suara hujan seperti bunyi aliran sungai yg sedang mengamuk. Geledek masih terus mendekat menjauh.

Tengok keluar ternyata memang sedang pekat gulita, udah masuk ke dalam lagi. Pintu pondokan di buka sedikit saja , itu hempasan kabut langsung menyeruak ke dalam pondokan.
Amankan sepatu dulu sambil cari tempat kencing yg memungkinkan. Cuaca seperti ini kerap membawa kebelet memang.


Akhirnya daripada mati gaya di dalam, kita bikin lagi sekoteng dan coklat panas, wuuuih nikmatttt. Berada di tengah cuaca seperti ini, selain menjaga pikiran positif perlu juga menjaga asupan kalori.
Benar2 perlu dipikirkan rencana plus plus utk menghadapi situasi yg sedemikian. Untung si anshari bawa bahan bakar kompor agak banyak, jadi bisa dipakai menghangatkan badan sekaligus 'membakar' nasi. (Kita taruh nasi bungkusan itu di atas kompor saking kepinginnya makan yg panas2).
Lampu yg menyala putih itu adalah powerbank.
Dan utk mengusir pikiran macam2 maupun yg aneh2, saya berinisiatif memutar playlist di HP. Asik juga dengar lantunan akustik macam depapepe dan Oshio Kotaro.


Saking syahdunya suasana dan badai yg tak kunjung reda, perlahan rasa kantuk itu tiba. Di awali si anshari yg  merem duluan, kemudian tak lama kelopak mata saya juga terasa berat. 
Saya dokumentasikan sebentar sebelum akhirnya kita sama terlelap. Ternyata masih ada nikmat dalam badai, yaitu istirahat yg lelap.
Hampir 3 jam kita tertahan di sini.
Sampai akhirnya geledek tak lagi terdengar, hanya rintik yg ritmis menari di atap pondokan.
Suasana ini begitu merasuk sedemikian rupa saat dibawa sholat menghadap Kebesaran-NYA.
Alhamdulillah cuaca berangsur membaik.

Kabut mulai tersingkap walau hujan masih tak menentu, terkadang deras sekali terkadang terasa kalem.
Setelah dirasa memungkinkan, saya bangunkan anshari utk packing dan siap2 turun menerobos hujan. 
Hujan tak akan berhenti hingga malam nanti menurut insting saya. 

Turun,kita potong kompas menuruni jurang dan tebing curam. Awalnya mencari jalur turun yg berbeda, ndilalah malah masuk lereng jurang. Udah hajar saja
Menerobos belukar dan pepohonan di tengah hujan deras, akhirnya kita bisa kembali di jalur pendakian. 
Pos tampuono tidak kita lewati dalam jalur turun ini.
Jalur selanjutnya kita juga menyimpang tak melewati Ontoeboego.
Sempat bertemu beberapa orang yg akan lelaku. Bahkan ada juga pendaki yg hendak ke atas di tengah cuaca yg menurut saya kurang mendukung ini.
Alhamdulillah selamat tak kurang suatu apapun hingga pos perijinan lagi. Namun hujan yg tak kunjung henti dan kelelahan sepanjang kembali ke Malang sangat terasa.
Saya sempat merasa kena hipotermia ringan. Mandi air panas seperti tak terasa, rasanya dingin dan kulit terlihat pucat. Udah langsung sembunyi di balik selimut aja utk ngorok, haha.
Dan saat esok saya tulis ini, kemungkinan rekan satu ini akan kembali ke kalimantan , utk merangkai masa depan.
Terima kasih kawan, semoga sehat selalu utk petualangan selanjutnya.
Tak ada yg lebih indah selain perjalanan bersama kawan karib dengan disponsori Tuhan