Habis Bocek , Terbitlah Oma Campus

06:32 2 Comments A+ a-

Mancal bareng Koskas Malang, yg terakhir saya lakoni sebelum puasa, sudah lupa tanggalnya, hehe. Dari obrolan ngalor nglindur, saya tawarkan rencana ke bocek 3 minggu yang lalu utk direalisasikan, icip2 bareng teman koskas. 
Walau diakhir sempat terkendala angkutan, tertangani juga hasil hunting di lingkungan sekitar.
Berkumpul di taman krida, saya bertemu rombongan men elit die hard-nya TW kala menuju titik kumpul , salah satunya sam Indra Weeklybikers. Sambil bersilaturahmi , kami sempat ngobrol tentang salah satu destinasi cantik yg terletak di lawang. Saya rekomendasikan utk segera mencobanya, bahasan tentang spot tsb ada di tulisan ini.
Akhir list sekitar 6 orang yg pasti ikut, ternyata yg hadir ada 12 orang, wow. Bahkan sebenarnya acara ke bocek di malam hari menjelang esok berangkat sempat melonjak menjadi 17 rider, tidak disangka. Karena sudah deal dgn pickup, terpaksa tambahan 5 orang di malam hari ditolak, begitu juga saat pagi terpaksa tidak terangkut 4 orang. Total yg berangkat 8 orang. 4 orang yg tidak terangkut antara lain sam Pengek dan Wisnutop.
Jika tahu begitu antusiasmenya, pastinya hanya bisa muat dgn truk.
Dari dua rute , dipilih yg via gunung mujur, tidak melewati gragal.  Gowes ini sekaligus ramah tamah saya dgn beberapa rekan yg sudah lama tidak bersua.
Well, men elit yg hari ini berkostum layaknya para jogeters dan pasukan sorak hore acara seperti inbox, dasyat, dan sejenisnya. Meski begitu, ketrampilannya menunjukkan dia adalah alay bermartabat, hehehehehe.
Walau saya ragu, para penghuni hutan mengerti tentang mode, tetap saya acungi jempol utk proyeksi akan trend bersepeda di mendatang. Tidak cuma sepeda yg berdandan, rider juga mesti bergaya.

Kebanyakan rider akan memilih jalur di samping yg justru malah beresiko. Boss Yoga menunjukkan dgn baik, bahwa jalur yg tengah justru jalan terbaik mendapat speed tinggi dgn resiko minimal.  Ditunjang dgn safety riding-nya, saya akan memberi nilai 9 utk rekomendasi yg ditunjukkannya langsung.
 Punden desa bocek , yg juga merupakan cagar budaya.

Membantu seorang nenek yg membawa kayu bakar yg sangat banyak melebihi kemampuannya. Yang pertama menolong adalah seorang mahasiswa yg sedang KKN, karena tidak diikat, kayu2 tersebut jatuh bolak balik.
Akhirnya dibantu pelan2 bersama rekan2, utk menuju rumah si nenek. Sayangnya nenek tersebut beberapa kali ditanya rumahnya tidak berkata apa2, hanya menunjuk2 arah, jadi cukup kesulitan juga komunikasi.
Foto bersama menjelang jalur bocek yg mempunyai spot terowongan roller coaster.
Disini ban saya bocor karena menghantam batuan yg berserakan di turunan. 
Kelar jalur bocek seperti perkiraan yaitu jam sepuluh.  Saat sedang mencari sarapan, tiba2 terbit ide nyambangi oma campus, ya sudah jadilah.
Dengan rider tinggal 6 orang, mulai menanjak lagi menuju oma campus.
Panas yg sudah di ubun2, berbumbu kelaparan, jadilah menuntun sehat.
Jangan segan2 utk membawa bekal ekstra manakala ada rute tambahan , dan tak perlu bingung memilih spot utk rebahan sejenak, yg penting adem.
Ini jalur yg akan segera berganti perumahan, padahal ini merupakan penghubung oma campus ke kalimetro, semoga tidak dimusnahkan.
Total 30km hari ini.
Mancal bersama ini mungkin akan saya adakan kembali bersama beberapa rekan koskas atau siapapun yg tak segan nimbrung, namun yg pasti tidak minggu depan, karena waktu utk bersama keluarga.
Tertarik ? monggo ikut.
Bersama : Cak Udin, Boss Yoga, Wewo, Heru Tri, Hahan, Cak Arief, dan Andri Ferdie.

Oma Campus X2

07:38 0 Comments A+ a-

Semangat 45. Itulah yg saya bawa utk mengatasi tantangan pribadi di hari kemerdekaan RI ke 69.  Rencana mancal sebenarnya adalah sore hari, karena ada acara yg tidak bisa titip absen, yaitu upacara 17 agustus pagi hari, berlanjut halal bihalal di tempat kerja. Upacaranya sendiri berlangsung khidmat bagi saya , terutama momen yg diiringi lagu seperti mengheningkan cipta. Sebenarnya juga semua lagu nasional pelajaran SD adalah sakral bagi saya, semua nada2nya disusun terdengar mengagumkan dan bisa mendatangkan bermacam rasa di hati. Di akhir upacara , munculah ide utk gowes dadakan, namun mestilah spesial di hari yg spesial juga. Mancal siang, diatas jam 10 itulah idenya.
Dan dilanjutkan Ide kedua ; adalah menikmati track oma campus 2 putaran dgn istirahat di tengahnya. Sepertinya akan seru, membayangkannya saja sudah mendatangkan perasaan menggebu gebu. Perasaan yg senang membuat semangat menggelora.

Kelar acara tujuhbelasan, masih satu setengah jam lagi hingga pukul 10. Setelah mempersiapkan segala sesuatu, pukul 10.30 saya memulai start lewat jalur dieng kalisongo. Jalur yg ramai sekali dgn aneka macam lomba yg diadakan tiap RT menutupi setengah jalan raya. Balap karung, pukul gendok, lari kelereng, makan kerupuk tumplek blek. Sangat mengesankan utk daerah yg tidak terlalu jauh dari pusat kota,

Karena tahu tak akan mudah, maka beberapa persiapan saya lakukan. Diantaranya membawa topi, sebagai pengganti helm saat menanjak. Panas yg terik itu seolah dipantulkan kembali ke atas oleh aspal jalan raya. Jadi seolah saya mengayuh di antara panggangan, jika memakai helm rasanya kepala tidak cuma mandi keringat , tapi kliyeng2 pula, memakai topi lebih masuk akal serta sehat pula. Persiapan kedua adalah menurunkan harga diri , saya sudah bersiap tak akan malu utk banyak berhenti di tengah tanjakan meski serombongan atlit roadbike lewat.
Baju lengan panjang sudah pasti, yg pastinya gampang menyerap keringat dan cepat keringnya, enteng pula. Tak ada pilihan selain pakai jersey.
Dan... tak sia2 semangat 45 yg saya bawa, yaitu nilai tahan derita dan tahan uji (ini pelajaran PKN). Saat pagi saja jalur ini memerlukan istirahat 2-3 kali, kala siang begini lebih buanyak lagi. Mulut rasanya seperti pahit belaka meski baru menengguk minum, sampai saya mengira sedang meminum air garam.
Ada hal lain juga yg saya kejar, yaitu ingin merasakan sensasi para bikepacking macam bakulrombeng, yg tak henti mancal entah itu siang, entah malam. Adalah rencana kelak yg semoga keturutan utk mengikuti jejak para orang gila di atas sepeda , yg sudah setor jejak bannya di bebeberapa belahan bumi pertiwi ini.
Info di jalur kalisongo ini makin banyak bertebaran bakul jeruk di pinggir jalan, yg saat ini obral murah 3kilo cemban. Dan satu lagi, jembatan ken... (apa gitu, penghubung petungsewu - tegalweru),saya lupa.. sedang perbaikan total yg kira selesai kurang lebih 1 bulan. Bisa dilewati dgn mengangkat sepeda saat sepi, jika ada pekerja sebaiknya jangan, karena sepertinya bakal kena semprot. Seperti hari ini rombongan trail yg mengambil jalan memutar ladang, memancing seorang tetua penduduk utk geram.

Inilah waktu tiba di start masuk jalur oma campus. Setelah menesteskan keringat dgn seksama, rasanya lumayan plong, hehe.

Persiapan, memasukan barang yg ga perlu, dan mengeluarkan yg dibutuhkan seperti tripod, dan juga sedikit tabir surya, hehe.


Berdebu tapi tidak terlalu ekstrim sampai perlu memakai masker segala. Jalur oma campus sendiri memiliki tekukan2 berm yg asoy punya, meski beberapa jalur keluarnya kurang bersahabat akibat ulah roda motor dan bisa juga air hujan.


Turunan curamnya juga tidak seberapa, kecuali yg mendekati perumahan graha dewata. Berupa makadam tapi tertata rapi dan tidak semontok batu2 sungai yg menjadi bahan pondasi. Meski begitu saya sedikit menahan tawa mengingat  pernah ada rekan yg nyusruk disini saat malam hari, haha sebut saja bunga atau mawar

Berteman kebun tebu itulah pemandangan rute ini. Jangan mengharap hutan pinus, dari ujung ke ujung ya cuma sugarcane

Istirahat berteman rilgut. Sedikit lama dari waktu yg diperkirakan karena ada beberapa sesi ambil gambar, serta momen galau di persimpangan. Ronde pertama dehidrasi berat, bertempur dgn panas terik utamanya. Minimarket dekat villa tidar menjadi rest area.
Ada cerita lain, dari 3 minimarket yg saya singgahi, semua menawarkan kembalian kecil utk didonasikan. Saya tidak membaca ada papan pengumuman  kemana akan didonasikan atau siapa yg meminta donasi, maka saya tetap meminta kembalian. Selain itu jika tidak salah pernah membaca di kaskus berkaitan dgn hal ini, bukannya tidak percaya, saya memilih menyalurkan pribadi sajalah. 
Setelah beristirahat beberapa menit, lanjut menanjak kembali ke tugu tegalweru.



Ini waktu tiba di start awal masuk track oma campus lagi. Ambil napas dulu utk putaran kedua ,dan beberapa gambar awal track sambil memanaskan mesin yg sudah hampir kebakaran total.



Cukup heran bahwa kondisi track ini kok sepi ya, tapi justru hal itu membuat hepi. Serasa jalan cuma milik pribadi, mau gulung2 rasanya juga tidak bakal ada yg memperhatikan. 

Hampir pukul 1 di gerbang graha dewata. Tidak ada istirahat, lanjut ajojing2 di track selanjutnya. Panas boleh semakin membara, hati tetap tabah, semangat menyala tiada sirna.
           Entah ini apa namanya, berada dekat villa tidar, di tengah kebun kacang.


Debu yg tebal menggoda, tak ada salahnya dicoba. Debu membuat saya hobi ngepot/ngedrift2 ga jelas :D

Dan ini jalur tambahan yg cetar membahana. Jadi ada jalur kecil, kemudian ketemu jalur besar ini, yang wujudnya apik bin sae. Pakai ban komuting masih bisa mancal sambil cengar cengir kuda.
Akhirnya, finish kali metro dgn seger waras, puas, no lemas. Sungguh suatu acara gowes menyenangkan yg perlu diadakan lagi waktu depan, bisa di lain tempat dgn tema sejenis. Sampai rumah masih jam 2 kurang, cukup waktu utk mandi, dhuhuran, mencuci dan ngemong si kecil.  Biar kata rutenya pendek , yg penting puasnya dapat, di sisi lain juga ramah keluarga. Walau sempat keteteran di awal tanjakan, tapi jika tidak ada tanjakan mana bisa narik keringat, dan setiap keringat itu yg ada pada gowes sama dengan menyehatkan, jadi premisnya dapatlah.
Akhirnya saya bisa merdeka dari anggapan bahwa track di Malang cuma bisa 1x putaran, namun hal lain yg tidak boleh dilupakan adalah : 
 "carpe diem, quam minimum credula postero"

Bike and Beat

03:20 0 Comments A+ a-

 Selain bersepeda, hobi saya lainnya adalah bermusik. Jadi selain penikmat, saya sungguh2 menjadi pemain, dan yg tidak kalah keren posisinya tk genjreng, sempat naik daun pula. Setelah sekian lika liku, akhirnya saya mengakhiri karir musik yg tidak berujung pangkal itu. Walau sempat tampil di salah satu tv lokal, manggung dimana2 dan menelurkan album tidak populer bersama band maupun proyek solo(yg  saya sendiri meragukan mutunya, hakakakaka), tidak menghalangi jalan utk memilih karir sebagai buruh. Mungkin jika masih genjrang genjreng  hingga saat ini, hidup saya makin morat marit. Sudah dibenci keluarga, saya sendiri bahkan putus asa dgn diri sendiri. Maklum kala menjadi musisi banyak sekali pengorbanan, terutama waktu dan batin. Saya pernah uring2an hanya karena kalah kompetisi nasional , padahal secara peringkat tidak jelek2 amat. Namun ternyata kekalahan itu  menjadi tonggak hari baru. Saya mulai membenahi jalinan hidup saya sendiri, dan pada orang tua saya terutama. Besar kemungkinan kegagalan karena saya tidak mendapat restu dari orang tua tercinta.  Saya sendiri sudah mempunyai 'deadline' sejauh mana akan saya perjuangkan, memenuhi kebutuhan diri  sendiri saja sudah kerepotan,apalagi orang terdekat saya. Jadi saya pun menulis 'tamat' kepada genjrang genjreng utk karir.

Selesai bermusik, saya kini menjadi penikmat saja. Sejak kecil, hidup saya sudah full musik. Tape compo milik pak Dhe hingga radio bobrok milik bapak setiap hari hingar bingar meracun telinga. Saya akrab dgn berbagai lagu, dari The Carpenters sampai Bang Rhoma Irama. Pak Dhe saya kebetulan punya selera bagus, beliaulah yg mengenalkan saya dgn musik2 bermutu dari daratan eropa, yg berjasa menyeimbangkan dari gempuran musik dangdut 80an , ala darah mudanya bang Oma. Jika saat itu saya cuma mendengar dari favorit bapak saya, saat ini mungkin saya sudah menjadi pria bercelana komprang, berbaju kerah lebar ala rano karno,  dan rambut disisir miring, necis bin parlente.  

Singkat cerita, berbagai musik saya suka, dari jazz, rock, sampai rockdut, asal 'dut' nya tidak berbau koplo. Lantas apa hubungannya dgn sepeda? 
Seringnya saya bersepeda dan bertualang sendiri, maka pendamping perjalanan itu adalah mendengarkan musik. 
Dari sekedar menemani, makin kesini malah menambah suasana syahdu tiap perjalanan.
Semisal, saya mencapai lokasi yg sejuk, berhutan pinus, berhias suara burung, dan dipenuhi flora, maka dgn mendengarkan lagu yg kalem2, dan tenang bisa membuat tingkat penghayatan akan TKP menjadi khidmat, kalo sholat istilahnya makin khusyu'.
Mood menjadi lebih enjoy, dan saya pun lebih rileks menghadapi segala apa yg di depan , dan apa yg sewaktu2 terjadi.
Maka itu saya sedikit lebih selektif memilih lagu2 utk menemani perjalanan. Saya menghindari lagu2 bernada minor yg berpotensi mengundang suasana angker . Berada di tempat sepi sambil mendengarkan dendang seperti itu bisa membuat nuansa horor dari skala 3 naik hingga skala 8. Beat ceria, kalem, atau sedikit groovy menjadi pilihan saya, menyesuaikan dgn rute yg dilewati, saat mencapai titik yg paling 'cozy' dari suatu destinasi, cepat2 saya ganti dgn iringan nada2 menghanyutkan yg membawa kantuk.


Andalan saya saat gowes sendiri adalah sebuah hp jadul bin rombeng, yg dijual tak laku, diberikan gratis masih sayang. Penyakit akut hp tersebut adalah touchscreen yg loncat2 ga karuan. Putus asa karena baru diservis sudah kumat lagi, saya biarkan sajalah apa adanya. Yang membuatnya sampai kini masih saya pegang kemana2 adalah karena ia menyimpan deretan lagu favorit saya yg berjumlah ratusan. Baterenya juga masih awet seharian penuh memutar playlist tanpa henti.
Pergi kemanapun terutama kala gowes, hp tersebut berada urutan teratas daftar bawaan. Teman dalam petualangan, itulah dia.  Bersamanya perjalanan tak pernah terasa sunyi. Darinya saya bisa merasa dekat dgn suara2 emas penyanyi dari ujung eropa hingga asia. Darinya pula saya bisa merasakan apa itu keindahan yg tak bisa diungkapkan dgn kata2.
“The music is not in the notes,but in the silence between.” ― Wolfgang Amadeus Mozart
Makin kesini seiring pertambahan umur, kecenderungan saya mengajak ke alunan yg tenang, adem, dan lambat. Saya hampir meninggalkan beat2 yg menghentak, jika saja saya tidak bekerja  berhubungan dgn audio.
Apa saja yg mengisi playlist saya kala bersepeda, berikut;
Musik lintas generasi saya dengarkan. Dan utk periode lama, saya menaruh pada top listnya The Carpenter
Lagu2nya menghangatkan hati, mengaduk2 emosi ,disajikan dgn suara natural yg merdu. Suara yg terlahir sudah merdu dari sananya , tnp melalui olah vokal,atau polesan mixing yg rumit. 

-Matt Monroe
Diantara Perry Como, Andy Williams, Frank Sinatra, dan BeachBoys , saya tanpa ragu akan memilih Matt sebagi teman perjalanan saya. Orang ini punya suara yg membawa nuansa ketenangan, dan bisa seketika menembus hati terdalam, jika pengibaratan itu boleh di-lebaykan, hehe Orang ini mempopulerkan ost james bong - agen minyak no 007  'from russian with love'. Saya tak tahu apa seumuran saya ada yg demen musik2 lama spt ini, tp sebenarnya menurut saya cocok utk berbagai generasi. Michael Bubble adalah penyanyi yg sering mencover lagu2 lama, termasuk milik matt monro


One day I'll go around the world.One day I'll go to sea.And I'll find a land that's unexplored.They'll name it after me.I'll prove there's nothing that I couldn't.Nothing that I wouldn't do.
Selain musisi mancanegara, karya lokal jg menjadi koleksi saya, seperti Chrisye, Guruh Soekarno Putra, Ebiet, Ismail Marzuki dan beberapa grup rock lawas bercelana ketat.  Ada satu lagu yg mendalam bagi saya kala menempuh perjalanan, apapun itu bentuknya jika sudah mendengarkan lagu ini, sedih dan haru bawaannya
yaitu karya Ibu Sud ' Tanah Airku'

(lukisan Leo Eland berjudul ' ritzbouww', seorang belanda yg melukis keindahan Indonesia jaman dahulu.  Tahun 1842. ritzbouww sendiri artinya sawah/ lahan pertanian)

Tanah airku tidak kulupakan

Kan terkenang selama hidupku

Biarpun saya pergi jauh

Tidak kan hilang dari kalbu

Tanah ku yang kucintai

Engkau kuhargai

Walaupun banyak negri kujalani

Yang masyhur permai dikata orang

Tetapi kampung dan rumahku

Di sanalah kurasa senang

Tanahku tak kulupakan

Engkau kubanggakan


Jangan salah paham, saya masih melek musik2 jaman sekarang meski saya didominasi musik mayoritas jaman dinosaurus.  Beberapa yg masuk playlist saya ada kenichiro Nishihara, Million Young, Casa Del Mirto, Brothertiger, Heavenly Beat, Tahiti 80, Phoenix, Sheer All Star , Nantida Kaewbuasai (thailand) dan banyak lagi.  Dari full band sampai 1 instrumen, genre elektro sampai ketoprak campursari, saya demen ketawa2 sendiri sambil jalan mendengarkan Grup Sawunggaling Cak Kartolo Basman.  Bagaimana hidup seseorang katanya bisa dilihat dari musik apa yg ia dengarkan.

Gara2 bersepeda, saya bisa leluasa mendengarkan satu album musik tertentu, sambil mencernanya baik2. Saya bisa lgsg tahu ini suara siapa, beat begini milik band mana, dan apa yg disampaikan dari lagu tersebut, hingga cocoknya diputar dalam situasi apa. Di trackpun saya bisa berdendang sesuka hati sambil bergoyang seirama kayuhan, tnp takut dicap orang stress. Jadi nikmat sekali adanya bersepeda sambil mendengar musik.
Jika engkau sedang bersedih, bersepedalah sambil mendengarkan lagu2 sendu menuju rute yg sepi menanjak gila, perasaan susahmu itu akan semakin membanjir dan cepat datangnya, namun juga semakin cepat berlalu seiring habis napasmu menghadapi tanjakan. Tak perlu sungkan jika orang melihatmu beruntai air mata sambil mengayuh sepeda, bilang aja kelilipan kalo kepergok orang yg dikenal. he he he he....

Sebagai penutup, hobi adalah hobi, taruhlah dia pada tempatnya.  Akan tak bagus jika hobi mengalahkan tugas utama, sesuaikan dgn keadaan utk melakukannya agar semua sisi hidup kita jg berjalan dgn baik. Beruntung sekali jika hobi bisa menjadi salah satu ujung tombak penghasilan kita, namun tetap lihat sekeliling anda. Hidup itu ada iramanya , janganlah memainkan nada yg monoton, kadang oranglain ikut juga menikmati.

Berikut link video yg inspiratif yg saya rekomendasikan, tontonlah jika anda luang

 Semoga sukses selalu, salam super

Totalitas

10:36 2 Comments A+ a-

It ain't Mountain Biking unless you're hiking 


Saya sempat terheran2 mengetahui beberapa rekan bersepeda di Malang begitu hobi mendatangi salah satu track yg tersohor di daerah pasuruan, bahkan jika distatistik tiap bulan mungkin bisa menakjubkan hasilnya. Terlepas dari pertanyaan, apa tidak bosan? track tersebut tersaji dan diolah dgn sangat baik, masih pula dijaga dgn seksama. Saya yg pernah menjajal beberapa kalipun mengacungi jempol, terutama utk varian turunannya.  Namun yg menjadi tanda tanya, apa Malang sudah kehabisan track bagus hingga banyak pesepedanya memilih lari kesana? 

Menarik sekali. Malang punya beberapa track seperti Cangar, Gunung Mujur, Coban Rondo,Coban Rais, Princi, Bedengan, Gunung Buthak dan masih ada beberapa lagi. Meski begitu jarang sekali track2 tersebut dikembangkan , atau diperbarui lagi daftarnya. Usut punya usut, beberapa track kurang populer atau dianggap kurang bersahabat karena mengandung tanjakan. Kebanyakan yg dipilih adalah yg seminim mungkin menanjak, bahkan kalo bisa diharamkan.  Tentu saja itu hal yg salah kaprah. Tidak ada yg salah dgn track bersepeda di Malang ini, justru itulah yg membuat Malang begitu kaya jalur alami pegunungannya. Sudah dari sananya kontur pegunungan di Malang naik turun, perbukitan dgn jurang, dan aksesnya yg terbatas, utk menurun perlu menanjak dulu. Saya yg sudah menanjak beberapa kali menemukan spot2 yg terlampau menakjubkan utk dikatakan. Selain indah, sepi juga alami sekali sentuhannya, yg dibanding di luar negeri sana tidak kalah, walau utk mencapainya tidak sekedar menanjak, tapi juga setengah mendaki, hingga gotong sepeda. Maka jika track di Malang tidak populer, justru kemungkinan karena byk pesepeda disini pilih2 sesuai keinginan. Tentu saja itu sah, tiap orang berbeda senangnya, jadi track2 di Malang bukan tidak bagus , cuma  tidak sesuai senangnya banyak orang.

Sayangnya, pengetahuan tentang track di Malang semakin hari semakin tidak berkembang, destinasi hari ke hari itu itu saja. Seolah Malang kehabisan track, kasihan sekali, padahal tidaklah begitu. Saya sudah menjajal spot2 yg selama ini luput dari perhatian, dan itu masih ada banyak lagi. Kenapa motorcross begitu jumawa di sini, tidak lain tidak bukan karena mereka mengetahui bahwa di sini begitu banyak area yg top markotop di pelosok2 hutan dan pegunungan, jadi sangat jarang rider cross akhir minggu keluar kota, seringnya muter2 disini, seharian tak akan habis. Coba tengok gunung mujur tiap minggu, dijamin tak akan pernah sepi, meski begitu masih ada area yg bagus utk sepeda gunung.


Melewati sungai bisa berarti satu hal ; waktunya utk menanjak kembali

Menengok ke luar negeri. Kita akan dibuat terpana betapa utk masalah bersepeda , orang2 bule lumayan gila. Tidak lagi jalur tanah yg didaki bersama sepeda, tapi pegunungan berbatu yg ga karu2an ukuran dan bentuknya. Itu kadang masih ditambah hujan badai, salju dan suhu yg di bawah nol derajat. Hal2 tersebut tidak menghalangi banyak orang utk bersepeda mencapai area2 yg sulit


24 miles, with 6.500 feet of climbing
Rumah film yg saat ini populer di kalangan pecinta sepeda ,Von Draussen ; sering memberikan gambaran ideal tentang bersepeda, dan antaranya totalitas terhadap jalur. Salah satu filmnya ' Haute Route ' memfilmkan betapa susah payah tanjakan yg dilahap utk mencapai titik tertinggi jalur ski tersebut dgn sepeda, utk kemudian menurun hingga kota selanjutnya. Film tersebut mendapat apresiasi banyak kalangan , diikuti film2 berikutnya. Dan jika melihat film2 lainnya, bisa ditemukan bahwa tidak cuma turunan, menanjakpun hajar habis. Kedua bagian itu akan digambarkan melengkapi utk mencapai titik terjauh , terindah dan paling menantang dari petualangan bersepedanya. Beberapa tempat di luar negeri sama seperti disini, alami ,cukup sulit dijangkau tanpa komitmen menanjak dan mendaki, cuma di sana malah populer, disini boro2. 
Von Draussen sendiri banyak membuat film unik tentang bersepeda, antara lain ;
- Ride Positive , Mountain Bike Manifesto.
- We Ride , Because .....
- Visiting  The Queen dll.  
Anda bisa menemukannya di Youtube dan Vimeo.
Great experience of feeling small - Von Draussen
Walhasil , yg lebih heran lagi, teknologi sepeda maupun sepeda keluaran luar negeri amat populer di sini, daripada gaya bersepedanya. Padahal sepeda2 maupun teknologi yg amat mahal itu di sana dipergunakan utk menunjang bersepeda pada kondisi2 yg tidak kalah ekstrim. Salah satunya pada film yg menurut saya amat menarik berikut :
Into Thin Air by Infinite Trails at Vimeo .
Kontras bukan? Jika tulisan ini masih meragukan minat anda, silahkan googling web2 luar, bagaimana mereka masalah rute lebih gila lagi.
Banyak sekali tawaran kejutan di bersepeda jika tidak pilih2 rute. Setiap sajian di perjalanan akan memperkaya petualangan. Berbagai keunikan,keindahan, suka duka dan cerita selama perjalanan akan membawa gairah baru. Saat rute tidak lagi menjadi batas , maka kemungkinan kebahagiaannya lebih besar. Jika masih merasa ada yg kurang dgn bersepeda kita setelah sekian lama, bisa jadi karena kita kurang total masalah minat, terutama tanjakan, he he he... bisa jadi
Temukan cakrawala2 baru dari bersepeda, Malang masih menyimpan banyak eksotisme bagi para penggiat sepeda yg tidak melulu masalah turunan. 

“Don't limit your challenges; challenge your limits.”


“Adopt the pace of nature: her secret is patience.” 
“Nature hates calculators.” ― Ralph Waldo Emerson 

Catatan : Mencari jalur turunan saja di Malang? anda bisa pergi ke Klemuk atau Gn Banyak, bisa digowes beberapa putaran sampai mblenger. Terlalu ekstrim? ini yg repot, doyan turunan tapi ogah yg  menantang, karena semakin sempit pilihannya. Coba saja di gowes pelan2, pasti tidak seseram bayangannya, atau kalo tidak ya berpindah ke jalan raya saja, jalan raya di sini turunannya juga oke. Track di Malang memiliki spektrum lebih luas ,banyak turunan tapi perlu usaha lebih menjangkaunya. Jangan mencoba kalo tidak siap niat dan fisik, namun di belakang itu anda akan diganjar akan indahnya alam pegunungan di Malang raya yg tiada bandingannya

One Bike Do It All

03:59 2 Comments A+ a-

Ini mengenai sepeda saya , tunggangan yg melatarbelakangi motivasi saya nge-blog dgn giat, segiat saya mengayuhnya.
Sepeda ini hasil merakit partnya sedikit2. Framenya saya dapat dari tukar tambah dgn frame lama polygon premier milik saya di toko bang Ben -Beautiful Bantaran. Kondisinya sedikit kurang perhatian rupanya dari pemilik sebelumnya. Part2 dari polygon tersebut kemudian saya pasang pada frame ini. Kasihan sekali nasib sepeda ini awalnya, cuma sering menghiasi parkiran mall MOG, tempat kerja saya, menggantikan nasib si premier.  Padahal ketangguhannya di atas rata artis lokal, mubazir jika sekedar dipakai B2W. Saat itu utk offroad sendiri , saya memakai collosus.

Setelah beberapa lama, saya merasa semakin kurang jodoh dgn yg namanya 'fulsus'. Bahkan boleh dibilang saya merasa menyesal meminangnya, perawatannya menurut saya ribet, makan tempat, kurang efisien, terlalu nyaman (hah?) ,kemungkinan karena saya mendapatkan bekas. Selain itu ,setelah setiap hari memakai si cozmic ini, rasanya lebih enak buat manuver clurat clurut, efisiensi kayuh, sedotannya kuat, semburannya kenceng dan bandel, ga terlalu ribet perawatan salon, dipakai latihan tiap hari juga enak. Akhirnya, frame collosus itu saya lepas, laku dalam waktu 2 hari melalui toko bagong. Part2 tinggalannya saya jual beberapa, beberapa lagi masih saya simpan , dan ada yg saya pasang di cozmic. 

Adapun yg saat ini nempel ; Crank Zee 38t single chainring.  Ini dapat dari acara pertukaran pelajar di bang Ben jg. Milik saya sebelumnya Deore HT2, beli bekas. Karena ingin crank yg benar2 fresh, maka itu saya tukarkan. Selain itu saya naksir bentuk dan wajahnya, maskulin. Saat mulai study, sungguh saya kepayahan sekali dari double ke single chainring, apalagi ini 38t. Alhasil, beberapa tanjakan saya memilih tuntun saja, ga kuat dengkul dan kayuhannya. Meski begitu, stlh menempel di cozmic, crank ini membuatnya tampak mempesona, walau di belakang itu saya sempat merana karena harga yg harus saya bayar utk akad pertukaran pelajar. Utk pelindung rantai, saya biarkan FD acera dan chain tensioner DIY menempel di atasnya. Sempat saya memasang chainguide hasil hibah dari seorang rekan kaskus (omeone), setelah saya pakai ternyata hampir pecah terkena hentakan rantai, kemungkinan gaya bersepeda saya jg masih buruk sekali.
Di bagian kemudi, ada kore XCD, satu2nya barang terbatas di acara diskon rodaling yg sempat saya sabet. Handelbar ini punya 2 sudut pasang, selain itu bisa utk AM, XC, kata mtbr. Kemudian, rem hidrolik m446 aka alivio bersanding dgn shifter kanan deore 9 sp. Rem yg ngerti majikan, hampir ga pernah rewel, kecuali minta ganti kampas. Sedang shifter buruk rupa, lagi2 korek2 barang minim peminat di bang Ben. Meski begitu, shifter deore tsb berduet maoet tanpa kompromi dgn RD SLX 9 sp .  RD medium cage tsb saya tebus dgn menukarkan RD Deore lama saya, karena saya minat cage-nya yg medium, dan pernah mengalami kejadian buruk dgn long cage. Handgrip velo hasil diskonan jg menghiasi HB saya. Kondisinya tidak kalah mengenaskan, sudah hilang batikannya, cowal cowel, tp semakin lengket, maka itu belum saya ganti meski terlihat gembel.

Wheelset dari collosus masih saya simpan, selain wheelset yg nemplok cozmic. Yg satunya menggunakan Hub deore, satunya M475. Terbukti bandel, manut, tidak rewel, apik, murmer, wahid, top dll. Dibanding hub bawaan spt formulea, aduh cukup sekali saja wes, saya pakai loncat2 bentar, pelornya ambrol kocar kacir. Selain itu , saya tidak terlalu butuh suara jangkrik, harganya kurang memenuhi prasyarat masyarakat kismin, buat mengusir tikus , saya memilih lem atau ratjoen sajalah, tikus hutan kabarnya tidak takut suara jangkrik karena terbiasa mendengar suara macan. Mungkin nanti kalo ada hub suara macan, saya akan beli.
Ban sendiri , utk komuting dll saya pakai nevegal 2.10 dan nobby nic 2.25. Maksimal ngetrack di tanah pas kemarau/kering, saat basah tamat sudah. Utk kondisi mengenaskan , saya menggunakan wheelset dgn ban nevegal 2.35 dan CST BigFat Tyre 2.25(BFT), ya lumayanlah. Yg CST itu ripiu dari web luar sangat ruarr biasa utk ukuran ban murmer, sayang jarang ada. 
Di sektor fork, nah ini kesayangan yg saya andalkan; rockshox Tora 302 U-turn. Travelnya bisa diset dari 85 ke 135. Saya memiliki 2 buah, warna putih dan merah, keduanya akur , tidak pernah mengecewakan dlm performa dan ketampanan. Meski berbobot berat, apalah artinya dibanding keunggulan dan kebandelannya. 
Nah sepeda ini yg sering saya pakai,utk belanja, keluyuran, sambang, dll. Istilah 'do it all'  sudah terpraktekan padanya. Bahkan saya sampai tidak pernah menggunakan sepeda motor kemanapun, kecuali bersama keluarga, sampai saya kasihan melihat keduanya, yg satu nganggur jarang dipegang, yg satunya dipakai terus ga pernah senggang.
Salah satunya, saya memang ingin memaksimalkan penggunaannya. Maklum sepeda tersebut diperoleh setelah saya beberapa kali mengorbankan beberapa sepeda terdahulu dalam pertukaran pelajar dan serah terima. Lain itu , karena saya suka sekali padanya, meski sadelnya yg murah itu cukup keras dan panas setelah dipakai lama. Sadel 70 ribu mana berani saya minta empuk,  yg penting performa ga terdegradasi, saya juga jarang duduk saat bergaya ala rider  offroad amatir. Hardtail lagipula tidak enak dipakai duduk saat melintas jalan terjal menghadang.  Namun, bisa diatasi dgn kemudahannya bermanuver , goyang dikit dijamin sukses terbang diatas handelbar, hehe

Apa saya tidak minat dgn fulsus?Oh tentu, tp seperti pernah saya katakan, saya lebih minat hardtail sedikit mahal dari pada fulsus berlabel ekonomis. Pernah saya guyon serius, serius guyon, bahwa saya hanya akan minat dan membeli fulsus yg harganya di atas 40 jt, di bawah itu : nehi' . Tapi setelah dipikir2, duit segitu sudah dapet tanah lho, ukurannya lumayan pula. Antara sepeda dan tanah, tentu saja lebih milih tanah. Fulsus mahal juga mengundang merana membayangkannya dicuri.
Fulsus termahal yg pernah saya coba langsung dgn durasi agak lama yaitu milik salah seorang rekan Lamongan.

Kalo tidak salah, Spez enduro carbon, dgn spek naujubileh ..kelas wahid, fotonya diatas. Rasanya? harga tidak berbohong, kenyol2 bin uempuk, saya berani jamin sepeda tsb mengurangi segala sakit tidak bermutu spt encok, kram, pegel linu sehabis bersepeda.
Sepeda yg bagus tapi saya tidak naksir, hehe saya tetap menyukai punya saya sendiri,  dan begitu juga minat saya tetap pada hardtail. Salah satu hardtail yg saya favoritkan adalah santacruz chameleon, meski harganya kurang akur.


(bandingkan dgn ini)


Penampilannya membawa kesan 'lizzard'; licin, gesit dan tangguh. Sesuai bayangan saya tentang sepeda yg mampu dipakai offroad, dibawa lintas antar kota juga masih menjangkau.
Merujuk nama Chameleon , saya teringat salah satu ninja tersadis di game mortal kombat.
Sepeda inilah favorit saya.
Hibrid? dgn tidak mengurangi respek,hibrid tidak pernah mendapat status juara di antara kedua tipe. Sedikit lebih pelan dibanding sepeda peruntukan 'road', dan jelek di medan offroad dibanding MTB. Hibrid hanya unggul di aspek terburuk kedua tipe sepeda tersebut ; lebih enak di medan offroad dibanding road bike, dan lebih mulus di jalan raya dibanding MTB.
sebagai kompromi, itupula kenapa saya mempunyai 2 wheelset, utk jalan biasa dan manakala offroad, frame mah tetep suka MTB. 
Masak iya belanja ke toko , muter2 embong bawa fulsus ? sepertinya sudah masuk kategori orang2 yg berlebihan,  jadi pakai hardtail lebih praktis.
Dari sini, dan pengalaman saya selama bersama si cozmic ini, saya menyimpulkan bahwa one bike do it all itu bisa, namun tetap perlu kompromi.Meski utk bersepeda yg lebih teknikal, skill perlu lebih diutamakan pembelajarannya dibanding membelanjakan uang di perangkat, namun tetap dibutuhkan alat yg tepat saat menemui kondisi yg lebih parah.Akhir , jangan lupakan bujet :)

Jika ada bujet minim, dan masih ingin offroad di antara komuting, berikut pilihan yg bisa dipertimbangkan, saya ga promosi lho, he he he 

Sepeda apapun bagus, utamakan menjaga minat bersepeda