Dam Kadalpang

17:20 0 Comments A+ a-

Selain buku 'Lembah Hijau', saya pernah larut saat membaca buku  'Pengalaman Masa Kecil'  karya Nur Sutan Iskandar. Buku yg menceritakan tingkah laku Manun(penulis) semasa kecil dgn segala kenakalan dan petualangannya. Ditulis dgn cerdas dan seolah yg membaca  ikut bernostlagia  bagaimana hebatnya gairah 'ingin tahu' anak kecil. Membuat gaduh di surau, bermain lumpur di sawah, menantang arus sungai dan banyak lagi  Kerasnya para orang tua membimbing anak di masa lalu jg diceritakan dgn lugas, namun penuh penghormatan. Diceritakan bagaimana Manun yg nakal tak pernah jera meski bapaknya sering marah hingga ubun2, di lain sisi sang bapak itu juga digambarkan penuh nasehat utk menjadikannya lelaki baik yg disiplin, lalu sang ibu yg selalu membelanya penuh kasih.  Seorang anak boleh merasa tidak adil kepada orang tuanya, tetapi hormat itu adalah sesuatu yg berbeda dan mesti disematkan oleh seluruh anak yg merasa lahir dari rahim Ibunya. Buku ini saya baca semasa SMP, namun masih terasa merindu hingga sekarang
 Sebuah tempat yg lama ingin saya datangi. Tempat yg menjadi penghiburan semasa kecil, dari banyak keinginan yg tak tergapai. Saya berasal dari keluarga kurang mampu, maka itu kecil saya lebih banyak memilih jenis kelayapan/dolanan yg merakyat , yg murah meriah. Daripada main ke Senaputra atau Selembat yg berbayar , Dam Kadalpang ini menjadi pelarian saya dan berpuluh anak lainnya, salah satu favorit pada jamannya.
Kegemaran saya adalah menyebrang dam ini bersama belasan anak lainnya. Entah dari  kampung mana, jika sudah berkumpul di dam ini riuh adanya dan bersahabat. Meski lumayan uji nyali, tp jika berhasil sampai seberang rasanya bak juara. Diantara puluhan anak, hanya beberapa yg berani, itupun ada yg separuh jalan kemudian balik kucing. Pengalaman pertama menyebrang dam ini membuat dengkul saya bergetar hebat, perut serasa mules, dan  telapak tangan berkeringat. Dasar dam berlumut, dan itu membuatnya licin. Sekali terpleset dipastikan langsung meluncur ke bawah tnp bisa berhenti. Untung sepanjang pengalaman saya belum pernah sampai terpleset. Saya sering menyaksikan anak2 setempat terpleset ,meluncur ke bawah, dan baik2 saja. Meski saat itu teror bulus, pusaran air, dan palung dalam kerap menghantui cerita anak2 yg hanyut di telan kali Brantas.


Tangga turun ke bawah masih ada
Inilah tempat start uji nyali (kenakalan) itu. Biasanya trap/tingkat 1 dan 2 yg sering dipakai menyebrang. Tempat ini pula yg biasanya dipakai utk mandi gulung, gerojokan. air sungainya tidak sekeruh/butek saat ini

Pintu Air Dam KAdalpang, diseberang jg ada
Rasanya seperti baru kemarin . Bawah dari dam ini cukup dalam, ada spot pulau kecil ditengahnya. Dulu pulau kecil itu cukup rimbun, dan hampir tenggelam saat brantas meluap karena hujan deras
Seringnya saya dulu berjalan kaki kesini bersama kawan2. Dari rumah kemari kurang lebih 3km. Uang sedikit disimpan utk membeli jajan sehabis mandi. Masuk senaputra saat itu 200rupiah,saya terlalu sayang  utk beli tiket hanya utk renang saja, dolan ke brantas gratis, cm tidak aman dan berbahaya. Selain berbahaya karena bisa terbawa arus, saat kepergok bapak, saya mesti merelakan kaki dan paha utk disabuk
Tapi masa kecil yg penuh bahaya dan kekurangan itu kini menjadi kenangan tak terlupa.
Di suatu sore yg cerah, saya bersama Bapak, Ibu dan adik , pernah bersama duduk2 menikmati keindahan dam ini kala senja tiba.  Momen yg mengikatkan perjalanan hidup saya dengan dam Kadalpang menjadi kenangan bahagia

Pagi di tepi Kali Brantas

07:05 0 Comments A+ a-

      Brantas mempunyai banyak arti bagi saya. Tempat pelarian, hiburan, kenangan, belajar, berkawan, dan petualangan. Inilah satu2nya sungai yg membekas dalam urat nadi saya sebagai anak kampung. Sungai ini menawarkan penjelajahan tiada batas, dari hulu hingga ke hilir pernah menjadi arena bermacam kegiatan menyenangkan. Mulai mandi,mencuci, renang, bersampan, nongkrong, bolos sekolah, mancing, menangkap ikan sampai lomba agustusan. 
       Keberuntungan saya, 80% kesenangan yg ditawarkan sungai ini pernah saya cicip. Dari belajar renang hingga tempat sembunyi utk  merokok. Satu hal yg tidak terlupa, sepanjang sungai ini pernah menjadi tujuan orang ngintip, apalagi kalo bukan orang mandi.
Dulu bnyk perempuan masih menggunakan Brantas sbg tempat mandi. Bukan mandi disungainya, tapi didekatnya. Di tepian, disisi sepanjang sungai brantas berjajar sumber air bertebaran. Sumber air yg benar2 berasal dari tanah, dimanfaatkan penduduk sekitar dan dibangun tempat mandi dadakan disekitarnya. Jam ramai sepanjang kali brantas adalah saat siang dan sore, terutama sepulang sekolah


Ada lokasi yg lumayan spesial buat saya. Penyebabnya adalah saya pernah hampir hanyut di tengahnya. Dalam ingatan,  dulu arusnya tenang namun berbahaya. Berita orang hanyut santer terdengar, sampai dianggap sbg permintaan tumbal. Setelah melihat hari ini, manakala brantas tidak luput dari pendangkalan sungai, baru saya paham bahwa dulu brantas memang lumayan dalam. Setelah sekian tahun, pendangkalan itu baru terlihat

Iseng saya kembali menelusuri jalur memori itu. 
Ada perubahan sedikit. Saya sedikit kebingungan mengingat jalur masuknya. Ada sebuah jalan sepanjang pinggir sungai. Dari cendana bawah hingga belakang pabrik es. Untungnya ada orang yg memberitahu jalur tersebut masih ada, sekaligus jalur masuknya, sebuah single track kenangan


















Tempat ini pernah menjadi tongkrongan kala malam hari bersama 3 kawan saya utk belajar gagah. Yg kami anggap gagah itu adalah merokok
Jalurnya masih basah, masih rimbun seperti tak pernah berubah semenjak pertama dulu
Agak masuk jauh, ada tambahan pagar. Saya cukup kaget mengetahui bahwa ada yg membangun rumah disini. Jika tidak salah , lokasi ini awalnya lebat dgn tanaman. Menurut saya cukup nekat, karena berada di samping sungai, yg jika meluap akan lain ceritanya. Sinar matahari masih seperti dulu, masih sulit menembus tempat ini

dan kesenangan saya lainnya, adalah bertanya sejauh mana ini akan mengalir 

Ada beberapa spot yg licin dan tidak rata. Spot lainnya sudah hampir habis, dibuka lahan, dibangun rumah berdempet2an, dan terkesan kumuh 

Ini merupakan jallur penghabisan

Spot lain, yg pernah berjaya menjadi tempat pemancingan. Tempat paling dikenal angker, lokasi paling sering meminta korban, dan  mempunyai pusaran kematian ditengahnya, sekaligus keindahan yg jarang tersentuh. Kini entah hilang kemana
Sungguh perjalanan yg mengharubiru. Kali brantas yg besar itu ikut ditelan jaman




Coban Rais - Bedengan

11:59 4 Comments A+ a-

Minggu spesial bersama rekan2 dari Lamongan. Disini saya cuma sekedar mengenalkan  rute yg terbilang cukup 'moderate', hehe. Rencana awal adalah ke Coban Rondo, tapi terakhir berita kerusakan jalurnya, serta kurang mantap viewnya, maka beralih start coban rais.
Pagi mampir dulu acara launching jersey koskas malang yg terbaru.

Koskas Malang sendiri punya hajat menuju Tutur Welang, yang kemudian berlanjut ke track tunggangan -singosari. Itung2an normal sepertinya bakal pulang sedikit malam jika rencana berjalan semua. Mungkin dimasudkan sbg closing session sebelum menjelang puasa
Menjelang start coban Rais, salah seorang rider mengalami masuk angin di rem. Dan payahnya, yg masuk angin rem belakang. Setelah diutak-atik dgn berbagai cara tak mempan, akhirnya antara tutup rem dan body dipasang sekat daun (wow?!) Sungguh ajaib, rem berfungsi seketika tnp acara bleeding. Meski saat dibuka kondisi minyaknya cukup tragis dan masuk angin parah, hehehe

Menjelang Goa Jepang, raut bahagia menghiasi para rider. Track ini memiliki pemandangan yg bisa membuat kangen siapa saja yg berkunjung

Menjelang Princi, rem ini bermasalah lagi, pada rider yg sama. Kali ini dari daun, diupgrade sekatnya dgn kresek aka kantong plastik, sungguh semakin cetar membahana. Berfungsi kembali sih, namun akhirnya sang rem menyerah total menjelang masuk track princi - bedengan. Dan berhubung ridernya berbobot lumayan, diputuskan tukar sepeda dgn yg lain, hehehe

Inilah rider  yg beruntung tersebut hehehe 
Menjelang princi, 2 orang sudah lumayan payah, dan yg lainnya pun hampir payah pula. Saya sempat menawarkan potong jalur langsung  pulang lewat jalan raya, sebab utk mencapai kesini saja, setidaknya beberapa kali saya menghibur dgn iming2 "turunan sdh dekat kok", hehehe
Yah, akhirnya meski lumayan payah, kompak utk tuntas di Bedengan, saluut. Beberapa masih gowes pemula, dan faktor lain, kebiasaan bersepeda di dataran rendah. Bersepeda di dataran tinggi , seperti track pegunungan di Malang , pastilah tidak mudah, memerlukan nafas dan jantung yg kuat, stamina yg oke,  kabar baiknya sangat bagus untuk paru paru.

Spot pohon tumbang di princi
Kehabisan air minum. Dari jalur awal, hingga sampai sini, memang cukup byk yg dibutuhkan utk konsumsi agar tubuh terjaga dari dehidrasi. Sungai dari balik Gn Buthak ini akhirnya menjadi solusi instan di tengah jalur
Mencapai Bedengan ini ibarat thropy paling bergengsi, setelah melewati medan yg terhitung cukup berat bagi rekan2 Lamongan. Dari awal hingga akhir, saya cukup melihat perjuangan habis2an, dari yg sudah kram kaki, ligamen bermasalah,air minum habis, perut lapar, kehabisan nafas, hingga kenyang tanjakan. Maka itu, melihat dari kacamata mereka, saya acungkan jempol, hehehe Rencana awal finish track tomat, namun setelah melihat di lapangan, saya anjurkan selesai di bedengan, kemudian ngeroad pulang. Dan, ya.. setelah cukup lama bersantai di tempat yg yahud ini, kita tancap pulang. 

Ini menjadi gowes penyambut menjelang bulan puasa. Salam utk rekan2 Lamongan, maaf saya lupa bertanya apa nama klubnya, heheh
Maaf jika ada kekurangan dari posting ini, semoga bermanfaat


Track Gragal - Bocek : Quattro

03:48 4 Comments A+ a-

 Ini adalah posting keempat dari track Gragal - Bocek, sekaligus penutupnya. Sebenarnya saya ingin meringkas semuanya dalam satu posting saja, tapi karena ini dokumentasi pertama kalinya, maka saya posting sedikit detil di tiap jalur utk gambaran dan pengingat saya pribadi. Adanya byk percabangan dan jalur yg masih perawan menggoda saya utk kembali lagi di waktu depan.
Akhir dari makadam ini, langsung kembali masuk track tanah, yg tidak terlalu lebar
Semakin lama semakin menyempit, dan sampai akhirnya menjadi single track. Jalurnya cukup sepi dan leluasa. Fakta lainnya , ini berada diantara ladang, agak  jauh dari pemukiman
Di area yg agak datar , barulah saya biasanya menaruh kamera utk foto dokumentasi. Turunan tidak berhenti karena sayang sekali utk dilewatkan.

Dari single track sempit, berubah lagi menjadi agak lapang, berkelok dan ada beberapa turunan tajam
Yang di atas adalah salah satu  'rollercoaster' ,  endingnya langsung menurun tajam. Jalurnya lapang, dan serasa masuk terowongan.
Menurun terus, menjadi single track lagi
sampai ketemu sungai berikut

Sungai berada di sisi kanan. Disamping tumpukan batu2 itu.
Nah disini ada yg menarik, saat meneruskan turun. Ternyata aliran sungai ini memotong atau melewati jalur jg. entah memang adanya begitu ataukah meluap. Gambarannya seperti foto dibawah ini. Saya sempat ragu2 meneruskan. Tapi jika balik tentu saja jauh, dan saya yakin nanjaknya ga kuat. Saya amati baik2, ada bekas roda motor. Jadi memang jalurnya begini, kalo tidak salah mirip di tegalweru , sungainya memotong jalur jg

                                                                                                                                                                                 
 Setelah meneruskan jalur, maka seperti berikut ujungnya


 Tidak dalam,buktinya jejak motor tidak menancap dalam dan terlihat jelas. Pun jg tidak 'ngendut'/berlumpur tebal.
Dari spot ini ada 3 percabangan, sangat menarik. Saya ambil jalan yg lebih lapang
Dari jalur yg lapang itu, berubah lagi menjadi single track.
Dan berubah lagi menjadi berikut
JIka melihat tatanannya, sudah pasti akan diaspal kedepannya. Cm aspalannya tidak sampai jauh masuk ke dalam, saya melihat batasnya hanya sampai pinggir bangunan hijau terakhir.
Setelah makadam ini , maka selanjutnya hanya mencari jalur terdekat menuju rumah. 
Saat di jalan, ban belakang kembali gembos, kali ini gembos total. Akhirnya ganti ban dalam, selanjutnya pulang, hingga rumah pukul 13.00.
Total perjalanannya sangat memuaskan, dan membawa penasaran utk menemukan jalur2 selanjutnya.  Nanjaknya oke, Menurunnya jg wahid, ditambah menurut saya jalur masih perawan, blm ada yg mengulas track ini. 
Akhir kata, semoga postingan ini bermanfaat bagi yg akan mencoba track sepeda di Malang, khususnya track sepeda Gragal - Bocek

Salam gowes






Gragal - Boncek : Makadam Party

03:03 0 Comments A+ a-

Ada yg lupa saya sebut di awal, dan fakta terbaik tentang perjalanan ini,bahwa awal mula track langsung disuguhi turunan, no nanjak. Dipinggir jalan raya, begitu belok masuk track langsung menurun, jika saya kembali kesini lagi,  maka sudah pasti langsung pasang pelindung dengkul. Sedari awal titik mula track berada di ketinggian yg lumayan, wong menanjak kesini suangat asooy.
Ini foto track penutup putaran pertama, membuat saya sempat kaget begitu loncat langsung di sambut makadam

 Berlanjut ke putaran berikutnya, terus terang saya sedikit lupa, hehe
Yang saya ingat adalah mencari jalur menuju Bocek. Setelah dari sini, masuk jalan raya sedikit, langsung masuk lagi track tanah berlanjut ke makadam.

 Makadamnya berupa jalan yg lebar, muat utk 1 truk, tapi ya namanya makadam tetep jelek utk mobil dan motor, untuk sepeda ya siplah.
Foto diatas adalah makadamnya. Konturnya masih menurun tapi tidak semengerikan awal
Cuma seingat saya ada beberapa kelokan, dan turunan tanah, jalur tetap lebar
Ini spot penanda track ini, dan ini jg penanda persimpangan
Foto diatas adalah wajah belokannya, melihat ada nanjaknya sedikit, saya jadi ogah, hehehe. Meneruskan jalur yg satunya lagi. Jalur masih berupa tanah, dgn hiasan batu2
Usai jalur makadam ini, yg lumayan panjang, keluar di jalan raya.
Dan penanda berikutnya adalah sebuah kolam renang swadaya, yg sepertinya baru diresmikan
Disini saya bertanya dan mengira2 kemana lagi.
Akhirnya saya mengingat masuk jalan yg hanya di semen, utk selanjutnya masuk lagi track tanah
 Di Bocek , saya memasuki area Makadam berikutnya. Disini baru sadar bahwa ban belakang terasa 'gembuk'/kurang angin. Perasaan di rumah sdh dipompa keras. Sepertinya ada yg tidak beres seusai dipakai melompat tadi , ataukah selama melewati makadam yg lumayan panjang td, entah dimana.
Satu hal, bahwa makadam selalu menjadi favorit saya. Meski pernah 2 kali jatuh di makadam, saya malah suka manakala bersepeda melewati makadam. Sensasi getar, linu2, dan seolah hendak melompat ke depan selalu menantang. Bagi saya , makadam adalah tantangan yg menyenangkan. Hal lainnya, adalah romantisme masa lalu, bahwa dulu kala sebelum jalan di aspal sedemikian rupa di pelosok Malang, semua jalan adalah berupa makadam, dan saya cukup kenyang melewatinya, hehe
Karena tidak gembos total, maka saya cuma menambah angin saja sambil beristirahat sebentar. Ini akhir dari posting ketiga dari track sepeda Gragal - Bocek