Mutiara Itu Bernama Kesamben

15:54 0 Comments A+ a-

Sebulan sekali saya mengajak keluarga ke Blitar naik kereta api. Anak - anak suka sekali dengan kereta dan berbagai pernik yang berhubungan dengannya.
Kenapa Blitar ? Rutenya cukup pendek, bisa di tempuh dengan kurang lebih 2 jam perjalanan. Plus harga tiketnya murah meriah dan 'unda undi' bila dibandingkan dengan odong - odong. Dari pada naik odong - odong mending sekalian kereta asli saja menurut saya.

Alasan lain adalah Malang - Blitar ini pemandangannya amat cocok untuk rekreasi keluarga.
Iya , rekreasinya malah menurut saya ada di dalam keretanya, hehehe. Keretanya tidak terlalu padat bila dibandingkan dengan yang menuju Surabaya. Turun di Blitar tidak terlalu drastis perubahan hawanya, masih ada sejuk dan angin sepoi yang segar.

Menuju Blitar otomatis akan melewati Kesamben. Sebuah daerah kecil yang tidak terlampau dilirik. Ada sebuah momen di mana saat kereta melewati kesamben, mata saya terpukau oleh pemandangan alam yang amat alami dan sejuk.
Tak butuh waktu lama untuk memutuskan bahwa saya akan mencari lokasi tersebut.


Akhirnya saya menemukan hari untuk melaksanakan niatan tersebut.  Sesampai di kesamben, saya mulai berkeliling menemukan rute yang dilewati kereta api. Tak butuh lama untuk membuat saya berkendara dengan hati berbunga - bunga.
Pemandangan sawah yang luas berlatar bukit dan hutan yang luas terhampar. Suasananya lenggang dengan tebaran nuansa hijau di mana - mana.
Menjelang panen, kontras dengan jalanan yang lenggang, persawahan amat riuh dengan para petani yang berkumpul dan bersendagurau di pematang , mengiringi suara padi yang dipotong dan dibersihkan.
Menjalang ashar, saya mencari masjid ataupun langgar untuk menunaikan ibadah. Sebuah langgar dengan pendopo besar di sampingnya menjadi persinggahan.
Pendopo ini seketika menjadi favorit bagi saya, bentuk maupun hiasan di dalamnya kental dengan adat 'Jawa'.
Pendopo ini berada di dusun Djugo. Sebuah dusun yang hijau , yang bisa menurut saya memenuhi untuk gambaran dari lagu 'Desaku yang permai'.



Kesamben dan juga daerah di Blitar dikelilingi beberapa sungai yang amat besar dan deras pula alirannya. Sungai - sungai ini menghidupi banyak persawahan dan amat dijaga oleh penduduk setempat.
Luas, debit dan kebersihannya nyaris tak tercela, bahkan menurut saya mengalahkan sungai-sungai yang ada di Malang, utamanya dalam hal sampah.
Sungai dalam foto di atas adalah salah satu sungai besar tersebut. Sungai ini menuju persawahan yang luas dan dipecah alirannya dengan dam menjadi sekitar 4-5 anak sungai yang mengairi persawahan ke 4 penjuru arah. 
Sungai yang besar ini juga melewati beberapa hutan sengon dan jati yang tumbuh subur sebelum tiba di areal persawahan.
Hutan dan sungai saling menjaga, dan manusianya turut serta pula dalam penjagaan tersebut.



Inilah persawahan yang dihidupi dari sungai tersebut. Dan kelak persawahan ini akan menghidupi manusia yang menjaganya pula.
Sungguh kehidupan yang harmonis.
Apabila keramaian sudah menyesakkan, dan kepadatan sudah memenuhi relung kehidupan anda, coba cairkan itu di sini, di Kesamben.
Bila anda mencari sesuatu yang alami, sesuatu yang hidup, sesuatu yang harmonis, dan sesuatu yang sederhana, tempat ini cocok untuk sekedar melepas penat sebentar.
Salam.