Menjelajah Gunung Wedon hingga Wisma Erni
Hingga 2009 , saya masih bermimpi punya rumah di daerah Lawang. Perkembangan lalu lintas di Malang utara yg semakin ruwet di tahun -tahun selanjutnya yg menghabisi mimpi tersebut. Tidak di hari libur maupun hari kerja, macet adalah jamak terjadi saban hari.Bila bukan karena alasan tersebut pula , pastilah saya akan sering sekali mengunjungi pelosok yg masih tersimpan di Lawang.
Perlu waktu lama berdamai dengan hati saat menetapkan tujuan ke Lawang. Bisa nggak ya saya bertoleransi dgn aral semacam macet, truk , bis dan kawan2nya sepanjang perjalanan menuju TKP? rasanya sangat rugi saat kepingin rileks malah dibumbui dengan mangkel yang tiada ujungnya.
Jadi ya alhamdulillah lancar walau sempat keluar dari pembatas jalan demi memberi jalan sama bus yg sudah kenceng ditambah main klakson pula. Jalur dari malang ke lawang hanya memberi pilihan cuma satu ; sepedalah yg mesti mengalah.
Hendak kemana tujuannya hingga saya mbelani berangkat ke Lawang?
Jawabannya foto di atas; Gunung Wedon. Bila kita menuju arah utara, sesampai pasar akan tampak seperti bukit menjulang tinggi di depan. Sudah agak lama hati dibuat penasaran seperti apa lokasi yg kata orang-orang lawang disebut 'wedon' itu.
Saat saya browsing, wedon artinya penampakan sosok putih tinggi semacam pocong.
Apa penjabaran itu sudah memberi rasa tertentu?heheh.
Singkat saja, saya mencapai pertengahan di jalur gunung wedon ba'da ashar. Di bawah hingga sini berupa jalur ladang dgn hiasan aneka semak dan perdu. Kita bisa menemukan pohon juwet dan jambu monyet pula.
Di kakinya masih merupakan ladang palawija.
Dari pertengahan ini merupakan gerbang memasuki kawasan pinus. Sepeda bisa dibawa sampai atas menurut saya, cuma akan ngesel-ngeseli cak. Saya putuskan ninggal sepeda lanjut trekking.
Jalurnya tak seberapa lebar dan agak licin.
Inilah puncak gunung Wedon. Ada tugu tanpa nama di atasnya.
Tempatnya terbuka tak seberapa luas. Bercecer beberapa sampah tanda lokasi ini sering menerima kunjungan. Entah apa dipakai berkemah juga.
Utk mencapai puncak melalui 2 tempat terbuka semacam latar ombo. Tidak terlalu tinggi, dgn kondisi prima bisa digapai dalam 30menit.
(Oh ya, sedikit menjelaskan kepada yg bertanya2. Bahwa saya ini tidak sedang mewakili, disponsori ataupun atas nama komunitas tertentu lho mas, hehe.
Jersey yg saya pakai seperti dlm perjalanan ini karena memang cuma itu yg satu2nya jersey sepeda lengan panjang yg saya punya, dan juga dapat dari beli bukan dikasih, kan sayang kalau ga dipakai.
Kalau ada yg mau menukar ,monggo silahkan kontak. Sudah ada niat kapan gitu utk buat kaos sepeda dgn nama blog sendiri.
Saya saat ini tak lebih dari seorang blogger serabutan yg gemar menabung dan membaca. Menabung pengalaman dan membaca pengetahuan tentang kota saya, syukur2 bermanfaat untuk dibagi.
cheerrs :) )
Ada beberapa batu agak besar, salah satunya di puncak berwarna hitam seperti meja persembahan.
Menurut yg saya baca dari suatu blog, batu tersebut merupakan batu sungai dan bukan dari sungai terdekat di daerah sini. Bagaimana batuan tersebut bisa sampai atas? itu masih misteri.
Bentuk gunung wedon pun termasuk unik, mendekati segiempat seperti pyramid hill di australia dan bosnia.
Bagaimana dengan pemandangan di atasnya, berikut ;
Untuk bersepeda, lokasi ini punya citarasa yg menarik.
Sayang waktu saya terbatas untuk menelisik lebih jauh sedangkan area gunung ini begitu luas.
Di kakinya ada jalur yg cukup enak utk bercross-country ria. Semacam yang ada di gunung ronggo.
Ada beberapa jalur tanah yang saya coba, cukup mulus dan bisa dipertanggungjawabkan. Sekitarnya juga masih berupa dusun yg tidak terlalu padat. Masih banyak ladang dan lahan kosong. Yang cukup bikin ngiler adalah pohon durian bertebaran di mana-mana.
Ini merupakan jalur masuk gunung wedon versi saya. Cakep sekali jalannya, kesukaan para pemakai hardtail.
Ada jalur masuk lain cuma tidak saya teruskan eksplor lebih lanjut. Selesai dari sini saya berniat pulang,
lhadalah kok malah melipir ke lokasi lain yang tak kalah semriwing tanpa sengaja.
Wisma ini masih seareal dgn gunung wedon. Tahukah bila saya sampai di tempat ini melalui lokasi pemakaman alias pekuburan , bisa disebut juga rumah masa depan.
Awalnya saya melihat lokasi yg lapang dan pemandangan yang sangat ampuh dgn jalur masuk yg menggoda. Lha kok masuk pemakaman seh, mau puter balik kkok ya nanggung. Hajar terus malah tembus kemari.
Karena sudah terlanjur sampai kan sayang, biar kepalang basah sekalian, saya putuskan muteri wisma ini.
Ada beberapa bangunan di belakang wisma utamanya. Bangunan yang sudah dirobohkan separuh , tidak seluruhnya entah mengapa. Jalan sekelilingnya sudah dipaving dan dibangun tangga seperti di atas. Ada kesan mewah dan cermat sekali dalam arsitekturnya.
Belakang area ini adalah hutan... iya hutan, tak ada rumah penduduk.
Untuk sekadar tahu, cerita tentang wisma erni. Erni adalah istri kedua seorang pengusaha tionghoa. Yang kemudian dibantai beserta keluarganya dan pengurus wismanya.
Yang akhirnya bangunan ini kemudian dibiarkan terbengkalai oleh pemiliknya.
Cukup merinding juga. Saya sempat bertanya kiranya apa yg akan saya temui di sini...
Ada yg sampai berdandan pakai gaun, foto2 di tangga ke lantai atas dan balkon yg nampak tidak pernah di rawat. Lhaa dalah...
Itu masih ditambahi mengajak anak kecil pula, widiw. Udah seperti ga ada angker2nya.
Entah bila mereka tak pernah tahu sejarah tempat ini, ..beruntung sekali.
Yang dua ini sibuk selfi mulai sebelum saya datang. Menor banget dandanannya utk remaja seusianya.
Mas-mas ini lebih pas cara menikmatinya, duduk di pelatarannya yang rindang sambil bercengkrama , nampak nikmat.
Omong2 apa sih yg dinikmati dari sini? berikut..
Benar2 ini yg bangun wisma tahu sekali lokasi yg maknyuss. Saya sampai ga bisa ngomong apa2 melihat apa yg disajikan dari lokasi wisma ini.
Segala penjuru bisa tertangkap mata, keindahan Lawang dibeber dgn lapang dan luas.
Saat golden time yaitu matahari terbenam atau terbit, saya berani jamin dari wisma ini bisa melihat itu semua dgn perasaan yg sukar diungkap dgn kata2.
Angin ,awan, perbukitan, dusun2 dan pepohonan begitu lega memandangnya di sekeliling.
Akhirnya, ya sudah saya bisa mengerti kenapa ini wisma bisa jadi lokasi wisata dadakan. Wisma ini sendiri punya bangunan yang unik dan berkelas, masih ditambah pula dgn pemandangannya yg mahal.
Mungkin bila di luar negeri, tempat ini sudah jadi rebutan.
Silahkan membuktikan sendiri , tempat semenarik ini jarang ada terlepas kisahnya cukup menggetarkan hati.
Sore saat saya tiba di sini merupakan keberuntungan karena cerahnya cuaca.
Walau tidak bisa lama menikmatinya namun sangat berkesan.
Kelar mas2 itu pulang, tak lama kemudian saya juga beranjak hingga magrib baru sampai rumah. Saya sendiri berangkat jam 1 siang.
Dan tempat indah lainnya bagi saya adalah mengunjungi rumah Tuhan . Singgah di masjid yg asing merupakan keasyikan tersendiri. Sebuah penutup yg sempurna dari perjalanan.
Menjelajah Lawang kali ini rada2 nyerempet mistis namun juga 'wow'. Tak henti-hentinya saya bersyukur bahwa kota lahir saya ini menyimpan banyak 'permata'. Mungkin masih banyak yg tersimpan di pelosok2 lain.
Jadi akan kemanakah kita selanjutnya?..