Sore

15:54 0 Comments A+ a-

Makan angin sambil mencari hiburan mata.
 Muter dari Bumiayu ke Tlogowaru, berakhir di Arjowinangun.

 Kemarau hampir klimaks.

Tlogowaru. 
Angin berhembus kencang.
Musim panen sudah tiba.
Menikmati suasana, merokok di tengah sawah, di bawah pohon  sambil merasakan hembusan sepoi2


Jaran Kepang, meski hanya latihan , beberapa pemainnya kalap dan sempat membahayakan penonton.




Pangsit Arjowinangun, salah satu pangsit enak di pelosok Malang
Gowes sore hari bisa menjadi alternatif segar  manakala kepingin mencari keringat dalam waktu sebentar. Hawa yg tidak terlalu panas, cenderung sejuk dan berangin banyak memancing orang utk keluar pula, jadi biasanya cukup ramai. Ada adu layangan, main bola, atau sekedar duduk2 , dan aneka kegiatan lainnya.
Area bumiayu salah satu jujugan yg bisa dimasukkan daftar, banyak pemandangan bagus di lekuk alamnya.

Lestariku

18:10 0 Comments A+ a-

Pagi adalah karunia.
Banyak yang tersimpan yang sayang utk dilewatkan.
Bulan bahkan masih enggan beranjak menuju peraduan melihat mentari kawan  tak terpisahnya.
Karena pagi selalu indah bagi yang bersyukur.
Banyak yg menanti sinar mentari yang hangat memandikannya.
Seketika warna2 berubah ceria dan hidup.
Karena pagi, terlalu indah utk dilewatkan begitu saja.
Lentera di dalam kalbu
Nampak benderang kini
Mengusik tidurku
Terdengar kicauan
Burung menyambut sang surya

Dalam nyanyian bahagia
Seakan damai dunia ini
Tiada terperi
Selelap tidurku
Serasa alam mimpi

Kubuka jendela kamarku
Terasa sejuk hawa
Merasuk di kalbu
Sudikah kau esok
Kujelang sehangat rindu
Semesra kasih dalam pelukan
Dihiasi bunga-bunga aneka rupawan

Kau dambaan insan
Sepanjang masa bagi hidupku
Mungkinkah kau kan kubawa serta
Dalam alunan nada
Lestariku bijana
Ataukah hanya angan semata
Kumelambung jauh ke alam mimpi
Lestariku - Chrisye

Coban Rondo Milik Kita : Part 2

10:36 0 Comments A+ a-

 Benar memang banyak yg dibenahi dijalur ini. Walau penuh debu, saya rasakan sebagai orang awam lebih bersahabat dibanding sebelum2nya, bisa jadi karena jarang dikunjungi setelah tersiar kabar kurang bagus jalurnya.

Menurut perhitungan pribadi, komposisi jalurnya pas sekali. Ada banyak spot yg sebelum2nya tak terhiraukan, ternyata luput dari pandangan mata.
Mulai keindahannya sampai kombinasi tipikal berbagai rute tersedia. Yang suka tanjakan, turunan, pemandangan, sport, wisata, de el el terpenuhi semua.
Contohnya, pemandang menakjubkan dari lingkar bukit satu , bisa melihat jalur lingkar bukit sebelah, amboi.
Banyak jalur yg membangkitkan kenangan lama bersepeda, kala masih berkutat di jalur2 nan panjang seharian. Beberapa bagian mulai dari tengah malah lebih banyak memanjakan pesepeda yg seperti model diatas, walau masih ada bagian sisa menuntun sehat.
View dari berbagai spot sangat obral keindahan. Tak membosankan kemanapun melempar pandangan. Tak terlalu menguasai teknik, tenang masih ada suguhan lain yg bisa dinikmati.
Dan utk yg berteknik, tak akan menyesal mencicipi debu2nya sambil mengetes sejauh mana menerapkan kemampuan di lapangan. Dari mulai straight line, single, belokan bentuk u-turn, hingga berm disini surganya. Butuh kemampuan khusus daripada sekedar main rem terus2an.
Tak ada spot yg terlalu banyak batu mirip makadam, lebih banyak jalur tanah. Beberapa trail masih kerap melintas, begitu juga petani lokal.
Kerusakan jalur yg saya ingat sebelumnya, hampir tidak ada ketemu lagi, entah bagus sendiri karena jarang dilewati, atau ada yg memperbaikinya.
Yang saya ingat, hampir semua yg ikut  mengatakan :
Mak Nyusssss 
Walau saya bingung menghubungkan cita rasa kuliner ala pak Bondan dgn sensasi menikmati jalur bersepeda.
Tapi saya menangkap dgn  jelas : keabsurdan yg bernada baik
 Sampai sini, saya sangat puas sekali keseluruhan. Ini titik sesudah coban rondo, menjelang coban rais.
Menggapai coban rondo, sepaket dgn coban rais sangat dianjurkan. Jalur akhir ini layak jadi pembalas awalan tanjakan pertama tadi. Spot sungai masih menjadi favorit siapapun, ga rider amatir, pun juga fotografer cabutan.
Ini ga ada tema. Tapi karena yg punya hendak berbaik hati menghibahkan handgrip buat mengganti punya saya yg sudah sekarat, maka saya pajang sepedanya.
Giant Reign dgn spek kalap, apa saja yg ingin dipertanyakan bisa menghubungi empunya Herutri via BL atau kaskus subforum koskas Malang.
Maka saya mengurut kembali daftar segala suguhan mengenai jalur setelah usai perjalanan coban rondo ke coban rais ini, yang mana finish goa jepang.
Semuanya sangat oye saat ini kondisinya, bahkan saya rekomendasikan utk tidak lama2 menahan trip anda. Tak salah jalur ini pernah menjadi favorit, banyak orang memasangnya di blog atau situs2 sosial. 
Tak perlu mengkhawatirkan teknik/skill, cukup disiapkan stamina dan kondisi yg prima serta pelindung kepala semestinya pakai.
Banyak yg tidak memakai protektor hari ini, bahkan pak Ilham memakai sandal biasa utk melibas jalur. Bekal wajib hukumnya, tak ada warung satupun hingga menjelang coban rais, dan bisa jadi menjelang dhuhur.
Tetap disarankan menyiapkan yg terbaik, dan selalu saling pantau antar rekan, jangan saling tinggal terpancing turunan.
Jalur ini masih bisa lebih baik lagi ke depan, namun saat inipun juga bagus.
Utk yg sudah banyak melanglang keluar, cobalah kembali mereset rute dgn coban rondo sbg  titik balik. Banyak hal yg membuat saya makin menyukai dan kepingin merilis ulang jalur2  lama, ada gairah baru manakala menemukan spot2 yg di waktu lampau teracuhkan, kemungkinan terbukanya perluasan masih ada. Cukup efektif bagi saya pribadi, sepertinya saya masih akan lama mencoba trip di luar Malang.

Patungsapi pujon, titik terdekat coban rondo masih menjadi destinasi banyak pesepeda, diantara sekian spot di Batu. Kami bertemu salah seorang rekan Gowes Jelajah, dan banyak lagi pegowes lainnya. Hari inipun ada salah seorang bapak dari ngantang, jauh2 turut bersama. 
Sungguh sebenarnya coban rondo masih menjadi milik kita yg berharga.


“It takes courage to grow up and turn out to be who you really are.”

Coban Rondo Milik Kita : Part 1

09:30 0 Comments A+ a-

Mulai dari yang akhir, Akhirilah dari yang awal 

 Seperti apa keinginan mula saya bersepeda? apa yg pertama saya sukai dari berlelah-lelah  mengayuh?
Ada tentunya destinasi maupun pencapaian yg ingin diraih, yang terbit pertama kali saat terjun di kegiatan ini . Ujung yg akan menjadi 'peak' dari segala jalan yg sudah dan akan saya tempuh. Bagian akhir inilah yg akan menjadi  pendongkrak gerak motorik yg berpacu dgn rangsangan pemahaman apa itu mengayuh sepeda bagi saya, dan dari permulaan setiap perjalanan diimplementasi dengan mantap dan tuntas. 
Trus? jatuhnya tidak jauh2 dari kebanyakan orang, kepingin sehat dan berpetualang melalui sepeda gunung.
Namun percaya tidak, menjaga kalimat tersebut lebih sulit daripada awal menemukannya. Ada kecenderungan utk goyang ke kiri ,serong ke kanan laksana ditiup angin seiring perjalanan waktu, hehe. Disinilah diperlukan semangat dan hati yg penuh tekad mantap mengingat apa 'akhir cerita ' yg saya kejar manakala memulai trip bersepeda.
Jangan lupa berdoa manakala bersepeda, atau sebelum mulai membaca kisah berikut....

Coban Rondo sudah lama saya acuhkan. Bukan karena tidak bagus, tapi kurang nyaman saja. Area yg merupakan kejayaan motor trail ini sudah pernah merenggut saya sebagai korbannya.
Tidaklah saya kapok, hanya menanti saat yg tepat manakala hati bisa lebih bersahabat menerima ketidaknyamanan tsb. Ajakan dari 'konco2' koskas pun saya terima, tidak lebih karena saya ingin menjawab penantian sekian lama tersebut.
Bersama 8 orang lain, ditambah 2 orang dadakan, saya kembali menapaki jalur coban rondo. Beberapa orang tidak saya ketahui namanya, hanya ingat pak Ilham, nanti akan saya ceritakan kenapa. Bersepeda di coban rondo memiliki rally  panjang antara menanjak dgn menurun, dan angin surganya adalah start dgn tanjakan sekian juta micrometer,hehe.
Debu itu menutup dgn sempurna di jalur, menurut saya cukup fair-lah antara kekurangan dan kelebihannya. Meski beterbangan masuk mulut kala mangap, namun debu tersebut  menyelimuti kaki jadi adem.  Lapar daripada makan angin mending makan debu.
Apalagi pakai es,   rasanya segar... sebutan populernya es Sari Debu.
Pelan2 saya mulai merasa dimanjakan dengan nuansa jalur ini. Gesekan daun pinus, bau tanah, dan hawa pegunungan serta angin yg bersenda gurau di lembah. Ada suatu panggilan yg sudah lama ngilang dari ubun2, yaitu All Mountain. 
Tanjakan awal cukup bersahabat bagi sepeda kategori serabutan/All Around, busuk utk pasukan pelahap turunan.Sepeda dgn shock belakang melebihi standar itu laksana keong sedang keracunan jalannya.
Dari keseluruhan memang rolling khas jalur pegunungan, saya menyebutnya sebagai all mountain berdasar tipe jalur, bukan tipe sepeda ya, tak perlu repot2 dikoreksi gan karena itu istilahku dewe. Jadi ada cucoklogy yg terjadi di sini, sepeda all around ketemu jalur all mountain, klop. 
Jalur coban rondo ini merupakan menu sehat. Hawa segar dan rute yg memeras keringat itu berbonus hiburan mata, masih ditambah lagi menentramkan hati.
Keringat yg membulir sejagung2 itu ternyata membuat napas lebih plong , badan terasa enteng, dan tak lupa memberi pelajaran kesabaran.
Jasmani oye, rohaya juga oye.

'Scope' yg jelas ini jawaban penasaran, bahwa coban rondo banyak berbenah. Apa itu sampai akhir? mari kita perjelas. Saya butuh banyak kepastian utk menarik lebih banyak lagi orang agar mau menginjak coban rondo. Ini salah track unggulan di Malang di waktu lampau.
Bagai artis saja diminta foto bareng, tapi perbuatan menyenangkan orang adalah mulia, yang mulia banyak pahalanya. Para pecinta alam yg dahaga ini kembali sumringah hanya dengan dituruti foto bersama, meski aslinya juga sulit didefinisikan mana yg artisnya  dengan mana yg fans dadakan.
Wajah2 debt collector semacam rekan saya; Didiek Soetedjo yg penuh aura suram, bisa begitu sumringah hanya karena melihat ada kamera diarahkan , walau belum pasti kepadanya atau orang sebelahnya.
Tanjakan hampir habis, istirahat utk sekedar menikmati suasana dan menjalin keakraban bersama2.
Porsi silaturahmi inilah salah satu unsur menu sehat yg perlu dilestarikan. Berdialog tatap muka, dan lupakan gadgetmu sejenak. Tidak haram membicarakan gadget, jangan lupa jua menikmati hamparan sempurna buatan Pencipta , yg lebih canggih dari gadget manapun yg pernah dan akan dibuat manusia.
Pak Ilham adalah mas dari pak Indra. Siapa pak Indra Agus? saya berkenalan melalui bulapakak, dan membeli beberapa part sepedanya, beliau orangnya baik, murah senyum ,dan ramah, pecinta sepeda dua dimensi. Nah saya yg memasukannya utk berkenalan dgn rekan2 komunitas koskas, dulu waktu saya masih dinas aktif. Setelah pensiun dini, tak disangka saya bertemu dgn mas dari pak Indra di kesempatan ini bagai pucuk dicita, ulampun tiba, nyambung ga?
Umur sepuh tidak menjamin semangat kendor, apalagi menye2 seperti kebanyakan orang tua post power syndrome. Pak Ilham ini sangat tokcer, ceria di udara laksana kilatan petir bertegangan tinggi dan dibungkus dgn warna yg kemilau.
Cerita yg energik, disela senyuman, dan kebahagiaan  yg terpancar jelas membuat saya penasaran lebih dalam menyimak pak Ilham daripada  mendengar celoteh kades Tedjo dan Herutri yg berbusa2 tentang nikmatnya kopi sachetan yg setara dgn kopi luwak luar angkasa.
Pak Ilham muda adalah pecinta alam, dan di masa tua ini kerinduan itu memanggilnya. Dan saat kerinduan itu menjadi nyata, maka terlihat jelas semua manakala di tengah gemerisik hutan pinus berderai semilir angin, sambil memandang gunung panderman yg kokoh itu, duduk di bawah dan bersuara lembut ,dilantunkannya ayat2 suci al -Quran dgn khidmat. 
Pemandangan yg membuat saya mengevaluasi seketika seluruh perjalanan saya sejenak.
Ya ini yg saya cari2, jawaban inilah..
Sehat itu pun sangat dibutuhkan rohani, bahkan porsinya perlu lebih besar!
Saya jadi malu sendiri bahwa betapa sekian lama saya membatasi diri dgn picik. Petualangan yg sedemikian banyak ternyata masih belum mendekatkan dgn tujuan akhir saya, masih jauh... semoga Dia menolong saya.

Dari sini saja, saya sudah sangat bahagia bisa kembali ke coban rondo. Tak lagi menjadi pikiran seperti apa nanti selanjutnya. Saya merasa lebih sehat bahkan sebelum perjalanan ini selesai. 


Sowan Konco

06:45 0 Comments A+ a-

Tak ada rencana gowes, malah pagi saya bersama keluarga berkunjung ke pasar minggu gajayana. Sesampai rumah baru ingat ada keperluan menemui seorang teman kerja yg saya tidak tahu rumahnya. Berbekal informasi dari rekan lain, jam 9.15 sayapun meluncur membawa sepeda menuju timur.
Dari comboran berbelok melewati gadang. Rumah rekan tersebut berada di perbatasan antara Tajinan - Tumpang.
Melewati bumiayu berbelok ke tlogowaru, area SMK 10.
Sungai yg keruh kehijauan melewati buring hingga tlogowaru banyak dimanfaatkan utk mandi dan cuci baju.
Pertigaan Tajinan.
Ada perubahan saya rasakan di  area Tajinan, yaitu lokasi ini semakin memberi kesan 'terbuka'. Wajah yg seram dan bayangan tentang lokasi yg penuh cerita bengis seolah berangsur2 tersapu. 
Siapa sih yg tidak kenal Tajinan? Tempat ini dulunya bersaing dgn kedungkandang kabarnya utk memperoleh predikat juara atas angka kriminalitas tertinggi.
Di tahun 2014 ini seiring perkembangan jaman, ada sisi menuju lebih baik yg mulai terlihat.
Ini spot yg musti diingat. Banyak yg menjadikannya patokan utk area disini.
Cukup panas. Yg menarik adalah setiap rumah di sekitar sini, bagian belakangnya jika tidak ladang ya hutan. Sungguh jarang terlihat rumah2 berdempetan layaknya perkampungan.
Ada area yg saya anjurkan utk tidak mencobanya, yaitu Baran Wonokoyo.
Area ini hutan lebat perbatasan buring-tajinan. Dari buring jika naik terus hingga hutan lebat teratas, itulah baran ,nantinya tembus Tajinan. Baran sendiri sama seperti penyebutan 'barongan'.
Area tersebut populer di kalangan kurir, salah satunya saya he he he. Silahkan mencobanya jika cukup berani, resiko tanggung sendiri ya.
Setelah mencapai glendangan tempat rekan saya,ba'da dhuhur sayapun berpamitan utk pulang.
Dari ngobrol2 ternyata tidak jauh dari lokasi telaga Jenon. Lokasinya masuk jalan patung kuda tadi kurang lebih 2-3km, maka saya lanjutkan utk mampir sebentar.
Telaga Jenon /Njenon cukup menarik. Mempunyai air berwarna kebiruan dan diisi ikan2 besar.
Foto diatas adalah bangkai ringin yg jatuh ke dalam kolam.
Lokasinya mirip sumber wringin, dikelilingi pohon2 besar dan suasananya tenang, bisa dibilang sepi utk ukuran tempat wisata.
Saya masuk gratis, cukup terheran2 karena tidak ada petugas satupun. Sepertinya lokasi ini tidak terlalu diperhatikan, dan dikelola dgn baik. Hanya ada petugas parkir pemuda kampung sekitar yg berada di pintu masuk. Karcis? tak ada.
Kolamnya berdasar alami, dan cukup dalam di beberapa titik. Pemandangannya sangat oke punya bray.
Ditambah samping ada kafe yg gemar menyetel house musik, jedag jedug wes.
Tak berlama2 di jenon, saya segera melanjutkan arah pulang. Tak jauh dari jenon, ada beberapa anak yg memanggil utk mencoba spot lokal punya motorcros.
Dgn berbekal BMX, cukup seru juga anak2 ini saat diminta aksi. Saya mencobanya satu putaran dgn seorang anak lokal. Ngeri juga saat ngetes jempingan  tertinggi di spot ini.
Kemarau cukup terasa disini, meski begitu sepertinya penduduk cukup bijak mengatur sungai melalui dam2 yg ada utk mengairi pertanian.

Pulang mencoba jalur yg berbeda dgn awal. Ini berada dekat dgn bumiayu.
Lokasinya sangat menyegarkan.
Melewati jembatan di kotalama.
Saya pernah melewati sebelumnya, lalu lupa.
Akhirnya ketemu lagi jalannya, hehe
Jembatan ini menghubungkan bumiayu dgn kotalama.

Dan perjalanan ditutup dgn sore yg indah.
Alhamdulillah