Desa yang Permai

20:50 2 Comments A+ a-

Selain belanda dan portugal, Indonesia pernah didatangi orang perancis, italia dan jerman. Itu adalah ulah  Kassian Céphas (1845), fotografer pertama Indonesia, serta Gregor Krause (1883). Dimana mereka mempertontonkan foto2 tentang kemolekan Indonesia pada dunia luar, terutama wajah Bali. Maka berbondong2lah penjelajah dari berbagai negara mendatangi Indonesia


 Bahkan tidak sedikit yg akhirnya menetap di Indonesia, karena terlanjur jatuh hati dgn negeri ini, seperti W.G. Hofker (1902 - 1981). Alam yg bersih, penduduk yg beradat ramah, dan eksotisme yg tidak terekspos besar2an menjadikan pesona yg mengikat.Itulah sedikit cerita menakjubkan tentang Indonesia


Setelah sekian lama gowes beramai2, saat ini saya memilih bepergian sendiri saja sambil mengunjungi pelosok2 kabupaten yg menarik hati, dan lebih mengenal negeri ini daripada banyak orang. Saya bisa rukun dgn orang banyak, tp saya ingin lebih rukun dgn diri sendiri. Bersama byk orang , saya menyadari  diperlukan kompromi yg lebih dari biasanya. Itu mulai dari datang tidak tepat waktu, hingga berbagai macam hal yg nanti terjadi selama perjalanan. Acara gowes dgn destinasi 'biasa-biasa' spt ini kurang popler. Saya merasa semakin kesini perlu arah yg jelas utk saya sendiri. Dalam hati ada bayangan bagaimana bersepeda yg ideal utk diri sendiri. Lagipun, selama perjalanan sendirian, saya jadi sering berpikir ulang dan mengintropeksi diri,  ya spt dialog monolog. Dari perjalanan2 yg sunyi itu, malah banyak hikmah yg saya peroleh
Kemanapun pergi, kemanapun roda berputar, hanya satu keinginan  : 'refreshing'. Maka itu saya tidak ingin mengotori niat dasar itu dgn berbagai macam hal. Lha wong niatnya cm ingin mengunjungi tempat yg asri, mendatangkan suasana rileks, ...sudah itu saja. Maka pelan2 saya menyingkirkan hal2 yg dirasa ga perlu, yg malah menutup motivasi utama.


Ada fakta menarik bahwa teknologi telah berkembang pesat, tp tidak mengurangi tingkat stress  , keresahan dan kegalauan byk orang. Terlalu mendewakan teknologi, bisa jadi lupa bahwa diri manusia lebih byk memerlukan sentuhan kasih. Hidup yg ideal tanpa terlalu mengagungkan teknologi, itulah tekad saya. Maklum sekarang ini hiburan seolah tidak lepas dari yg namanya teknologi


Semakin kesini saya semakin tertarik mengenal diri saya lebih jauh, berbincang di waktu luang. Hingga saat saya kembali sbg pribadi yg utuh utk melayani keluarga, orang2 tercinta, dan saudara2 di luar sana. Tidak ada yg menyenangkan selain mengenal diri sendiri lebih dalam

Ibarat desa yg permai, bukanlah desa yg dipenuhi segala macam peralatan modern yg berbau kemajuan jaman, atau segala apapun tersedia. Desa yg permai dlm pandangan saya adalah desa sederhana yg masih asri lingkungannya,dipenuhi suasana guyub dan toleransi, yang mampu membuat rindu hati manakala berkunjung. Desa sendiri sudah menyiratkan kesederhanaan, atau ketidaktahuan, bisa jg ketertinggalan spt yg diejekkan orang2  "ndeso koen"
Tapi kontradiksinya, banyak kini yg berlomba2 lari ke desa, bukti nyata bahwa segala ketersediaan di kota , tidak mampu mengisi rohani byk insan.
Sederhana itu banyak manfaatnya, mudah tapi tidak populer


Rasa betah manakala menatap hijau alam pedesaan itu bisa membuat enggan pulang. Mungkin pemandangan spt ini sekian tahun mendatang hanya bisa kita tatap di lukisan atau bayangan saja, spt lukisan2 Indonesia saat jaman dulu, yg hampir tidak relevan dgn Indonesia saat skrg.  Dan bisa pula lagu berikut akan hilang di telan jaman , atau generasi mendatang menyanyikan tanpa mempunyai imajinasi tentangnya


Desaku yang kucinta
Pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda
dan handaitaulanku
Tak mudah kulupakan
Tak mudah bercerai
Selalu kurindukan
Desaku yang permai…

2 komentar

Write komentar
Unknown
AUTHOR
10 August 2015 at 21:43 delete

koyok e ayas sepaham karo umak sam

Reply
avatar