One Bike Do It All
Ini mengenai sepeda saya , tunggangan yg melatarbelakangi motivasi saya nge-blog dgn giat, segiat saya mengayuhnya.Sepeda ini hasil merakit partnya sedikit2. Framenya saya dapat dari tukar tambah dgn frame lama polygon premier milik saya di toko bang Ben -Beautiful Bantaran. Kondisinya sedikit kurang perhatian rupanya dari pemilik sebelumnya. Part2 dari polygon tersebut kemudian saya pasang pada frame ini. Kasihan sekali nasib sepeda ini awalnya, cuma sering menghiasi parkiran mall MOG, tempat kerja saya, menggantikan nasib si premier. Padahal ketangguhannya di atas rata artis lokal, mubazir jika sekedar dipakai B2W. Saat itu utk offroad sendiri , saya memakai collosus.
Setelah beberapa lama, saya merasa semakin kurang jodoh dgn yg namanya 'fulsus'. Bahkan boleh dibilang saya merasa menyesal meminangnya, perawatannya menurut saya ribet, makan tempat, kurang efisien, terlalu nyaman (hah?) ,kemungkinan karena saya mendapatkan bekas. Selain itu ,setelah setiap hari memakai si cozmic ini, rasanya lebih enak buat manuver clurat clurut, efisiensi kayuh, sedotannya kuat, semburannya kenceng dan bandel, ga terlalu ribet perawatan salon, dipakai latihan tiap hari juga enak. Akhirnya, frame collosus itu saya lepas, laku dalam waktu 2 hari melalui toko bagong. Part2 tinggalannya saya jual beberapa, beberapa lagi masih saya simpan , dan ada yg saya pasang di cozmic.
Adapun yg saat ini nempel ; Crank Zee 38t single chainring. Ini dapat dari acara pertukaran pelajar di bang Ben jg. Milik saya sebelumnya Deore HT2, beli bekas. Karena ingin crank yg benar2 fresh, maka itu saya tukarkan. Selain itu saya naksir bentuk dan wajahnya, maskulin. Saat mulai study, sungguh saya kepayahan sekali dari double ke single chainring, apalagi ini 38t. Alhasil, beberapa tanjakan saya memilih tuntun saja, ga kuat dengkul dan kayuhannya. Meski begitu, stlh menempel di cozmic, crank ini membuatnya tampak mempesona, walau di belakang itu saya sempat merana karena harga yg harus saya bayar utk akad pertukaran pelajar. Utk pelindung rantai, saya biarkan FD acera dan chain tensioner DIY menempel di atasnya. Sempat saya memasang chainguide hasil hibah dari seorang rekan kaskus (omeone), setelah saya pakai ternyata hampir pecah terkena hentakan rantai, kemungkinan gaya bersepeda saya jg masih buruk sekali.
Di bagian kemudi, ada kore XCD, satu2nya barang terbatas di acara diskon rodaling yg sempat saya sabet. Handelbar ini punya 2 sudut pasang, selain itu bisa utk AM, XC, kata mtbr. Kemudian, rem hidrolik m446 aka alivio bersanding dgn shifter kanan deore 9 sp. Rem yg ngerti majikan, hampir ga pernah rewel, kecuali minta ganti kampas. Sedang shifter buruk rupa, lagi2 korek2 barang minim peminat di bang Ben. Meski begitu, shifter deore tsb berduet maoet tanpa kompromi dgn RD SLX 9 sp . RD medium cage tsb saya tebus dgn menukarkan RD Deore lama saya, karena saya minat cage-nya yg medium, dan pernah mengalami kejadian buruk dgn long cage. Handgrip velo hasil diskonan jg menghiasi HB saya. Kondisinya tidak kalah mengenaskan, sudah hilang batikannya, cowal cowel, tp semakin lengket, maka itu belum saya ganti meski terlihat gembel.
Wheelset dari collosus masih saya simpan, selain wheelset yg nemplok cozmic. Yg satunya menggunakan Hub deore, satunya M475. Terbukti bandel, manut, tidak rewel, apik, murmer, wahid, top dll. Dibanding hub bawaan spt formulea, aduh cukup sekali saja wes, saya pakai loncat2 bentar, pelornya ambrol kocar kacir. Selain itu , saya tidak terlalu butuh suara jangkrik, harganya kurang memenuhi prasyarat masyarakat kismin, buat mengusir tikus , saya memilih lem atau ratjoen sajalah, tikus hutan kabarnya tidak takut suara jangkrik karena terbiasa mendengar suara macan. Mungkin nanti kalo ada hub suara macan, saya akan beli.
Ban sendiri , utk komuting dll saya pakai nevegal 2.10 dan nobby nic 2.25. Maksimal ngetrack di tanah pas kemarau/kering, saat basah tamat sudah. Utk kondisi mengenaskan , saya menggunakan wheelset dgn ban nevegal 2.35 dan CST BigFat Tyre 2.25(BFT), ya lumayanlah. Yg CST itu ripiu dari web luar sangat ruarr biasa utk ukuran ban murmer, sayang jarang ada.
Di sektor fork, nah ini kesayangan yg saya andalkan; rockshox Tora 302 U-turn. Travelnya bisa diset dari 85 ke 135. Saya memiliki 2 buah, warna putih dan merah, keduanya akur , tidak pernah mengecewakan dlm performa dan ketampanan. Meski berbobot berat, apalah artinya dibanding keunggulan dan kebandelannya.
Nah sepeda ini yg sering saya pakai,utk belanja, keluyuran, sambang, dll. Istilah 'do it all' sudah terpraktekan padanya. Bahkan saya sampai tidak pernah menggunakan sepeda motor kemanapun, kecuali bersama keluarga, sampai saya kasihan melihat keduanya, yg satu nganggur jarang dipegang, yg satunya dipakai terus ga pernah senggang.
Salah satunya, saya memang ingin memaksimalkan penggunaannya. Maklum sepeda tersebut diperoleh setelah saya beberapa kali mengorbankan beberapa sepeda terdahulu dalam pertukaran pelajar dan serah terima. Lain itu , karena saya suka sekali padanya, meski sadelnya yg murah itu cukup keras dan panas setelah dipakai lama. Sadel 70 ribu mana berani saya minta empuk, yg penting performa ga terdegradasi, saya juga jarang duduk saat bergaya ala rider offroad amatir. Hardtail lagipula tidak enak dipakai duduk saat melintas jalan terjal menghadang. Namun, bisa diatasi dgn kemudahannya bermanuver , goyang dikit dijamin sukses terbang diatas handelbar, hehe
Apa saya tidak minat dgn fulsus?Oh tentu, tp seperti pernah saya katakan, saya lebih minat hardtail sedikit mahal dari pada fulsus berlabel ekonomis. Pernah saya guyon serius, serius guyon, bahwa saya hanya akan minat dan membeli fulsus yg harganya di atas 40 jt, di bawah itu : nehi' . Tapi setelah dipikir2, duit segitu sudah dapet tanah lho, ukurannya lumayan pula. Antara sepeda dan tanah, tentu saja lebih milih tanah. Fulsus mahal juga mengundang merana membayangkannya dicuri.
Fulsus termahal yg pernah saya coba langsung dgn durasi agak lama yaitu milik salah seorang rekan Lamongan.
Kalo tidak salah, Spez enduro carbon, dgn spek naujubileh ..kelas wahid, fotonya diatas. Rasanya? harga tidak berbohong, kenyol2 bin uempuk, saya berani jamin sepeda tsb mengurangi segala sakit tidak bermutu spt encok, kram, pegel linu sehabis bersepeda.
Sepeda yg bagus tapi saya tidak naksir, hehe saya tetap menyukai punya saya sendiri, dan begitu juga minat saya tetap pada hardtail. Salah satu hardtail yg saya favoritkan adalah santacruz chameleon, meski harganya kurang akur.
(bandingkan dgn ini)
Penampilannya membawa kesan 'lizzard'; licin, gesit dan tangguh. Sesuai bayangan saya tentang sepeda yg mampu dipakai offroad, dibawa lintas antar kota juga masih menjangkau.
Merujuk nama Chameleon , saya teringat salah satu ninja tersadis di game mortal kombat.
Sepeda inilah favorit saya.
Hibrid? dgn tidak mengurangi respek,hibrid tidak pernah mendapat status juara di antara kedua tipe. Sedikit lebih pelan dibanding sepeda peruntukan 'road', dan jelek di medan offroad dibanding MTB. Hibrid hanya unggul di aspek terburuk kedua tipe sepeda tersebut ; lebih enak di medan offroad dibanding road bike, dan lebih mulus di jalan raya dibanding MTB.
sebagai kompromi, itupula kenapa saya mempunyai 2 wheelset, utk jalan biasa dan manakala offroad, frame mah tetep suka MTB.
Masak iya belanja ke toko , muter2 embong bawa fulsus ? sepertinya sudah masuk kategori orang2 yg berlebihan, jadi pakai hardtail lebih praktis.
Dari sini, dan pengalaman saya selama bersama si cozmic ini, saya menyimpulkan bahwa one bike do it all itu bisa, namun tetap perlu kompromi.Meski utk bersepeda yg lebih teknikal, skill perlu lebih diutamakan pembelajarannya dibanding membelanjakan uang di perangkat, namun tetap dibutuhkan alat yg tepat saat menemui kondisi yg lebih parah.Akhir , jangan lupakan bujet :)
Jika ada bujet minim, dan masih ingin offroad di antara komuting, berikut pilihan yg bisa dipertimbangkan, saya ga promosi lho, he he he
2 komentar
Write komentarmantab sam,, itu cozmic dx msk dirtjump ya?? spec simple tp maknyuz (bs buat referensii hehe)
Replysalam kenal,,sy merantau di dps tp rmh ortu d swjajar
asik nii baca2 yg blusukan pk spd ada lg: http://bersapedahan.wordpress.com
sasaji ae wes
sasaji sam
Reply