Berkah Kegembiraan di Gunung Kawi

10:45 3 Comments A+ a-

Gerimis yg mulai sesekali turun menyadarkan utk mengatur waktu pulang. Suasana kawi yg sering berkabut itu menyamarkan suasana menjelang sore.
Dari kraton meneruskan kemana itu adalah pilihan selanjutnya.
Yang pertama adalah mengikuti jalan utama, dan kedua kembali ke spot Japfa utk mengambil jalur lain yg berbeda dari awal.
Pilihan kedua itu yg saya ambil karena akhirnya saya tergoda utk melewatkan waktu sejenak di lembah yg indah itu.
Lagi2 tempat ayem ini menancap di hati, membuat enggan pulang. Rasanya akan sangat spesial melewatkan waktu sendirian ataupun bersama beberapa orang terdekat.  
Dan ini ketiga kalinya bocah2 trail tadi bersua saya, yg juga terakhir kali. Sebuah senyum dan sapaan dilemparkan oleh mereka utk pamit pulang kepada saya, ah ternyata keramahan desa masih ada di bocah2 ini, biarlah mereka bermain trail asal tak lupa cara menebar keramahan . Setelah itu cuma tinggal lembah, angin , kabut , pegunungan, hutan pinus dan saya sendiri terduduk tertinggal.
 Ini bukan sekedar pose sih, hehe saya benar2 melewati waktu spesial di lokasi ini. Keheningan senja hari yg jarang bisa didapatkan di kota. Bukan karena berdekatan tahun baru lantas saya meluangkan merenung agak lama di tempat ini, tapi ada rasa dekat dgn Tuhan dan keyakinan pasti suara saya didengar di tempat sepi nan indah , kata nabi "Tuhan itu indah dan menyukai keindahan".  
Jalur berbeda yg saya ambil tidak terpikirkan akan seperti apa, ternyata menurun berada di tengah lembah. Sayapun menggelinding mengikuti jalur.
Agak tercekat saat akan mengambil foto ini dgn timer cukup lama karena di belakang saya tiba2 muncul 2 ekor anjing anakan berwarna hitam dan putih bersih tanpa ada pemiliknya. Saya pandangi terus hingga akhirnya mereka menyingkir ke dalam rerumputan yg tinggi itu. 
Mengikuti jalan hingga sampai di sebuah sungai, yg lagi lagi berada di tengah lembah ini. Airnya jernih dgn aliran yg tenang dan sejuk.
Setelah sungai ini masih belum menanjak hingga sekitar 500 meter, kemudian baru jalan mulai naik sedikit2.
Saya ingat Bapak saya yg menyukai sungai yg berair jernih2 seperti ini. Masa kecilnya dihabiskan menelusuri sungai terdekat di kampung, bahkan hingga mempunyai anak saya.
Tak ayal sayapun ketularan menyukai sungai jg walau tak terlalu mahir berenang.

 Terus menyusuri lereng lembah gunung kawi ini menjadi pengalaman gowes sekaligus petualang yg tak terlupakan.  Memandang ke depan terlihat kelokan lembah berbatas langit, dan ke belakang gugusan hijau membentuk beludru.
Saya jadi tak tahan menyanyikan sebuah lagu yg biasa kita dendangkan di masa sekolah dasar  'Indonesia Tanah Air Beta'

Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan Bunda
Tempat belindung di hari tua
... sampai akhir menutup mata

Mencapai ujung jalan tanah, saya tiba di sebuah jalan aspal yg tampak rusak parah. Saking rusaknya hampir tak dikenali pernah diaspal. Hanya tinggal batuan yg berserakan tak karuan ukuran dan bentuknya. 
Di sinilah saya sempat kesasar keluar masuk ladang karena mencoba2 jalur padahal buta arah yg benar. Jangankan gambaran lokasi, arah mata angin saja saya bingung. Alhasil malah mengantar masuk semakin jauh dari jalan ini.
Sampai akhirnya saya bertemu seorang ibu yg sedang sendirian membawa rerumputan. Kelihatannya ibu tersebut sedang menunggu jemputan yg entah kapan tiba. Dari ibu tersebut saya peroleh keterangan bahwa jalan ini penghubung Maduarjo dgn Gendogo, dan arah yg benar sesuai tujuan saya adalah putar balik, wooww ... saya sudah jalan cukup jauh lho pdhal. Jalan ini sangat sangat sepi sekali, apa mungkin saking jeleknya hingga hampir tak ada yg lewat. Selain panjang , di kanan kirinya hanya ada pohon2 tinggi besar, pinus dan alang2 bambu. Meski masih terang benderang tapi suasananya terasa teduh, saya rasakan agak ketar ketir jg mengenai begal.
Sampai akhirnya dipikir2 kapan lagi merasakan sensasi jalan rusak nan sepi bersuasana semriwing, okelah ambil arah balik sambil dinikmati sajalah apa yg ada, hehe.
Ternyata jalan ini tidak jelek2 amat, mungkin karena jarang dilewati jadinya suara satwa spt burung dan sebangsanya terdengar ga sungkan2. Ngos2an sih kena jalannya yg sudah jelek dan menanjak namun sedap di lain sisi menikmati sambungan hidangan kesunyiannya.
Sampai akhirnya mencapai ladang dan sudah mulai terlihat beberapa rumah. Sedikit terkejut mengetahui bekal minum sudah habis dan dusun tujuan masih belum sampai. Begitu mengetahui ada toko tak saya sia2kan membeli sebotol keringat ponari tanggung, yg langsung habis 2 kali tenggak. Mengetahui hal itu, 2 orang anak pemilik toko berbisik2 memandangi seperti ngrasani saya , haha tak apalah sesekali jadi hiburan anak kecil. 
Tak lama sayapun tiba di dusun tujuan, dan beginilah packing sepeda di atas motor.
Begitu tiba yg pertama kali saya lakukan adalah memesan semangkuk mie rebus dgn telor. Menunggu masak, sayapun menaikkan sepeda ke atas motor dan menyiapkan utk pulang sambil sesekali berbincang dgn orang2 desa yg sepertinya cukup amazing melihat apa yg saya lakukan.

Bau mie yg sedang dimasak itu sliwar sliwer menggoda indra penciuman. Tak lama saya dipersilahkan oleh sang ibu pemilik rumah masuk ke dalam guna menyantap hidangan. Wah segera hidangan yg ternyata melebihi pesanan itu tuntas sekejap. Walau cuma memesan mie dan telor, ternyata disiapkan nasi juga beserta minum, saya jadi merasa sedang jadi bintang sinetron 'Tersanjung'.
Baik sudah tiba waktunya saya menceritakan ibu yg amat baik ini, yang bersedia menerima utk saya repoti. Jadi awal saya datang adalah bingung mau menitipkan motor dimana karena memang rencana langsung saja nanti cari titipan setiba disini. Saat clingak clinguk mencari, saya tertumbuk sebuah rumah bercat hijau dgn warung sederhana di depannya. Ada seorang ibu dan seorang anak kecil di depan rumah tsb sedang duduk2. Begitu berhenti dan bertanya utk menitip motor, ibu tsb langsung membolehkan.  Saya dipersilahkan dan langsung dibuatkan segelas teh hangat sebagai sambutan, sungguh penerimaan yg menyentuh hati, hehe.
Namanya Ibu Mira, beliau tinggal bersama suami, kakak dan keponakannya. Anak satu2nya tinggal di dusun Gendogo. Sayapun ngobrol panjang lebar bersama beliau beserta keluarganya.  Meski mengaku sedang sakit dan lama libur ke ladang, ibu Mira tetep berusaha membantu keluarga dgn berjualan kecil2an.
Siapapun yg ingin bersepeda ke pegunungan kawi , bisa menitipkan kendaraannya di tempat ibu Mira di dusun Precet -  Wagir, bilang saja teman saya, hehehehe
Melihat begitu banyak kebaikan seperti keramahan penduduk di sepanjang rute yg saya lewati, keceriaan anak2 dusun, ketulusan ibu Mira sekeluarga ,dan alam pedesaannya yg memukau, tak berlebihan bila rute ini akan menjadi kunjungan yg akan sering saya ulang, sebuah persinggahan kedua utk menyegarkan rohani.

Kurang afdol bila mampir gunung kawi tak membawa ketelanya. Ketela yg memiliki rasa semanis madu dan lembut di lidah. Sayapun membeli utk oleh2 di rumah, komplit rasanya  utk bergembira mengingat dari awal sampai akhir petualangan rute Kawi ini.

Akhir2 ini saya kurang bergembira. Lucunya  hal itu terjadi saat saya sedang di zona nyaman, keadaan dimana kondisi saya tak kurang suatu apapun, tercukupi apa yg dibutuhkan dan bisa memperoleh sebagian besar yg diinginkan. Dlm kenyamanan saja saya gampang murang muring, bagaimana lagi bila di zona susah. 


Ketika kecil keluarga saya dulu melarat dgn keadaan yg serba sulit bahkan utk sekedar bersekolah. Walau begitu saya tidak kekurangan utk bergembira, mulai dari mandi di sungai, melihat televisi ramai2 bersama tetangga, mancing ikan bersama bapak, hingga nyabuti genjer di sawah dgn teman2 utk tambah lauk di rumah. Jadi situasi boleh tidak bersahabat namun bergembira itu adalah keputusan, bukan tergantung keadaan.


Bila dihitung ada banyak kegembiraan yg saya terima  antaranya keluarga, bermusik, menulis, dan bersepeda. Yang terakhir disebut itulah yg skrg tak henti2nya menambah ruang lapang bagi jiwa,yg menjadikan bersepeda tidak hanya sehat bagi raga saja. Kebetulan saya pribadi yg selalu ingin mengartikulasikan hidup dgn apa yg sedang dijalani. Dari bapak, saya belajar bahwa wasiat tidak melulu kebendaan, lebih penting lagi pandangan hidup, karena dgn itu apapun kondisinya kita bisa utk bergembira.

Dalam skala kecil bersepeda, saya pernah tidak bergembira dgn apa yg saya miliki, contohnya saya pernah ganti frame hanya karena menuruti anggapan kalah keren dgn yg diluar sana, lalu uring2an dgn baret2 maupun partnya, hingga sempat kemaruk memiliki 3 sepeda hanya utk mengeluhkan perawatannya. Padahal semestinya saya bergembira karena bisa membeli sepeda yg pada awal tujuan utamanya sebagai penyalur energi klayapan saya. Untungnya saya mulai sadar ada yg salah dgn apa yg saya sangkakan sbg kegembiraan. 

Bukan sepedanya, tapi bersepedanya yg membuat saya lebih bergembira. 
Jadi apapun sepeda yg anda miliki, anda selalu bisa bergembira juga
Salam.

* Baca juga penelusuran Gn Kawi lainnya : 

ada jalur bagus di tempat anda? kabari saya , siapa tahu saya bisa meluangkan waktu mengunjunginya :)










3 komentar

Write komentar
Bang D1F4n
AUTHOR
13 January 2015 at 00:17 delete

http://gowespetani.blogspot.com/

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
27 August 2018 at 09:17 delete

Ini rutenya kl dari kepanjen lwt mana mas??

Reply
avatar
Wicak
AUTHOR
9 June 2019 at 23:12 delete

Kemarin baru dari sana. Memandang kabut dan kedinginannnn. Hehehhehe

Reply
avatar