2018

12:55 0 Comments A+ a-

Berbuat baik takkan menghentikan kemalangan ataupun kesulitan untuk menimpa hidup kita. Berbuat baik membuat jiwa lebih tegar dalam menghadapinya. Jadi bersabarlah dalam berbuat baik

Selamat datang 2018. Sudah hampir 3 bulan mengarunginya dan menjadi penanda semakin tua. Mendengar kata ' tua' otomatis perlu banyak perubahan dalam olah hidup. Hidup berjalan maju dan meninggalkan banyak memori di belakang.
Suatu malam saat blogwalking (istilah untuk berkunjung ke blog lain), saya mendengar lantunan musik yang menarik saya ke 15 tahun lalu. Suatu sore senjalaka dimana diri muda saya sedang menghabiskan waktu bermain game. Dan satu memori itu saja cukup untuk menarik banyak memori lain, yang akhirnya membuat "wow itu sangat lama sekali berlalu ".
Akhirnya saya sempat merindukan masa muda. Hahay

Di umur yang sudah 35th lebih, ternyata banyak hal yg mesti dievaluasi (bukan dikenang). Saya mulai mereview perjalanan selama ini, termasuk kekurangannya, kemalasan,  dan apa yang ingin  saya pelajari dalam meningkatkan diri.
Ada pepatah Budha " kita mengira punya banyak waktu, dan ternyata tidak". Percayalah hidup itu berjalan amat cepat. 10-15 tahun dari sekarang bila kita mau berpikir, kita akan menyesali beberapa hal yg kita menunda, ataupun terlewatkan oleh kita. Itu yang saya rasakan.
 Jadi selama nafas masih ada, mulailah merajut hari ini sebaik mungkin, karena pasti ada yang akan kita sadari masih terlewatkan saat kita menjadi diri kita di waktu mendatang.

Awal 2018 saya membukanya dengan berkunjung ke salah satu hutan di dekat kawasan krabyakan - lawang. Ini merupakan rekomendasi salah satu rekan kerja yang bermukim dekat situ.



Bukan tipikal hutan pinus. Didominasi pepohonan tropis semacam mahogani, asam, bambu bambuan dan kapuk. Ada jalur sungai ditengahnya dalam kondisi tidak mengalir, dan hanya menyisakan genangan di beberapa titik. Genangan ini saat saya tes, memiliki banyak ikan gabus/kotes/kutuk. Bila suka memancing niscaya krasan.
Makin keatas makin rimbun dan jalurnya sempit. Oh ya, kawasan ini hawanya angker.
Oleh karena bau mendung sudah kelihatan, saya pun segera turun.




Melewati sawah di kaki perbukitan ini di kala sore diiringi angin sepoi - sepoi sepertinya  menyenangkan.
Kita itu butuh lho pemandangan lapang seperti ini. Dimana bila kita melempar pandangan ke arah manapun tak terhalang tingginya gedung atau bangunan. Gunung maupun pepohonan di ufuk jauh masih tampak mata.

Masih lama dari waktu yang ingin saya habiskan di hari itu. Sayapun melanjutkan ke nongkojajar. Hujan deras tiba dan sejenak saya mampir ke masjid An Nur untuk menunaikan ibadah.
Sudah hujan deras, hawanya pun amat dingin. Air wudhu terasa bagaikan rendaman air kulkas semalam suntuk.
Setelahnya , saya berputar melanjutkan mengambil arah tunggangan untuk menuju jabung dan kemudian mengarah pulang.



Kondisi di gunung tunggangan berkabut tebal dengan gerimis rintik. Banyak kendaraan datang dari arah malang menuju nongkojajar.
Jalur ini kurang begitu bagus, di belokan utama  jalannya rusak. Persis di belokan tanjakan yang ganas itu.
Beberapa kendaraan memilih putar balik. Ini jalur tembusan menuju malang, sayangnya tanjakan disini lebih gila bila dibanding arah sebaliknya, malang menuju nongkojajar.
Salah satu mobil yang akhirnya menyerah karena gagal mencapai puncak meski sudah dibantu beberapa orang lokal yang berjaga di sepanjang jalur.


Kondisi hutannya masih sama. Ngangeni dan segar.
Mampu meluruhkan pikiran yang penat. 
Saya pun pulang.



2018 ini juga menjadi awal kegiatan mengeksplorasi kopi lokal. Saya penggemar kopi sachetan, itu dulu. Sudah hampir setahun saya mulai menjajal kopi murni , yang ternyata malah lebih sehat dan aman  bagi lambung saya. Suatu hal yang saya takuti awalnya bahwa apa lambung saya akan bertahan. Maaf, saya adalah faktanya bahwa kopi murni jauh - jauh lebih sehat daripada kopi sachetan, apalagi bila tanpa gula.
2 mingguan saya mengurangi kadar gula dalam menikmati kopi, dan akhirnya saya tahu itu apa arabika bali, arabika flores, arabika java sindoro, aceh gayo. Semua mempunyai rasa unik masing- masing. Favorit saya sejauh ini arabika papua wamena dan robusta dampit giling kasar.
Metode kopi tubruk masih menjadi kesederhanaan yang mewah bagi saya. Kedai kopi tjap giling menjadi pojok yang tak terlupakan kala menikmati 2 cangkir kopi tubruk dalam perjalanan saya.
Jadi akan bagaimana lagi 2018 ini kedepannya?
Ijinkan saya berbagi sedikit pemikiran.

Hidup ini seperti seperti pahitnya kopi. Terkadang kita mesti berani menyambutnya, atau malah bersukacita .
Coba perhatikan sekitar, orang - orang yang sudah sepuh. Tanyakan pada mereka tentang apa yang dikenangnya.
Beberapa hal sulit, kisah yang penuh perjuangan, momen sedih dan pilu akan muncul. Bahkan orang tua kita pun menceritakannya, salah satunya mungkin kisah membesarkan kita.
Kita akan tua, itu pasti. Dan memori hanya satu dari sekian banyak yang akan sering membayang saat tubuh sudah tak berjaya seperti mudanya.
Nyatanya momen momen terpahit adalah kenangan yang menjadi pilihan banyak orang sepuh untuk diceritakan. Setelah sekian tahun momen pahit itu menjadi manis, menjadi sebuah cerita tak terlupa, menjadi hal yang membekas. Dan apapun itu, sadar atau tidak, MEMILIHNYA untuk diceritakan , adalah KEBAHAGIAAN.
Kebahagiaan untuk berbagi pengalaman, kebahagiaan untuk mengenangnya.
Momen kecil saat saya mencuri mangga, berjalan jauh hanya untuk bisa berenang gratis menuju mendit menjadi kenang menggetarkan hati.
Pahit itu sekarang, manisnya akan menjadi sari dan buahnya nanti.
Apa kita tak boleh bersenang senang? seperti layaknya orang lain yang hampir tiap hari kita lihat memajang foto liburan tanpa henti, dan tempat indah yang mereka kunjungi.
Bersenang - senang, menjadi populer tak salah, namun jangan menganggap bahwa orang orang yang bersenang senang adalah orang yang berbahagia.
Kita semua layak berbahagia, namun jangan disamakan dengan "kita semua layak bersenang senang'.
Bersenang senang , berpopuler, liburan terus , dan berhits ria takkan membuat bahagia. Sudah dengar beberapa kasus artis yg hidupnya amat sempurna. Instagram seolah menjadi panggung mereka, panggung yg diidamkan banyak orang. Dan berakhir tertangkap karena narkoba.
Mengejar kesenangan , takkan membuat kita puas. Kadar dopamin membuat kita menginginkan kesenangan lebih dan lebih. Dan semakin jauh kita terperangkap dalam ' bahwa saya layak senang(bukan bahagia)".  Kesenangan akan mengantarkan kita pada kekosongan dan kerentanan saat kita menghadapi kesulitan , yang bahkan tak terlalu besar.
Dan karena kurangnya latihan dalam kesulitan ini, membuat kita mencari kesenangan yang sebanding kalau bisa malah lebih untuk membalas rasa sakit akibat berhadapan dengan kesulitan. Terdengar familiar?...
Saya percaya banyak orang memakai zat terlarang karena mereka butuh kesenangan lebih, ketidakmampuan maupun tidak berani menghadapi rasa sakit, butuh sesuatu untuk membuat mereka merasa senang sepanjang waktu, yang mana itu mustahil dalam hidup ini.
Maka lingkaran narkoba (baca juga : lingkaran bersenang- senang) amat sulit, jangan heran seorang artis hari ini tertangkap, esok tertangkap lagi kesekian kali. Bahkan mereka meski hidup mereka tak kurang suatu apapun.
Senang itu bukan bahagia.
Bahagia itu , adalah jawaban dari sebuah pertanyaan yang mesti kita berani untuk menjawabnya ;
Apa rasa sakit yang kita berani untuk menerima dan menghadapinya ?"
 Banyak segi hidup kita mengalami peningkatan, kebaikan dan pertumbuhan yang ideal dari rasa sakit .
Rasa sakit itu bisa berwujud kebosanan, perjuangan yang melelahkan, kegagalan, kekecewaaan, maupun menunda/mematikan keinginan.
Kita bisa lebih pintar dari belajar, belajar memerlukan waktu, berpotensi bosan. Dan terkadang melelahkan melihat orang lain bersenang2, kita malah berkutat dengan belajar.
Menabung membendung keinginan kita , daripada melihat orang lain berbelanja apapun yang diinginkan, pergi kemanapun yang dia suka.
Bersedekah , bahkan saat kita sendiri kekurangan amatlah tidak mudah. Apalagi bila kita terus memegang idealisme " saya layak berbahagia dulu sebelum bisa membahagiakan orang lain". Ini biasanya dilandasi pemikiran bahwa kita tidak bisa memberi apa yang tidak kita punyai.
Bila itu berbentuk barang maka benar, namun bila itu rasa maka salah. Kita bisa memlih bahagia maupun senang dengan yang kita punyai saat ini (baca : syukur)
Jadi jangan cepat percaya akan kuot2 yg beredar di luar sana tnp pengolahan yang mendalam, krn beberapa kuot diucapkan dari latar belakang yang mungkin tidak sama dgn yang kita alami.
Bersedekah membuat kita bersyukur atas apa yg kita punyai, dan melihat hidup kita dalam beberapa sisi perspektif yang lebih baik. Masih banyak yg lebih kekurangan di luar sana, yang mana bila mereka sehari tidak kerja maka tak ada makanan. Boro2 makan, liburan mana sempat terpikir.
Belajar membuat kita lebih paham , lebih baik dalam sesuatu yang kita pelajari. 
Menabung membentuk kharakter disiplin dan mental yang kuat, apalagi di tengah godaan konsumtif dan tawaran kredit yg dipermudah.
Banyak kemajuan dan barang berteknologi yg membantu hidup lebih baik diciptakan dari usaha yang tekun, perjuangan yang melelahkan dan banyak kegagalan, juga terkadang kebosanan.
Jadi jangan menjauhi penderitaan, ataupun rasa sakit. Bila dalam agama islam, contoh sudah ditunjukan Nabi SAW yang memilih hidup seadanya, menahan rasa lapar, banyak bersedekah meski kekurangan. Apa nabi tidak berbahagia? apa saja tawaran dunia ini yang tidak datang kepadanya?
Beribadah juga berpotensi bosan, dan mewajibkan kita meninggalkan apa yang kita kerjakan atau lakukan saat itu juga.
Namun beribadah itu akan terasa membantu saat kita tak tahu kemana kita akan mencari jawaban. Dalam hening, dalam lantun doa, kapan lagi waktu yg tepat menemukan tempat yang teduh di kala badai berkecamuk dalam pikiran.
Saat kita menyambut rasa sakit, mau berjuang dalam penderitaan maka justru banyak pencerahan dalam diri yang muncul. Jiwa kita tak akan mudah goyah saat masalah datang.
Agama dalam bagian besar mengajarkan kita bagaimana kita menghadapi rasa sakit ini. Rasa sakit ini mesti dihadapi karena itu jalan kita untuk menerima hidup seutuhnya, hidup yang ada dua sisi, ada susah senang, ada sakit sehat. JAdi kita tidak sampai bunuh diri saat kesakitan tertimpa masalah. Kita paham bahwa perlu menangkan diri dan menjauhkan diri sejenak dalam hingar bingar hidup ini. Dan itulah bahagia
Masa senang masa suka masa sehat banyak orang yang mau, Masa susah masa sakit masa kecewa siapa yang mau? hampir segelintir.
Kita sedari kecil, banyak menghadapi bahwa kita tak boleh gagal, harus selalu mendapat nilai bagus. Nilai merah tidak membuat senang orang tua kita, dan akan berakibat kita juga  terkadang diperlakukan tidak menyenangkan.
Maka itu tak ada yg mau gagal, karena gagal itu sakit.
Itu sedang saya rubah, kita mesti menerima kegagalan. Kegagalan adalah bagian dari hidup sama seperti saudaranya yg bernama keberhasilan. Kita banyak berbuat tak adil pada diri kita sendiri. 
Itulah kenapa kita sering tak bahagia. Bagaimana bisa bahagia bila hidup tak utuh. Kita cuma mau menerima sisi satu saja, sisi lainnya kita tolak, kita takuti, kita jauhi.
Terima saja , ..  sakit memang. Tapi itu nanti buahnya manis.
Jadi TERIMA bila anak kita , saudara kita, keluarga kita, bahkan diri kita gagal. Rasa penolakan akan gagal itu lebih sakit daripada kegagalan itu sendiri. Kita ini manusia, wajar gagal, bosan,susah. Sama wajarnya semua itu saat kita senang, tertawa, terharu.
Tak ada sesuatu yg salah bila kita terkadang merasa bosan, itu datang sendirinya dan akan pergi pula. 
Berproses, menerima rasa sakit, insya Allah kita berpeluang banyak bahagia.
Banyak orang hebat di kisah hidup ini menjadi besar krn keberanian menghadapi rasa sakit perjuangan, ketekunan, rutinitas, menolak keinginan maupun menerima banyak kegagalan.
Ada einstein, budha, bunda teresa, termasuk junjungan besar Rasulullah.
Bahagia itu juga tentang syukur, menerima apa yg kita punya, termasuk segala kesulitannya. Selalu ada yg lebih sulit. 

Saya sendiri mencoba menemukan apa yg saya takuti, rasa sakit yang tersembunyi jauh di dalam diri. Saat saya tanyakan apa yang saya takuti dan saya merasa sakit membayangkannya, yaitu kelak bila saya sudah tiada sedang anak - anak saya membutuhkan. Ini amat menyakitkan bagi saya namun itu juga menjadi suatu pemikiran apa yg bisa saya lakukan mulai saat ini.
Maka saya perlahan merubah diri saya untuk menjadi teladan yang baik, memberikan banyak waktu untuk anak saya meskipun saya amat merasa lelah dan ingin beristirahat sepulang aktifitas. Berbuat adil seperti menggendong keduanya baik kakak maupun adiknya walau sebenarnya badan saya yg kurus sudah kepayahan. Memilih bersama anak di rumah walau saya ingin dan senang sekali bepergian menjelajah. Saya tak tahu berapa lama saya masih bisa menikmati senyum anak2 saya, saya ingin membekali mereka dengan baik untuk masa depan mereka, memberikan waktu saya sebaik-baiknya. Bila kelak mereka tersesat, dan saya tak ada di samping mereka(dan itu tak apa, orang muda sering tersesat), saat mereka menoleh ke belakang, mencari jawab dalam hidupnya, bertanya tentang arti,  mereka tahu jalan pulang. Mengingat apa yang pernah diteladankan bapaknya.

Jangan takut untuk menemukan rasa sakit dalam diri anda, dan mengajukan pertanyaan realistis kepadanya. Insya Allah akan menuntun kita lebih baik.


Semoga kebaikan untuk kita semua dan Tuhan menyayangi kita selalu, amiin
Selamat tahun baru 2018