Kawi : Embung Babadan

09:03 2 Comments A+ a-

Usai menikmati sejenak keindahan puncak kawi, perjalanan saya berlanjut sesuai jalur yg sudah digambar di rumah. Solusi praktis saya biasanya berupa corat coret di kertas.
Spot ini merupakan area terbuka berbentuk perempatan jalan, dgn latar utama gunung kawi (foto sebelumnya ' Kawi'). Ada beberapa jalur di antara pinus yg membuat bertanya2 "kemanakah itu?"
Dari puncak perbukitan serta lereng pegunungan yg berselimut kabut , samar terdengar suara mesin meraung2. Jenis yg mudah dikenali milik mesin motor trail , yg saya kira awalnya adalah rombongan mas2 crosser td.
Semakin dekat, saya perhatikan ternyata rombongan yg berbeda. Rombongan ini memakai jersey resmi dan ridernya masih muda2 serta bergaya ceria. 
Kedatangan rombongan ini saya simpulkan bahwa ada jalan di area yg lebih atas, penasaran lagi jadinya.
Lanjut turun lagi.
Ketemu dusun terdekat , entah apa nama dusunnya, ambil jalur menanjak lagi. Tidak terlampau panjang dan jalannya bagus. Ada beberapa muda mudi yg memanfaatkan berfoto gaya alay ramai2 di lokasi yg cukup tinggi ini. 
Karena perut sudah lapar membabi buta, satu2nya bakso yg njogrok  di situ menjadi sasaran. 
Hawa yg dingin dan perut yg lapar parah membuat bakso yg panas suam2 kuku ini laksana makanan resto elit. Rasanya sih ga ngalor ga ngidul  namun cukup pantas utk ganjal perut.

Di warung tempat saya makan bakso , banyak beberapa orang dan bus bagong yg ngetem. Tertulis 'outbound karyawan bla bla bla...' di kaca depan bus tersebut. Di ujung tanjakan  rupanya ada sebuah pabrik yg sangat wokey lokasinya. Dari lokasi pabrik ini terlihat jelas puncak gunung dan sekitarnya, rupanya orang yg banyak tadi adalah karyawan pabrik ini.
Pabrik tsb adalah PT Greenfields Malang. Serupa dgn Nestle ,merupakan pabrik yg memproduksi susu (yg lumayan mahal harganya). Menilik lokasinya bisa disimpulkan pastilah dusun sekitar sini merupakan penghasil susu, karena kebiasaanya begitu antara pabrik dan penghasil susu berjarak dekat
Lokasi pabrik ini bisa dilihat di google maps, saya juga sempat penasaran searching  di gugel, ternyata lumayan tinggi jg , hehehe.
Menjelang sore di dekat PT Greenfields, matahari sudah mulai terbenam. Samping kanan pabrik ada jalur yg cukup membuat penasaran.
Penanda persimpangan jalur menuju PT  Greenfields yg agak curam.
Tebakan saya tidak salah, tak jauh dari pabrik ada tempat pengepul susu. Bau susu yg wira wiri itu menuntun kemari. Sayangnya saat saya tanyakan utk membeli eceran ternyata tidak bisa karena ini tempat para peternak menyetor susu sapinya utk kemudian diolah lebih lanjut, bukan langsung diperjualbelikan. Padahal saya sudah membayangkan menikmati seteguk susu hangat meleleh diantara hawa dingin berkabut.
Turun mengikuti jalan berikutnya tak kalah berkesan. Beberapa kali takjub menoleh kanan kiri melewati beberapa dusun yg unik dgn pura dan arca besar, ladang maupun kebun yg tampak tertata bagus, serta penduduk yg menyapa ramah sepanjang jalan gunung kawi menuju dusun babadan.
Destinasi selanjutnya sebenarnya penuh pertimbangan, dikarenakan hari semakin gelap dan hujan mulai sedikit deras. Sempat saya kebablasan jalan, mau balik ragu2, akhirnya diputuskan sekalian sajalah daripada bolak balik.
Ini adalah Embung Babadan. Merupakan danau penampung dan pengatur suplai dari aliran air hujan. Lokasinya berada di dusun sumber kunci , agak tersembunyi jalannya.
Embung ini sangat sepi sekali,tak ada seorangpun terlihat, apa karena hujan atau apa , entahlah.
Cekungan embung babadan sendiri menandakan bahwa beberapa waktu pernah mencapai kedalaman yg lumayan, yg apabila dipakai renang bisa bikin ketar ketir.
Saya jg melihat seekor burung yg cukup besar bersliweran kemudian hinggap di pepohonan, bila bukan elang ya kemungkinan pupukbeluk/burung hantu. Omong2 tentang elang, saya sering menemui spesies yg satu ini dalam beberapa perjalanan.
Karena lumayan deras, maka tak lama2 saya segera angkat kaki untuk pulang. Ada yg cukup menggelitik melihat seorang ibu2 menatap keheranan pada saya manakala mencapai jalan raya setelah keluar dari embung ini, mengapakah saya jg tak tahu jawabannya.
Tumbal perjalanan ini salah satunya sepatu paling setia saya akhirnya jebol total. Sepatu yg sudah menemani beberapa perjalanan yg kurang bermutu dan tidak terlupakan itu akhirnya mesti saya relakan utk beristirahat dalam damai.
Perjalanan pulang merupakan cerita tersendiri betapa berat dan capek luar binasa. Saya sampai terseok2 di jalan antara sumber kunci menuju sumberpang. Hujan dan langit yg sudah mulai temaram menyertai saya melewati jalan rusak nan sepi yg diapit hutan bambu alias barongan.
Jalannya bertipikal dinamis sekali, setelah turun menukik selanjutnya disambut menanjak menganga. Dengkul sampai terasa hendak copot dan punggung seperti mau lepas tulang2nya. Kebahagiaan itu belum selesai, lapar sudah datang lagi dgn porsi sempurna.
Melilit dan membuat tubuh gemetar sampai ke tulang jari , yg ditambah hawa dingin merasuk sendi. Saya menabahkan diri cukup lama hingga sebuah rombong ceria berlampu kuning menyambut dgn suka cita di pertigaan wagir sumberpang. Kepul asap dan tulisan ' Tahu Crispy' yg berwarna pop itu seolah magnet kuat, yg saya relakan diri yg sudah lemas lunglai utk ditarik.
Usai membeli seporsi, saya ambil jarak semeteran dari rombong tersebut, duduk di atas rumput pinggir jalan, tak peduli lagi sorot lampu kendaraan sliweran. Begitu merengkuh tahu dari bungkusnya, seolah emas permata yg sedang saya ambil. Gigitan pertama bagaikan sebuah berkah Ilahi yg sekian juta tahun saya nantikan, seperti segenggam beras setelah beratus kali  gagal panen. Hingga gigitan selanjutnya tak sabar ingin segera saya tuntaskan
 Sayapun terharu dan berkaca2 bahwasanya di hari libur ini masih ada orang mulia yg mau membuka rombongnya . 
Ke-mbambongan yg didramatisasi itu tak luput dari perhatian ibu penjual tahu crispy. Segera saya ditawari mampir kedalam rumahnya, yg tentu saja saya tolak karena tidak ingin diketahui ke-nggragasan  akut yg sedang melanda saya. Perut sedang tidak ingin bermenye2 begitu juga mulut. Apalagi citarasa tahu tersebut ternyata sangat2 renyah melebihi ekspetasi dan segala tahu crispy yg penah ada di kota Malang, masih ditambah bentuknya yg diatas ukuran normal pertahuan crispy yg saya kenal.
Tak lama tolakan saya itu membuat bapak(yg tentu saja suami si ibu) turun tangan dgn memberi saya sebotol air minum, dibarengi senyum dan pesan "gawe sangu ngombe samean mas", oh terima kasih Tuhaaann.
Ini sudah membuat saya segera berjanji kelak utk kapan2 mampir lagi utk seporsi tahu dan silaturahmi.
Walau saya sadar belum mencapai pertigaan puskesmas wagir, kondisi tubuh sudah lumayan nyaman utk melanjutkan. Dan begitu sampai rumah ambrol sudah ketabahan itu.
Segala pisang,krupuk, jajan dan teh saya samber seolah sekian juta tahun tidak ketemu makanan.
Masih ada lagi, capek berat itu ternyata menghasilkan hasrat istirahat yg tinggi dan tidur yg bermutu, menciptakan sebuah kondisi yg paling ideal utk memejamkan mata dan merebahkan diri, mencari lelap mimpi bersama bidadari.
Kesimpulannya ;
Kita bisa memiliki satu sampai sepuluh kasur dan termahal pula, namun tidur yg nyaman itu tidak bisa diperjualbelikan atau dipinjamkan

Oleh2 dari kawi lainnya ada lumpur tebal yg sukses me-make over  tampilan sepeda. Sebenarnya sudah sempat saya cuci tunggangan tercinta ini di tengah jalan pulang, di salah satu sungai di dekat sumberpang. Mencuci dadakan salah satunya yg menambah lama jam pulang ,  ya untungnya tidak berniat bersih2 amat.

Petualangan Kawi ini jg menyadarkan bahwa ternyata banyak yg tidak saya kenal tentang Malang. Jelas2 saya terlahir di sini, namun ternyata kekayaan bumi kelahiran ini gagal saya lihat. 
Malang mempunyai banyak pantai, bukit, lembah, gua dan gunung yg indah di sekelilingnya, yg bisa jadi takkan habis disusuri . Yang saya pribadi tak akan mau menukarnya hanya dgn satu daya tarik di luar sana utk didekatkan kemari. Mana berani saya sekurangajar itu sedang saya belum mengenal seluruh seluk beluknya yg tersimpan, yg ramai ataupun belum diperbincangkan , yg sudah dan belum diberitakan.
Percayalah, saya kenal orang2 yg sudah membayar mahal utk tinggal di sini ,dan yg cuma sekedar berkunjung. 

Keluar sana memang banyak rumput tetangga yg menarik, tapi itu berikutnya.
Bagi saya, Malang sudah menyediakan cukup byk dari yg dibutuhkan utk sebuah hasrat petualang siapapun ; baik itu pendaki, pesepeda, traveller, dan pecinta kegiatan outdoor lainnya.
Hanya tinggal menemukan bagaimana jalan yg cocok utk diri sendiri memulainya.

Malang hanya bagian kecil dari Indonesia namun semestinya saya kenal, syukuri dan cintai terlebih dahulu, menerima segala yg ada sebelum beranjak menuju yg lebih besar yaitu berkhidmat pada keseluruhan negeri .

Ada seorang rekan yg berkeinginan ke salah satu jalur di barat namun tertunda karena menunggu ada teman. Sesungguhnya baik hal itu, tapi bila terus menunggu lalu kapan mulainya? 
Saya sendiri terkadang merasa ketagihan berseorang diri menghadapi alam, bukan utk gaya2an, tapi dag dig serr itu menyadarkan betapa kecilnya saya di luar sana.
Kadang cara paling manjur berkomunikasi kepada -Nya adalah datang sendiri dan memilih waktu atau lokasi yg spesial.
Tabik

2 komentar

Write komentar
Ilham Id
AUTHOR
25 December 2014 at 05:33 delete

iki sing nggarai meri .. :)

Reply
avatar