Gunung Katu hingga Dewa 19

07:05 0 Comments A+ a-

Hampir sebulan saya absen mengayuh kerana ada banyak hal yg perlu dipelajari,dan diurusi. Sebagai kepala keluarga, saya merasa perlu banyak belajar seiring perkembangan waktu dan situasi yg bisa berubah tak menentu pada tingkatan skrg. Kita yg mestinya tenang sedetik kemudian bisa blingsatan gara2 sesuatu .Nah gara2 mencari jawaban acara 'bligsatan' ini, seketika itu juga menerbitkan keputusan utk gantung sepeda sementara, hiatus. 

Sebenarnya situasi kondisi kritis itu saya adakan sendiri, tak lain utk menguji sejauh mana kemampuan sendiri menghadapi. Dan hasilnya, saya banyak belajar utk sabar dan kreatif. Jadi memang ada masanya segala sesuatu itu ,membujuk bahkan sampai  mendorong kita keluar dari zona nyaman, demi mengingatkan kita utk banyak belajar.
Menjadi seorang bapak adalah perjalanan panjang. Mempunyai rute yg setiap jengkalnya penuh pelajaran. Tidak bisa kita berputar di rute yg sama setiap waktu, tuntutan akan segala sesuatu yg mengarah pada nama 'hidup' mengharuskan kaki yg kita langkahkan utk maju menerjang apapun itu yg akan kita temui. Cakrawala akan terus membesar seiring jauhnya kita berjalan, maka dari perjalanan kita belajar, dari belajar kita akan menemui hidup. Dan hidup adalah mutlak dari Sang Pemilik.

Istirahat disini, bukan berarti beristirahat di sana. Saya malah menghadapi 'rollercoaster 'kehidupan yg lain lagi, susah senang silih berganti, rute 'hidup' tak pernah bisa tertebak. Sampai kemudian keadaan mereda, mulailah saya kembali menyusun rencana perjalanan fisik. Kembali bersepeda utk menemukan hasrat yg hampir terlupakan. Tak ada bayangan apapun seperti kemana bagaimana, keinginan hanya utk mengimbangi makanan rohani yg sudah dicerna dgn perjalanan yg tidak pendek pun tidak pula panjang. Libur beberapa saat membuat fisik terasa menurun kesegarannya, jelas saya perlu menu yg cukup. Mendambakan hari depan yang bermutu , tidak cuma rohani segar namun juga fisik bugar diperlukan, karena tak tahu seberapa jauh langkah kita sebelum akhirnya terhenti. Deal akhir corat coret ini menghasilkan tujuan ke Wagir, yang mana dekat rumah saudara.

Sebenarnya kita semua menghadapi perjalanannya masing2 dgn ceritanya, seperti apa nanti itulah tugas diri menyiapkan kesiapannya.' Jalan Kita masih Panjang' bagi saya bukan sekadar lagu favorit, tapi sebuah pengingat hidup. Pertama kali saya mendengarnya semasa SMP melalui dendang seorang teman, tak terasa sekian tahun tiba2 mendengarnya lagi bagaikan 'soundtrack' hidup, melekat menimbulkan rasa kangen, menyadarkan jauhnya jarak sekarang dan dulu. Itulah kenapa saya menyematkan Dewa 19 di tulisan ini, hehehe.
Jalan kita masih panjang
Masih ada waktu tersisa
Coba kuatkan dirimu

Mengambil jalan Pelabuhan Perak menembus jurang akhir. Cukup menyenangkan melihat tempat baru dgn bersepeda.

Dam ini jika saya masih kecil pasti sudah saya ceburi. Penampakannya menggoda, mana di sampingnya menghampar sawah hijau bak beludru. Saya mengingat juga melewati rumah dengan pohon beringin berukuran raksasa di sampingnya. Lokasi ini lumayan lenggang dan ada banyak penduduk yg memelihara anjing.
SMK yg terlihat tidak mencolok dgn gedung seadanya. Jalan di kabupaten masih banyak pula yg tidak mulus, hanya tambal sulam yg tidak bertahan lama. Apalagi seringnya hanya truk tebu dan sayur yg lewat.

Oh ya, saya belum menceritakan mengenai sepeda . Sudah berganti baju dgn cozmic DX4, dan yg lama dijual kepada seorang teman. Frame ini lebih lawas setahun dibanding yg sebelumnya, namun lebih tinggi kelasnya. Pemakaian sejauh ini cukup memuaskan seperti bayangan saya. Tergantung nganggur cukup lama, akhirnya turun gunung dgn part2 bawaan sepeda sebelumnya. 
Akibat terpesona pemandangan  , saya hampir tersesat. Penampakan mata di dusun sumberpang , asli menggoda mata. Burung2 bebas berkeliaran diantara ratusan pohon kelapa yg berjajar.
Jadi jalan antar dusun itu naik turun tajam. Lembah yg hijau dipadu jalanan sepi khas pedesaan. Suasana tradisonal dan khasanah lokal yg wangi, jauh dari bau busuk aroma gaya modern seperti minimarket yg menjamur dan mematikan.Tak ada kebencian mengenai itu, cuma keprihatinan akan bom atas nama kemajuan.
Inilah tujuan utama, Gunung Katu. Saya berada di kakinya , clingak clinguk mencari jalan menuju puncak.
Bergelut dengan debu, tak ada salahnya menikmati dulu yg tersaji.

 Menoleh ke belakang, saya kira ada yg lewat ternyata sepi , sepertinya hembusan angin dan goyang dedaunan yg terdengar.
Walau kebablasan tetap gaya, hehe. Kalo menuruti hasrat  kepinginnya sudah turun saja sesuai jalur. Nah mengingat kembali niat utama, percuma jauh2 datang kalo akhirnya tidak teraih apa yg dicitakan gara2 terbawa suasana,apalagi tanpa diusahakan dulu walau badan  sudah mulai pegel, perut sudah sedikit melilit, cuma tinggal semangat saja yg masih berkobar.
Jalur ke puncaknya ternyata tidak terlihat dan cukup membingungkan. Seorang pemburu yg saya temui juga hanya plonga plongo waktu saya tanya mengenai puncak. Ya sudah akhirnya saya muter2 mencari orang yg sekiranya bisa membantu. Sepertinya hari akan benar2 menjadi perjalanan panjang

Lanjut ceritanya di posting selanjutnya