Gunung Katu 2

08:14 6 Comments A+ a-

Saudara saya rumahnya di kaki gunung ini. Waktu mampir kok sepertinya menarik memandangnya dari bawah. Rasa penasaran seperti apa pemandangan dari atas sana, dan ada apa di puncaknya.
Setelah momen pemburu plonga plongo (pemburu burung bawa bedil) ,saya menemukan seorang petani lokal yg memberi tahu jalur menuju puncak yg berada di sisi berlawanan.
Jalur yg sudah menurun enak itu tadi, naik dulu muter sampai akhirnya ketemu pertigaan.
Ketemu jalur masuknya, saya bertanya pada seorang bapak utk meyakinkan diri.
Hasilnya bapak tersebut tercengang, dan saya ikutan bingung.
Menurutnya jalurnya berkelok dan menanyakan kepada saya apa yakin mampu ke atas bawa sepeda, lha saya jawab cuma sekedar jalan2 saja ya dicoba dulu.
Maka mulailah naik pelan2 diiringi tatapan kebengongan bapak tadi.
Jalur awalnya seperti inilah, cukupan utk orang jalan sambil membawa sesuatu.
Walau begitu saya terbukti ngos2an dgn cepat, kemiringannya sungguh melukai hati. Tubuh yg didera dahaga dan lapar itupun seolah kepingin tidak kompak dgn pikiran.
Akhirnya tubuh yg menang. Untungnya terbantu sarapan sebelum berangkat, walau sepertinya ada yg salah dgn menunya hingga perut terasa agak mules mencapai sini. Jadi perlawanan tidak cuma datang dari luar, diri sendiri juga ikut2an memberontak, hehe.
Sayangnya saya itu jika belum mencapai spot yg asoy belum terlalu kepingin berhenti.
Istirahat ini cuma minum dan kipas2 saja sambil menikmati angin berdesir.
Sesuatu sekali sepi2 memutar lagu yg kalem, klop.
Naik lagi setelah istirahat, bau2 tanda puncak sepertinya tak terlalu jauh. 
Lokasi berdekatan dgn puncak ini mengingatkan Panderman semasa tahun 90an. Tidak gundul seperti sekarang, dulu puncaknya hijau sekali.
Jalur menurun tak terlalu panjang, asiknya tak berdebu seperti di bawah.
Tempatnya rindang dan sejuk sekali.
Percabangan sebelum puncak, jalannya bagus sekali dan berkelok di antara pepohonan, seperti di video sepeda luar.
Nah ini sudah puncak, memandang ke area terdekat.


Pemandangan dari puncak Gunung Katu. Tempatnya terbuka luas dan lapang melihat ke bawah.
Sayangnya beberapa tanaman terlihat kering dan hangus terkena kemarau.
Bangunan di puncak itu ternyata pesarean. Dekat sini bau wangi dupa sangat menyengat.
Ada dua orang bapak2 yg sedang bersantai di pinggir hutan terdekat, sepertinya merasa terganggu dgn kehadiran saya, maka itu tak enak lama2.
Ambil foto penutup dulu sebagai kenang2an dan hadiah pribadi.
Dan kemudian segera turun. Sempat berpapasan dgn seorang pencari rumput yg ikutan terbengong melihat saya.
Sebenarnya kebengongan itu sangat beralasan. Turun ke bawah laksana ikutan kejuaraan downhill, ekstrim sekali. Selain tikungan2 tajam, pinggiran jurang juga ada rock garden alami,mirip yg dipakai kejuaran DH di luar negeri. Utk bagian itu saya memilih menuntun ke bawah, karena saya yakin seorang juara dunia pun akan  memilih yg demikian bila memakai sepeda seperti milik saya.
Landing di bawahnya kurang bagus pula,walau secara keseluruhan jalurnya sangat mantab.
Jika ada yg berdomisili di wagir , perlu dipikirkan menjadikan gunung Katu sebagai tempat latihan downhill daripada jauh2, tentunya dgn didaki dulu hingga ke atas. Diolah sedikit saja akan sangat ramah dan maknyusss. 
Setelah mencapai bawah, saya mencoba jalur turun yg lain yg tidak kalah maknyus.
Ini adalah pemandangan gunung Katu dari jauh.
Berikut pemandangan dgn perbesaran, bagus sekali untuk spot yg jarang diperbincangkan.
Perjalanan panjang ini ditutup dgn panas yg terik sekali, mencapai rumah dgn kondisi setengah mengenaskan dalam wujud kelaparan dan dehidrasi akut namun puas hati di lain sisi.
Capek? ya, bahkan saya hampir tak percaya menjalani segala kesulitannya. Ada beberapa hal sepertinya membuat semua ini menjadi asik saja. 
Saya percaya kita semua pernah menghadapi masa2 sulit dalam hidup, tapi ternyata bisa melaluinya. 
Segala hal pada masa2 itu ternyata tanpa sadar menjadi bintang hidup yg menerangi perjalanan selanjutnya, maka jika dihitung kelak pastilah sudah sedemikian banyak bintang itu. Yg membuat perjalanan ini semakin mudah dari waktu ke waktu selelah apapun diri.
Jadi yg perlu diingat , sudahkah anda memandang kembali bintang2 anda, menemuinya di langit, dimana doa dan harapan berlayar kepada Sang Maha Pemurah.


Salam.


6 komentar

Write komentar
26 October 2014 at 18:26 delete

mantabb sam,, ini pk kamera dslr kah? ato cuma pocket.. hihi apik tenan
sepeda msh spec yg dulu apa udah upgrade baruu :P

salam dr jimbaran- bali

Reply
avatar
Arek Malang
AUTHOR
26 October 2014 at 23:48 delete

cm pakai pocket sam , lumix tz30,
spek sepeda masih sama
heheh maturnuwun sam, salam

Reply
avatar
Ilham Id
AUTHOR
29 October 2014 at 06:26 delete

wah selipan kemarin ahad juga ke wagir, tujuan ke coban glotak, rencana pulan lewat sumberpang ternyata gak nutut waktunya.
Ringin kembar di puncak gunung katu dah gak ada ya ?

Reply
avatar
Arek Malang
AUTHOR
29 October 2014 at 15:32 delete

ringin kembar sepertinya luput dari pandangan sam, hehehe

Reply
avatar
Anonymous
AUTHOR
17 May 2015 at 18:42 delete

singletrack-nya enak benerr
kayaknya banyak yang gowesable ya ....

Reply
avatar
Arek Malang
AUTHOR
19 May 2015 at 15:07 delete

wah bisa banget tp ya gitu, sedikit eskrim/ekstrim om, heheh

Reply
avatar