Trip Gunung Butak : Cemoro Kandang
Inilah spot tersulit level dewa dari keseluruhan jalur ini. Jalur yg pastinya tidak cuma membuat menderita pesepeda yg berniat mencobanya, namun juga para pendaki.Jalur hanya menyisakan sejumput tuk kaki saja, dgn kemiringan yg bisa membuat muntah darah.
Percobaan pertama utk membawa sepeda,tidak lebih dari 500meter dari jalur masuk pendakian. Setelah itu sudah tak mungkin dan hanya membuang tenaga sia2 jika memaksakan rencana.
Selain itu tak ada rencana bermalam di gunung butak, jadi hitungan waktu diperlukan.
Kamipun menanjak, dan meninggalkan sepeda di bawah.
Mantap coy, setelah mancal kenyang tanjakan dilanjut dgn mendaki setulus hati. Sepertinya kami sudah melewati spot cemoro kandang tanpa sadar, namun karena kepingin muncak keatas lagi, ya hayuk saja setelah mengamati waktu masih menjelang dhuhur.
Aneka 'printilan' di tengah jalur. Dari bunga warna warni yg cantik, buah dgn warna mencolok, sampai sepatu tak bertuan dan juga kuku bima ginseng bersatu dgn bungkus hemaviton jreeng.
Ada beberapa sampah yg sepertinya baru ditinggalkan orang, kleleran di tengah jalur.
Tanaman berbunga putih entah apa namanya,ribuan menghiasi jalur pendakian.
So sweet, cocok utk sikon prewedding, hehe
Mentari sudah hampir mengetok ubun2.
Well, setelah perjalanan yg bla bla bla.... dari makan debu sampai masuk hutan yg mirip ukir negoro di foto cak Arief..sampai juga di tempat lapang, yg kami putuskan sbg puncak trip ini.
Lokasi ini ada bekas tenda dan bekas api unggun semalam. Jika melihat penanda jalan berupa tali rafia di sekitar jalur, dan bekas tapak sepatu, kemungkinan banyak yg baru saja mendaki kesini.
Dan karena kami sudah ngoyo ing ngarso sung tulodho, ya sudah berhenti sampai sini. Kehabisan air minum, dan waktu yg terbatas membuat keputusan utk tidak lanjut sampai sendang.
Titik tertinggi ini berada di ........
2177mdpl! wow....
Kami sempat mencapai 2187, sedang puncak butak sendiri adalah 2867mdpl.
JAdi masih sangat jauh sekali.
Ini puncaknya, jalannya memutar dari spot kami. Tidak bisa main terabas karena ada jurang. Sayang keinginan utk sampai sabana tidak terealisasi.
Ya jelas saja, kami tidak dalam rangka utama mendaki gunung, tapi gowes serabutan, hehehehe.
Diatas awan, menyentuh kaki langit.
Tak tampak horizon yg rapi sepeti biasa pada pagi hari.
Sebuah prasasti , yg terlihat terbelah tersembunyi di kerimbunan.
Selesai menghabiskan bekal yg ada, beristirahat cukup, maka kami pun turun.
Dengkul hari ini habis2an disiksa, setelah mendaki tiada tara, disambut turunan durjana.
Akhirnya malah tampak lebih cocok menjadi acara 'Nostalgia Ngesot masa muda', haha.
Tahu sendiri turun dari pendakian seperti apa, apalagi umur saya tak lagi muda. Jadi cukup payah juga, sesekali berhenti ambil nafas bersahaja. Ini foto ke bawah saat berhenti melemaskan dengkul yg sudah loyo.
Arjuno oh Arjuno....
Dari cemoro kandang, terlihat jelas spot bedengan.
Dan berikut foto2 penutup acara gowes serabutan ini, yg menampilkan wajah2 mirip kuli paruh waktu.
Menyapa penghuni
Untunglah kedua sepeda tidak ada yg menggondol dan sepertinya tampak tidak berharga bagi penghuni hutan. Padahal saya sudah setengah merelakan andaikan ada yg berniat mencoleng.
Setelah usai dari cemoro kandang, maka kami tutup acara ini dgn berpisah ke rumah masing2 utk beristirahat sambil berdoa hari esok yg lebih baik.
Doa anda juga kami dambakan, semoga kami bisa kedepannya menyajikan acara2 tidak bermutu dan kurang patut dicontoh oleh pesepeda pada umumnya.
Semua yg ditampilkan ini memerlukan bimbingan orang tua, jgn menirunya jika anda belum siap meninggalkan zona nyaman anda bersepeda :)
salam kami ; Ngoeg -Hadyan.
4 komentar
Write komentarMantaaap fotonya bagus-bagus :D
Replycek imel bro, foto2mu sdh ta kirim
Replyfoto sing nang bocek aku njaluk po'o .... atau sharing privately ..... emal juga boleh
Replyga oono pak, seminggu setelah gowes semua data busek kabeh :)
Reply