Bike and Beat
Selain bersepeda, hobi saya lainnya adalah bermusik. Jadi selain penikmat, saya sungguh2 menjadi pemain, dan yg tidak kalah keren posisinya tk genjreng, sempat naik daun pula. Setelah sekian lika liku, akhirnya saya mengakhiri karir musik yg tidak berujung pangkal itu. Walau sempat tampil di salah satu tv lokal, manggung dimana2 dan menelurkan album tidak populer bersama band maupun proyek solo(yg saya sendiri meragukan mutunya, hakakakaka), tidak menghalangi jalan utk memilih karir sebagai buruh. Mungkin jika masih genjrang genjreng hingga saat ini, hidup saya makin morat marit. Sudah dibenci keluarga, saya sendiri bahkan putus asa dgn diri sendiri. Maklum kala menjadi musisi banyak sekali pengorbanan, terutama waktu dan batin. Saya pernah uring2an hanya karena kalah kompetisi nasional , padahal secara peringkat tidak jelek2 amat. Namun ternyata kekalahan itu menjadi tonggak hari baru. Saya mulai membenahi jalinan hidup saya sendiri, dan pada orang tua saya terutama. Besar kemungkinan kegagalan karena saya tidak mendapat restu dari orang tua tercinta. Saya sendiri sudah mempunyai 'deadline' sejauh mana akan saya perjuangkan, memenuhi kebutuhan diri sendiri saja sudah kerepotan,apalagi orang terdekat saya. Jadi saya pun menulis 'tamat' kepada genjrang genjreng utk karir.Selesai bermusik, saya kini menjadi penikmat saja. Sejak kecil, hidup saya sudah full musik. Tape compo milik pak Dhe hingga radio bobrok milik bapak setiap hari hingar bingar meracun telinga. Saya akrab dgn berbagai lagu, dari The Carpenters sampai Bang Rhoma Irama. Pak Dhe saya kebetulan punya selera bagus, beliaulah yg mengenalkan saya dgn musik2 bermutu dari daratan eropa, yg berjasa menyeimbangkan dari gempuran musik dangdut 80an , ala darah mudanya bang Oma. Jika saat itu saya cuma mendengar dari favorit bapak saya, saat ini mungkin saya sudah menjadi pria bercelana komprang, berbaju kerah lebar ala rano karno, dan rambut disisir miring, necis bin parlente.
Singkat cerita, berbagai musik saya suka, dari jazz, rock, sampai rockdut, asal 'dut' nya tidak berbau koplo. Lantas apa hubungannya dgn sepeda?
Seringnya saya bersepeda dan bertualang sendiri, maka pendamping perjalanan itu adalah mendengarkan musik.
Dari sekedar menemani, makin kesini malah menambah suasana syahdu tiap perjalanan.
Semisal, saya mencapai lokasi yg sejuk, berhutan pinus, berhias suara burung, dan dipenuhi flora, maka dgn mendengarkan lagu yg kalem2, dan tenang bisa membuat tingkat penghayatan akan TKP menjadi khidmat, kalo sholat istilahnya makin khusyu'.
Mood menjadi lebih enjoy, dan saya pun lebih rileks menghadapi segala apa yg di depan , dan apa yg sewaktu2 terjadi.
Maka itu saya sedikit lebih selektif memilih lagu2 utk menemani perjalanan. Saya menghindari lagu2 bernada minor yg berpotensi mengundang suasana angker . Berada di tempat sepi sambil mendengarkan dendang seperti itu bisa membuat nuansa horor dari skala 3 naik hingga skala 8. Beat ceria, kalem, atau sedikit groovy menjadi pilihan saya, menyesuaikan dgn rute yg dilewati, saat mencapai titik yg paling 'cozy' dari suatu destinasi, cepat2 saya ganti dgn iringan nada2 menghanyutkan yg membawa kantuk.
Andalan saya saat gowes sendiri adalah sebuah hp jadul bin rombeng, yg dijual tak laku, diberikan gratis masih sayang. Penyakit akut hp tersebut adalah touchscreen yg loncat2 ga karuan. Putus asa karena baru diservis sudah kumat lagi, saya biarkan sajalah apa adanya. Yang membuatnya sampai kini masih saya pegang kemana2 adalah karena ia menyimpan deretan lagu favorit saya yg berjumlah ratusan. Baterenya juga masih awet seharian penuh memutar playlist tanpa henti.
Pergi kemanapun terutama kala gowes, hp tersebut berada urutan teratas daftar bawaan. Teman dalam petualangan, itulah dia. Bersamanya perjalanan tak pernah terasa sunyi. Darinya saya bisa merasa dekat dgn suara2 emas penyanyi dari ujung eropa hingga asia. Darinya pula saya bisa merasakan apa itu keindahan yg tak bisa diungkapkan dgn kata2.
“The music is not in the notes,but in the silence between.” ― Wolfgang Amadeus MozartMakin kesini seiring pertambahan umur, kecenderungan saya mengajak ke alunan yg tenang, adem, dan lambat. Saya hampir meninggalkan beat2 yg menghentak, jika saja saya tidak bekerja berhubungan dgn audio.
Apa saja yg mengisi playlist saya kala bersepeda, berikut;
Musik lintas generasi saya dengarkan. Dan utk periode lama, saya menaruh pada top listnya The Carpenter
Lagu2nya menghangatkan hati, mengaduk2 emosi ,disajikan dgn suara natural yg merdu. Suara yg terlahir sudah merdu dari sananya , tnp melalui olah vokal,atau polesan mixing yg rumit.
-Matt Monroe
Diantara Perry Como, Andy Williams, Frank Sinatra, dan BeachBoys , saya tanpa ragu akan memilih Matt sebagi teman perjalanan saya. Orang ini punya suara yg membawa nuansa ketenangan, dan bisa seketika menembus hati terdalam, jika pengibaratan itu boleh di-lebaykan, hehe Orang ini mempopulerkan ost james bong - agen minyak no 007 'from russian with love'. Saya tak tahu apa seumuran saya ada yg demen musik2 lama spt ini, tp sebenarnya menurut saya cocok utk berbagai generasi. Michael Bubble adalah penyanyi yg sering mencover lagu2 lama, termasuk milik matt monro
One day I'll go around the world.One day I'll go to sea.And I'll find a land that's unexplored.They'll name it after me.I'll prove there's nothing that I couldn't.Nothing that I wouldn't do.Selain musisi mancanegara, karya lokal jg menjadi koleksi saya, seperti Chrisye, Guruh Soekarno Putra, Ebiet, Ismail Marzuki dan beberapa grup rock lawas bercelana ketat. Ada satu lagu yg mendalam bagi saya kala menempuh perjalanan, apapun itu bentuknya jika sudah mendengarkan lagu ini, sedih dan haru bawaannya
yaitu karya Ibu Sud ' Tanah Airku'
(lukisan Leo Eland berjudul ' ritzbouww', seorang belanda yg melukis keindahan Indonesia jaman dahulu. Tahun 1842. ritzbouww sendiri artinya sawah/ lahan pertanian)
Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai
Walaupun banyak negri kujalani
Yang masyhur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah kurasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan
Jangan salah paham, saya masih melek musik2 jaman sekarang meski saya didominasi musik mayoritas jaman dinosaurus. Beberapa yg masuk playlist saya ada kenichiro Nishihara, Million Young, Casa Del Mirto, Brothertiger, Heavenly Beat, Tahiti 80, Phoenix, Sheer All Star , Nantida Kaewbuasai (thailand) dan banyak lagi. Dari full band sampai 1 instrumen, genre elektro sampai ketoprak campursari, saya demen ketawa2 sendiri sambil jalan mendengarkan Grup Sawunggaling Cak Kartolo Basman. Bagaimana hidup seseorang katanya bisa dilihat dari musik apa yg ia dengarkan.
Gara2 bersepeda, saya bisa leluasa mendengarkan satu album musik tertentu, sambil mencernanya baik2. Saya bisa lgsg tahu ini suara siapa, beat begini milik band mana, dan apa yg disampaikan dari lagu tersebut, hingga cocoknya diputar dalam situasi apa. Di trackpun saya bisa berdendang sesuka hati sambil bergoyang seirama kayuhan, tnp takut dicap orang stress. Jadi nikmat sekali adanya bersepeda sambil mendengar musik.
Jika engkau sedang bersedih, bersepedalah sambil mendengarkan lagu2 sendu menuju rute yg sepi menanjak gila, perasaan susahmu itu akan semakin membanjir dan cepat datangnya, namun juga semakin cepat berlalu seiring habis napasmu menghadapi tanjakan. Tak perlu sungkan jika orang melihatmu beruntai air mata sambil mengayuh sepeda, bilang aja kelilipan kalo kepergok orang yg dikenal. he he he he....
Sebagai penutup, hobi adalah hobi, taruhlah dia pada tempatnya. Akan tak bagus jika hobi mengalahkan tugas utama, sesuaikan dgn keadaan utk melakukannya agar semua sisi hidup kita jg berjalan dgn baik. Beruntung sekali jika hobi bisa menjadi salah satu ujung tombak penghasilan kita, namun tetap lihat sekeliling anda. Hidup itu ada iramanya , janganlah memainkan nada yg monoton, kadang oranglain ikut juga menikmati.
Berikut link video yg inspiratif yg saya rekomendasikan, tontonlah jika anda luang
Semoga sukses selalu, salam super