Morning Ride
Libur hari ini adalah awal dari libur panjang saya. Cuti 2 minggu ini, seperti penuntas dahaga setahun sekali, yg mana akan selesai hingga akhir bulan, utk kemudian kembali saya membanting tulang utk sebakul nasi, sepiring lauk pauk, jatah belanja istri, bayar tagihan,beli susu anak, isi bensin, dan masih akan panjang lagi daftarnya . Terlihat duit hanya sekedar mampir saja, lalu melanjutkan perjalananan ke tangan berikutnya. Dari saya ke tangan istri, tak lama ke tangan bakul sayur, lalu bisa ke tangan anaknya, saudaranya atau ke penjaja pakaian di mall. Jika dirunut, dalam sehari saja kemungkinan duit berpindah tangan bisa berpuluh kali. Bahkan meski disetor ke bank, bisa tak lama kemudian keluar lagi utk ditarik oleh yg lain. Skrg berduit tebal , esok bisapula dompet sudah minus. Duit banyak bisa makan enak dgn wajah ceria pula, giliran kantong kosong masih ditambah lagi berhutang, bisa makan sudah syukur, biasanya masih ditambah muka mrengut mecucut. Perpindahan duit ini ternyata juga berperan dalam perubahan lingkungan , selain situasi kondisi. Membludaknya ruko2 di Malang kabarnya juga akibat berpindahnya duit dari si anu ke si anu lewat jalan belakang , pas kondisi remang2, tertutup ilalang dan nafsu jalangTak hendak celaka lebih jauh, saya ingin menjadi orang yg bergembira kala datangnya bulan puasa. Perut boleh lapar, mengayuh jalan terus. Maka itu saya mencoba bersepeda pagi seperti hari biasanya, sambil merasakan suasana ramadhan. Rute ini akhirnya menuju alun alun Merdeka kota Malang. Pikiran saya, tempat keramaian manapun pastilah signifikan sekali perubahannya manakala bulan puasa. Kalo ngalas belum sepenuh hati, walau bayangan saya saat puasa -puasa di tengah alas akan menjadi momen langka, pastinya mesti ada aroma2 Ramadhan di tengahnya. Sebelas bulan yg lain saya boleh sesat, yang satu bulan spesial ini saya tetaplah ingin kembali ke mendekat sebaik-baiknya di Pangkuan -Nya. Maka itu andaikan night ridingpun bersepedanya , tetep ada unsur2 ramadhannya, entah itu diselingin tadarusan , atau tahlilan di tengah rute. Kalo cuma night riding biasa , hari biasa juga bisa, yg iya malah kebablasan sahur tidak bersama keluarga. Padahal bulan puasa byk orang jauh2 pulang ke rumah demi berkumpul bersama keluarganya
Banyak makan , kurang olahraga menjadikan kelihaian diri saya menurun drastis. Yang dulunya setengah mahir, skrg seperti baru pemula, belajaran pula.
Menuju kolam air mancur di tengah, tersedia jalur utk kursi roda. Sesampai tengah, benarlah dugan saya, bahwa alun2 terlihat lebih ayem. Pengunjung tak terlalu banyak, ada yg berolahraga, nongkrong santai, dan makan angin, minus penjaja makanan yg biasanya memenuhi hampir semua sudut alun2 sampai spt tempat kuliner.
Menikmati suasana di alun2 saat pagi hari sungguh nikmat. Perubahan alun2 dari waktu ke waktu sebenarnya cukup positif, sayangnya masih banyak orang yg mencari nafkah di sekitar alun2 ini tidak ketularan sifat positif juga, malah semakin membabi buta. Berurusan dgn satpol PP tiap hari bukannya malu , malah semakin menantang. Saya maklum byk orang menahan diri mengunjungi alun alun, karena beranggapan jika alun2 semakin sepi, para penjual brengsek dan sejenisnya segera hengkang. Sayangnya, sepertinya malah menjadi2, malah laksana markas buat mereka.
Kenikmatan ini jarang ada di hari biasa yg dipenuhi berbagai macam jenis penjual, saya juga jarang mampir meski bisa mengunjunginya tiap hari.
Dibeberapa titik ada 'bekupon' /rumah burung dara. Dan di atas tampak foto penghuninya. Yg lagi jongkok berbaju merah adalah tk penyedia sewa scooter pooh
Nah ini yg menjadikan ramadhan terasa spesial. Masjid jami dulu langganan saya saat bulan puasa sebelum saya berpindah ke masjid2 terdekat. Favorit saya, bareng bapak berangkat pagi, ambil shaf depan. Pagi ini terlihat cukup ramai di dalamnya, idem dgn kondisi di luar sekitar alun2. Entah bagaimana skrg rupa interiornya, apa sebagus eksteriornya.
Karena belum terlalu capek, dan masih ingin berolahraga lebih lama, maka saya melanjutkan perjalanan utk mencari bahan utk blog satunya. Malu juga blm seberapa sudah hendak pulang, yg bersepeda di jalan raya juga tampak banyak meski tidak sebanyak hari biasa.
Maka sayapun mengayuh lanjut terus. Dan nglantur saya tentang 'perpindahan' dan 'perubahan' itu , hm... mungkin akibat dicabutnya kenikmatan dari kebiasaan sarapan pagi saya, he he
Perubahan itu perlu bagi saya, sebagaimana kemauan utk berpindah bukan berdiam diri di kondisi tidak baik yg menjajah diri saya. Perpindahan itu juga berguna utk melihat wajah lama saya sendiri , karena saya paham saya manusia yg penuh kekeliruan , yg juga ingin berhenti dari kekeliruan tersebut.
-alun alun MERDEKA kota Malang-