Coban Rondo Milik Kita : Part 2
Menurut perhitungan pribadi, komposisi jalurnya pas sekali. Ada banyak spot yg sebelum2nya tak terhiraukan, ternyata luput dari pandangan mata.
Mulai keindahannya sampai kombinasi tipikal berbagai rute tersedia. Yang suka tanjakan, turunan, pemandangan, sport, wisata, de el el terpenuhi semua.
Contohnya, pemandang menakjubkan dari lingkar bukit satu , bisa melihat jalur lingkar bukit sebelah, amboi.
Banyak jalur yg membangkitkan kenangan lama bersepeda, kala masih berkutat di jalur2 nan panjang seharian. Beberapa bagian mulai dari tengah malah lebih banyak memanjakan pesepeda yg seperti model diatas, walau masih ada bagian sisa menuntun sehat.
View dari berbagai spot sangat obral keindahan. Tak membosankan kemanapun melempar pandangan. Tak terlalu menguasai teknik, tenang masih ada suguhan lain yg bisa dinikmati.
Dan utk yg berteknik, tak akan menyesal mencicipi debu2nya sambil mengetes sejauh mana menerapkan kemampuan di lapangan. Dari mulai straight line, single, belokan bentuk u-turn, hingga berm disini surganya. Butuh kemampuan khusus daripada sekedar main rem terus2an.
Tak ada spot yg terlalu banyak batu mirip makadam, lebih banyak jalur tanah. Beberapa trail masih kerap melintas, begitu juga petani lokal.
Kerusakan jalur yg saya ingat sebelumnya, hampir tidak ada ketemu lagi, entah bagus sendiri karena jarang dilewati, atau ada yg memperbaikinya.
Yang saya ingat, hampir semua yg ikut mengatakan :
Mak NyusssssWalau saya bingung menghubungkan cita rasa kuliner ala pak Bondan dgn sensasi menikmati jalur bersepeda.
Tapi saya menangkap dgn jelas : keabsurdan yg bernada baik
Sampai sini, saya sangat puas sekali keseluruhan. Ini titik sesudah coban rondo, menjelang coban rais.
Menggapai coban rondo, sepaket dgn coban rais sangat dianjurkan. Jalur akhir ini layak jadi pembalas awalan tanjakan pertama tadi. Spot sungai masih menjadi favorit siapapun, ga rider amatir, pun juga fotografer cabutan.
Ini ga ada tema. Tapi karena yg punya hendak berbaik hati menghibahkan handgrip buat mengganti punya saya yg sudah sekarat, maka saya pajang sepedanya.
Giant Reign dgn spek kalap, apa saja yg ingin dipertanyakan bisa menghubungi empunya Herutri via BL atau kaskus subforum koskas Malang.
Maka saya mengurut kembali daftar segala suguhan mengenai jalur setelah usai perjalanan coban rondo ke coban rais ini, yang mana finish goa jepang.
Semuanya sangat oye saat ini kondisinya, bahkan saya rekomendasikan utk tidak lama2 menahan trip anda. Tak salah jalur ini pernah menjadi favorit, banyak orang memasangnya di blog atau situs2 sosial.
Tak perlu mengkhawatirkan teknik/skill, cukup disiapkan stamina dan kondisi yg prima serta pelindung kepala semestinya pakai.
Banyak yg tidak memakai protektor hari ini, bahkan pak Ilham memakai sandal biasa utk melibas jalur. Bekal wajib hukumnya, tak ada warung satupun hingga menjelang coban rais, dan bisa jadi menjelang dhuhur.
Tetap disarankan menyiapkan yg terbaik, dan selalu saling pantau antar rekan, jangan saling tinggal terpancing turunan.
Jalur ini masih bisa lebih baik lagi ke depan, namun saat inipun juga bagus.
Utk yg sudah banyak melanglang keluar, cobalah kembali mereset rute dgn coban rondo sbg titik balik. Banyak hal yg membuat saya makin menyukai dan kepingin merilis ulang jalur2 lama, ada gairah baru manakala menemukan spot2 yg di waktu lampau teracuhkan, kemungkinan terbukanya perluasan masih ada. Cukup efektif bagi saya pribadi, sepertinya saya masih akan lama mencoba trip di luar Malang.
Patungsapi pujon, titik terdekat coban rondo masih menjadi destinasi banyak pesepeda, diantara sekian spot di Batu. Kami bertemu salah seorang rekan Gowes Jelajah, dan banyak lagi pegowes lainnya. Hari inipun ada salah seorang bapak dari ngantang, jauh2 turut bersama.
Sungguh sebenarnya coban rondo masih menjadi milik kita yg berharga.
“It takes courage to grow up and turn out to be who you really are.”