Gunung Katu Lingkar Selatan

21:24 8 Comments A+ a-

Selamat berjumpa lagi, apa kabar? semoga sehat selalu di sana dan begitu juga keluarga.
Kali ini saya akan  menghadirkan catatan gowes yg sangat menyenangkan hati sendiri, haha. Walau sebenarnya sedang dirundung malas mancal karena badan didera batpil(batukpilek) , begitu juga situasi yg belum kunjung menemui titik terang, alhamdulillah karunia Tuhan tak terduga yg kerap datang memotivasi utk selalu berbagi apa yg saya bisa. Dan karena suka mancal maka yang saya bagikan ya semangat, cerita dan tentunya jalur bersepeda yg lumayanlah.. hehe.
Saya mulai darimana ya...
Oh ya, ada sedikit cerita. Alkisah seorang teman yg suka mancal pula tak sengaja ditanya oleh orang surabaya. Yang ditanyakan adalah "kemana orang Malang biasanya mancal, dimana biasanya track sepedaanya ?.."
Kebetulan saya mendengar obrolan itu, cuma krn bukan saya yg ditanya maka ya diam saja.
Jawaban teman saya itu cukup membuat saya mengucap " hadeehh.." dalam hati hehe. 
Apa jawabannya emang? pasti tahulah namanya, tuh yg didaerah jauh dekat penghasil duren.
Sungguh saya teramat sedih sampai berlinang airmata dan tidak doyan makan selama sewindu mendengar jawaban tersebut, hakakaka. Agar repot juga neh bila orang Malang kurang sayang sama 'Ngalam -nya' sampai harus merujuk tempat diluar ( disitu kadang saya merasa sedih apalagi ini bukan fiksi, tapi realita nan kejam buat orang seumur saya :D )
Sepintas ga ada yg salah.  Mungkin bila pertanyaannya ditujukan personal sih oke saja seperti demikian " Masnya biasa mancal dimana?". 
Tetapi dalam kasus ini yg ditanyakan adalah Orang Malang. Tempat dgn 3jt penduduk, dan tidak cuma satu dua klub sepeda. Mungkin  adalah 3-4 klub sepeda yg akrab dgn tempat itu tapi itu tidak mewakili keseluruhan.
Patung sapi dan kebun teh adalah destinasi yg selalu ramai  oleh macam2 klub. Pegowes dekat daerah karangploso juga lebih banyak yg memilih gunung Mujur buat disinggahi. Ambil contoh terdekat saja Buring, sangat akrab bukan? tegalweru maupun omah kampus juga salah satu ikon. Yg terbaru ada juga andeman di turen sana, banyak sekalilah.
Jadi jawaban pertanyaan tersebut menurut saya, track sepedaanya orang Malang ada buanyaaaak sekali, mau pilih yg jenis apa? ...
 Saya berpikiran positif sih kemungkinan teman saya itu tidak ingin mempublikasikan lokasi2 maknyus buat gowes di Malang kpd orang diluar sana.  Bila tidak demikian, bisa jadi sedang dia khilaf dan mulai lapar, hehehehe.

Utk inilah tulisan di blog ini saya hadirkan. Saya ingin membuktikan dan menunjukkan bahwa utk gowes saja tak perlu jauh, disini ada semua, one stop riding lah.
Dan blusukan kali ini adalah Gunung Katu Jalur Lingkar Selatan! salah satu jalur sepeda yg saya percaya akan menjadi pilihan mantap!
(dua orang anak 'nginthili' saya hingga tanjakan kedua, kecil2 cabe rawit. Bolak balik manggil saya 'Lik')
Tulisan sebelumnya mengenai gunung katu merupakan jalur lingkar utara. Namanya jg gunung , bila ada sisi utara tentu ada selatannya. 
Di hari yg bersamaan saya gowes ada serombongan orang/ klub gowes mengabarkan sedang menikmati  jalur gunung kawi. 
Kapan hari seorang sekuriti bank menyapa saya, dan mengatakan gunung kawi merupakan jalur yg mantap , tipe AM menantang katanya( saya tidak GR dan mengira membaca blog saya). Namun itu merupakan berita membahagiakan.
Dekat tempat kerja saya juga ada klub gowes yg hobi blusukan Malang, sampai coban yg jarang terdengar seperti Coban Lok Songo di daerah kawi sudah pernah dijelajahi.
Yap tempat ini surganya gowes.
Saya mengambil waktu siang utk berangkat, sekitar jam 1:30. Cukup panas.
Pagi saya memilih ngemong anak saja,  dan rencana gowes nyari yg  pulangnya hawa adem. Ga masalah berangkat sedikit kepanasan.
(Suasana menyambut agustusan)
Dusun/desa di kabupaten selalu meriah menyambut hari kemerdekaan, mengalahkan kampung maupun perkotaan.
Ini jalur masuk utk menuju jalur awal lingkar selatan dan bisa juga lingkar utara, anda akan kehilangan tanjakan bila tiba disini langsung memakai pickup alias loading, hehe.


Persiapan awal, istirahat dulu setelah menghabiskan byk energi utk tiba kemari dgn kondisi kurang fit. Sambutan awal adalah sedikit turunan berbatu, jika tidak menemui itu berarti anda salah jalur. Kemudian lurus hingga ketemu perempatan. Bila kekiri ke jalur utara, sedang jalur yg lurus naik ke puncak gunung seperti yg pernah saya lakukan, dan ke kanan itulah lingkar selatan.
Oh ya, saya sengaja menghadirkan penampakan foto dgn beberapa foto sendiri (malas menyebutnya selfie, dan alasan lain saya tidaklah memakai tongsis :P ). Foto yg diambil dgn timer cukup lama, digandakan waktunya, ambil jarak sebelum foto cukup jauh agar tidak kehilangan momen dan memakai tripple shot, setelah itu lari balik lagi yg kadang kebablasan buat ngambil kamera... rumit amat yak mau begaya, hehe.



Awal jalur ini seperti coban rondo punya gaya. Sepi sekali cuma ada seorang ibu petani.
Begitu masuk sulit untuk tidak jatuh cinta apalagi jika suka offroad.


Seperti inilah kira2 foto tripple shot . Ada beberapa kelokan dan jempingan alami menghiasi jalur ini. Sedap gila, apalagi drop2nya

Jalannya tak selebar jalur utara dan lebih berkelok. Selanjutnya adalah kawasan pinus, ada beberapa percabangan single track.
 (sebuah jalur tersembunyi)

 Utk catatan, sepeda masih memakai nevegal 2.10 dan pedal bering2an bekas beli dari mitro malang utara. Pedal itu sebelah kanan, sebelah kiri pakai welgo, jadi sisihan, hehehe.


Jalur berikutnya adalah seperti .. kita tahulah apa namanya.. hehhe.



Jadikan pohon besar sebagai penandanya. Ketemu itu maka anda akan sulit tersesat. Sesekali bisa ditemui pencari pakan ternak.
Pertigaan ini adalah pertigaan pertama yg cukup jelas. Saya mencoba menelusuri yg sebelah kanan dulu.
Bukan jalur yg jelek, malah menggoda bilamana saya tidak ingat punya waktu yg amat terbatas. 
Tipe jalannya bagus, tidak terlampau berdebu. Tak ada yg namanya 'ngerail', dan petani2 disini tidak memakai kombinasi ban yg merusak tanah. 
Dalam gowes saya tidak ingin terburu walau sedang bernafsu menggelinding. Acara solo seperti ini selalu menyempatkan utk menikmati pemandangan dan suasana sekitar jalur yg saya lewati.
 Yang berikutnya ini yg mungkin akan mengakibatkan banyak orang yg kepingin menjajal jalur ini kebingungan, yaitu simpang perlimaan.
Semua sangat bagus utk dipilih. Diatas adalah pilihan pertama belok kiri.

Jalur ini terlihat seperti turun kemudian menanjak, dan itu salah. 
Yang benar adalah sedikit datar  kemudian belok kanan, dan inilah penampakan berikutnya.
Yaa ini penampakannya, hehhehe berbicara tentang penampakan tentulah ada sosoknya. Bapak ini mirip yg bapak yg wajahnya menghiasi packnya rokok, yg sambil menggendong anak kecil itu lho .Yang pasti jangan dicontoh, merokok itu tidak baik utk kesehatan.
Ngapunten nggih pak, hehehe

Inilah setelah kelokan. Yang terlihat menanjak itu merupakan suatu kejutan besar dan bisa bikin kelimpungan.



Sebuah jalur yg sebenarnya cukup lebar namun menjorok curam. Saya ingin memfotonya keseluruhan dalam satu frame dari pucuk atas sampai bawah , sayang kameranya berkemampuan terbatas. Foto terbawah itu merupakan zooming agak ke atas, atasnya lagi masih ada serta lebih menjorok dan tertutup rimbun pinus. Kabar kaburnya adalah mulai dari atas hingga kebawah tidak ada bagian yg datar!
Kiranya hanya dgn memakai rem pas2an, nyali yg ekonomis dan sepeda alakadarnya sama saja dgn mencoba binasa tanpa tanda jasa melewatinya.
Kiranya semacam lokasi bagi penggemar downhill wannabe.
But, it's still great place! saya yakin anda yg punya nyali lebih dan kemampuan yg mumpuni pasti menyukainya. Bila tidak percaya silahkan datang dan buktikan, jika tidak ekstrim silahkan menraktir saya makan tahwa.
Saya sendiri terus terang tidak berani mengurut hingga keatasnya karena membayangkan turun nanti sudah membuat ngilu di tulang dan sendi.
Sudutnya kira2 90 derajat dibagi 2 , trus dilebihin dikit.
Bapak pencari pakan ini saja tak berani membawa motornya naik. Beliau mengatakan wah "ekstrim mas", padahal sudah asam garam dgn tempat ini. Saya pun menanyakan percabangan sekitar sini, dan kabar gembiranya walau tak nyambung dgn tema gowes adalah bapak ini kenal saudara saya dekat gunung katu hahaha.

Motornya di parkir dekat pos perhutani yg lebih datar. Ohya pos perhutani serupa toilet itu merupakan penanda arena yg ekstrim ini. 
 Turun kemudian melanjutkan perjalanan lagi.
Pilihan ke kiri itu tembus ke jalur utara dgn citarasa yg berbeda, sangat menarik.
Ke kanan balik ke perlimaan.
Dari perlimaan jika pilih yg lurus ini, akan tembus ke gunung berikutnya. Jadi ternyata ada gunung lain yg bersebelahan dgn gunung katu. 
Tinggal 2, belok kanan atau serong kanan. Dua2nya sangat amboi bin asoy.
Serong kanan adalah pilihan jalur yg setara doorprise utama 2 miliar.

Ya ya saya tahu anda akan kembali teringat suatu tempat. Ini gunung katu mas, hehehe.




Anda mesti menyiapkan sepeda sebaik mungkin, karena pastinya tidak ingin terhenti sedikitpun berkendara di jalur sepeda seperti ini, dan ini juga teramat serius..
serius menyenangkan!

Bayangkan diri anda sendiri berkelok2 di jalur seperti foto diatas. Hehehe
 Dan akhirnya tembus perkebunan, namun itu belum usai.

Masih harus melewati yg seperti ini, untuk kemudian.....

dihadiahi pemandangan ini. 
Mantap benar. Penutupnya adalah dusun beraspal mulus, berhawa sejuk dan ramai dgn puluhan layangan jenis sawangan berkibar. Layangan yg mengeluarkan bunyi saat diterbangkan.

Saya membayangkan jalur ini  apabila digabung dgn jalur kawi ,wuiihh....bisa menjadi full day ride atau one stop riding.
 Teramat puas utk sepedaan dgn kategori medium.
Anda sudah melihat previewnya sendiri, jadi tunggu apalagi? keburu ramai disambangi orang.
Take the journey if it means alone
Silahkan kontak saya bila bingung dan mau bertanya, kapanpun jangan ragu : ngoeggoeng899@gmail.com
 :D

8 komentar

Write komentar
Anonymous
AUTHOR
3 August 2015 at 03:34 delete

biasalah .. rumput tetangga selalu lebih hijau ... wkwkwk
padahal di malang menurut saya mah (... tuh kan sesuai peribahasa tadi, saya kan bukan orang malang) .. tapi ini bener lho .... fakta .... di malang banyak track yang ciamik .. he he ...

Reply
avatar
Arek Malang
AUTHOR
3 August 2015 at 20:02 delete

hehehe makasih lho om pujiannya , saya sedikit ikut tersanjung juga
dlm byk kasus terkadang kita masa bodoh kurang mau tahu sama kondisi rumput kita sendiri.
Seperti contoh gunung katu ini, saat byk jalur yg rusak oleh trail dan sangat berdebu di musim kemarau ini, jalur disini baik2 saja, dan jarang diketahui org malang sendiri. Sayangnya jarang adapegowes terdekat (maklum sekitarannya masih murni banyak dusun, dan jarang orang hobi mancal)
Di situ kadang saya merasa sedih, :P
saya membayangkan jika saja ada pegowes terdekat di gunung katu ini, pasti bisa saling menjamu.

Reply
avatar
Ilham Id
AUTHOR
14 August 2015 at 02:48 delete

mbok saya diajak kalau sepedahan ... :)

Reply
avatar
Arek Malang
AUTHOR
14 August 2015 at 19:52 delete

nggeh mas, ngapunten blm bisa ajak2 soalnya waktunya gowesnya acak kadul , nyesuaikan dgn si kecil.
Tapi kalo lihat saya di jalan , silahkan disapa atau ikutan langsung, ora popo, hehe

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
9 November 2015 at 10:52 delete

Mbois lek gunung katu, sayang bleduk e nemen

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
9 November 2015 at 10:53 delete

Mbois lek gunung katu, sayang bleduk e nemen

Reply
avatar
Arek Malang
AUTHOR
9 November 2015 at 12:37 delete

lingkar utaranya agak parah pastinya kalau kemarau, yg lingkar selatan sptnya masih aman

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
4 July 2017 at 00:03 delete

Salam kenal dari area Dieng, Sam...

Reply
avatar